Senin, 11 April 2016

SOSIALISME JELAS BERBEDA DENGAN ISLAM

Ideologi sosialisme yang lahir sebagai antitetis dari wajah buruk ideologi Kapitalis adalah ide yang pernah berjaya pada tahun lima puluhan hingga enam puluhan. Dalam suasana penjajahan (kolonialisme) yang dipengaruhi dengan kezhaliman dalam bidang politik maupun ekonomi, ide sosialis —termasuk kapitalisme— sangat subur berkembang di negara-negara jajahan atau bekas jajahan, termasuk di negeri-negeri Islam. Bahkan saking “kepincutnya” kaum muslimin pada waktu itu kepada ideologi tersebut dan begitu luasnya pengaruh ideologi tersebut, ada salah seorang cendikiawan muslim yang ingin menyampaikan Islam dalam suasana sosialis. Dia menulis buku yang berjudul “Al Isytirakiyah fil Islam” (Sosialisme dalam Islam). Bahkan dalam salah satu catatan kakinya penerjemahan Al-Qur’an edisi Indonesia menyebut “Inilah sosialisme dalam Islam!” Mungkin lantaran kebodohan umat Islam, tidak sedikit, mereka yang tertipu bahkan terperangkap dalam kubangan pemikiran-pemikiran sosialis komunis. Tragedi PKI 30-40 tahun lalu mestinya menyadarkan kaum muslimin di negeri ini.
Namun kalau kita mau berfikir lebih mendasar dan mendalam, dapat kita jumpai secara tegas dan jelas bahwa Sosialisme itu berbeda dengan Islam. Tak ada kemiripannya dan tidak ada persinggungannya. Jadi tidak bisa dikatakan adanya Islam kiri (Islam yasar, kalau orang Islam kesasar mungkin ada) atau Islam sosialis atau Islam komunis.
Syaikh Taqiyuddin An Nabhani dalam kitabnya Nizham al Islam hal 31-35 menyebut ada lima perbedaan antara sosialis komunis dengan Islam. Pertama, dari segi aqidah, ideologi komunis memandang bahwa segala sesuatu berasal dari materi yang berkembang dan mewujudkan benda-benda lainnya berdasarkan evolusi. Mereka mengingkari keberadaan Allah dan mengingkari keberadaan agama dalam kehidupan. Adapun Islam memandang bahwa Allah adalah pencipta segala sesuatu, termasuk manusia. Dialah yang mengutus para Nabi dan Rasul dengan membawa agama-Nya untuk seluruh umat manusia.
Kedua, dari segi munculnya peraturan dari aqidah. Ideologi komunis memandang bahwa peraturan itu diambil dari alat-alat produksi. Perkembangan peraturan mengikuti evolusi materi. Sedangkan Islam memandang bahwa Allah SWT. telah menentukan peraturan hidup bagi manusia dan telah mengutus Muhammad Saw. guna menyampaikannya kepada manusia. Oleh karena itu, masyarakat yang menerima Islam selalu mempelajari persoalan hidup dan memecahkannya dengan berijtihad berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah.
Ketiga, dari segi tolok ukur perbuatan, ideologi komunis memandang bahwa dialektika materialisme merupakan tolok ukur dalam kehidupan manusia. Dengan berkembangnya aturan materialis, berkembang pula tolok ukur manusia. Sedangkan Islam memandang bahwa tolok ukur perbuatan manusia dalam kehidupan adalah halal dan haram, yakni perintah-perintah Allah dan larangan-larangan-Nya.
Keempat, dari segi pandangan terhadap masyarakat. Ideologi Komunis berpendapat bahwa masyarakat adalah kumpulan unsur yang terdiri dari tanah, alat-alat produksi, alam dan manusia. Semua itu merupakan satu kesatuan yaitu materi. Dalam evolusi materi, individu manusia akan bergerak dan selalu terikat dengan gerakan masyarakat, seperti putaran gigi pada sebuah roda gigi. Sedangkan Islam memandang bahwa masyarakat itu terdiri dari kumpulan individu-individu manusia, pemikiran, perasaan, dan peraturan yang didasari oleh aqidah Islam. Suatu masyarakat disebut masyarakat yang Islam manakala mayoritas masyarakat itu adalah kaum muslimin, yang saling berinteraksi dengan pemikiran dan perasaan Islam serta penerapan aturan Islam untuk menjaga kesetabilan masyarakat itu. Andaikan seratus persen anggota masyarakat itu adalah muslim, tetapi pemikiran yang berkembang dan aturan yang diterapkan adalah Kapitalis-Demokrasi maka masyarakat demikian tergolong masyarakat yang tidak Islami!
Kelima, dari segi penerapan aturan. Ideologi komunis memandang bahwa negaralah satu-satunya pihak yang menerapkan aturan melalui kekuatan militer dan undang-undang. Negaralah yang mengatur dan bertanggungjawab terhadap urusan individu dan kelompok masyarakat. Sedangkan Islam memandang bahwa aturan dilaksanakan oleh setiap individu mukmin dengan dorongan taqwa kepada Allah SWT. yang tumbuh dalam jiwanya, di samping pelaksanaan praktis oleh negara yang keadilannya dapat dirasakan oleh seluruh rakyat. Selain itu, ada kerjasama rakyat dan negara dalam pelaksanaan amar makruf nahi munkar. Dalam Islam Negara bertanggungjawab atas urusan jama’ah kaum muslimin, tetapi negara tidak ikut campur dalam urusan pribadi mereka.
Kelima poin di atas begitu jelas membedakan ideologi komunis yang terlahir dari ideologi sosialis dengan ideologi Islam yang berasal dari wahyu Allah SWT.
Khatimah Kini jelaslah bagi kaum muslimin, termasuk para mahasiswa muslim yang kini sedang belajar di seluruh kampus di negeri-negeri Islam, bahwa mengarahkan pergerakan kepada ideologi-ideologi non Islam seperti Kapitalisme-Demokrasi dan Sosialisme-Demokrasi adalah langkah keliru yang harus segera dikoreksi. Kedua ideologi itu sama-sama bertentangan dengan Islam, akal manusia, dan fitrah manusia. Kedua-duanya akan selalu melawan Islam. Allah SWT berfirman tentang mereka yang artinya:
“Mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahaya-Nya walaupun orang-orang kafir tidak menyukai” (QS. At Taubah 32)
Memang kita prihatin atas nasib lebih dari 100 juta kaum muslimin yang menderita akibat krisis moneter. Tapi kita justru lebih prihatin adanya berbagai unjuk rasa yang mengarah pada Demokrasi, Kapitalis maupun Sosialis. Sebab, unjuk rasa adalah salah satu uslub (taktik) yang digunakan orang-orang sosialis/komunis untuk menjatuhkan penguasa. Juga biasa dipakai oleh penguasa kapitalis Barat untuk menyedot dan meredam kemarahan dan emosi rakyat. Mempelajari ide-ide kapitalis maupun sosialis memang dibolehkan bagi kaum muslimin yang sudah memahami mabda Islam secara rinci dan jernih dengan tujuan menganalisis kesalahan dan kebatilannya. Namun mengadopsi, mempropagandakan dan memperjuangkan ide-ide non Islam itu jelas merupakan kesalahan fatal.
Jadi hanya perjuangan melanjutkan kehidupan Islamilah yang merupakan misi perjuangan kaum muslimin, termasuk para mahasiswanya. Tak ada yang lain!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar