Jumat, 15 April 2016

"ZEITGEIST" PENDIDIKAN

Gejala kritis pendidikan yang terkait dengan kecenderungan negatif yang melanda negeri kita sebagai akibat globalisasi adalah bahwa pendidikan dijadikan sebagai arena bisnis terutama untuk meningkatkan penghasilan, bukan untuk meningkatkan kreativitas pembelajarannya. 

Persaingan ketat dalam dunia bisnis yang menjurus ke arah rivalitas yang negatif dengan berbagai dampaknya merasuk juga dalam Zeitgeist dunia sekolah. Situasi kompetitif memperlihatkan bahwa pelaku bisnis bukan menganggap sesamanya sebagai sejawat seperjuangan dalam mencapai suatu kondisi kehidupan ekonomi yang sehat, melainkan pelaku bisnis beranggapan bahwa rekan bisnis adalah saingan (rival) yang harus ditaklukkan.

Ekses seperti ini dampaknya dapat kita amati dalam dunia muda-mudi, di mana bukan saja pelajar SMU, melainkan juga mahasiswa tawuran menjadi fenomena yang kritis dalam kehidupan sehari-hari. Eliminasi terhadap kecenderungan rivalitas yang sifatnya negatif ini harus beranjak dari suatu refleksi terhadap akibat yang menjadi dampak dari perkembangan yang menyimpang (deviant) dari seluruh masyarakat kita.

Terlebih lagi, peradaban baru (era ke-4, setelah era agraris, era industri, dan era informasi) kini ditandai oleh respiritualisasi masyarakat yang ditandai oleh kecenderungan akan kerja sama (Cooperation, Maynard, 1997)

Dengan sering mengabaikan kualitas pembelajaran, pengaruh dari sikap dan ciri penyelenggaraan pendidikan yang masih ditandai oleh ciri-ciri rivalitas yang tidak sehat ini akan berdampak luar biasa pada anak-anak kita (yang berada dalam tahap perkembangan kritis), dan sedang dalam fase mencari identitasnya, mendudukkan diri antara situasi aktual dan situasi ideal.

Pengaruh negatif dari luar dinding sekolah ditambah pula oleh orientasi pembelajaran yang ditandai oleh ciri alienatif karena keterasingan pebelajar dari proses belajar yang sesungguhnya.
Hal ini terutama berkait dengan proses belajar yang bersifat satu arah, di mana dosen ataupun guru mempertanggungjawabkan body of material secara sepihak. Si pebelajar secara dominan bersifat pasif karena pengajar mengalirkan sejumlah ilmu kepadanya, ibarat suatu bejana yang airnya dituangkan dari luar ke dalam dirinya.

Oleh: Conny Semiawan
* Penulis adalah doktor kependidikan, Guru Besar pada Program Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta, dan Guru Besar Luar Biasa pada Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Nukilan dari "Membuka Masa Depan Anak-anak Kita" hal. 23. Penerbit PT Kanisius, 2000.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar