Minggu, 10 April 2016

Konsep KAMMI dalam Gerakan Mahasiswa Berbasis Kompetensi

Gerakan Mahasiswa Berbasis Kompetensi

.... hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk keperluan hari esok .... (Al-Hasyr: 18)

Ada seorang sahabat saya yang sangat ingin sekali ke Aceh, untuk
membantu recovery Aceh disana. namun, ketika saya tanyakan:" memang,
kalau kamu ke Aceh kamu punya keahlian apa? sahabat saya menjawab,
bisa apa saja. "Wah, artinya kamu tidak punya keahlian". wajah
sahabat saya terlihat muram, ketika saya berkata tersebut.
Saya jadi teringat dengan ide Akh. Rijal (Ketua KAMMI DIY) yang ingin membawa KAMMI DIY menjadi "Gerakan Mahasiswa Islam Yang Berbasis Kompetensi". Kasus di atas tidak hanya satu saya temukan. ketika saya ada di forum ICA(Islamic Civilizaton Academy) pun, sama. ketika seorang teman saya presentasi tentang bidangnya(saat itu teman saya kuliah di Tekhnik elektro), maka hanya dengan satu pertanyaan saya mentahkan: "apa yang sudah anda hasilkan? bisakah anda membuat perangkat mesin Hp? jangan-jangan Indonesia hanya bisa membuat cassingnya saja. teman saya juga hanya terdiam, tidak bisa menjawab, padahal tadi dengan semangat mengebu-gebu cerita tentang bidangnya. bahkan seorang teman saya nyeletuk:"Wah, ini mah jurusan sastra  tekhnik, bukan tekhnik elektro". tentunya teman saya semakin sedih dengan kata-kata tersebut. akan tetapi paling tidak hal tersebut menjadi stimulus buat kita semua untuk merenungi diri.
Selama hampir setengah abad hidup kita, sudah banyak ilmu yang kita pelajari. Sejak masuk TK, kita sudah diajari macam-macam ilmu menyanyi, berbaris, hormat kepada ibu guru, dan banyak lagi. Masuk ke SD, para guru kita, selama enam tahun, juga telah memberikan banyak sekali ilmu. Begitu juga ketika di SMP dan SMA. Apalagi setelah kita menjadi mahasiswa. Rasa-rasanya, setiap hari kita belajar sesuatu yang baru. namun pertanyaannya sudahkah kita menguasai bidang kita sendiri sementara kita hanya menyukai buku-buku politik saja, atau setiap harinya di isi dengan syuro saja, sering bolos kuliah lagi...Lantas, apa yang kita lakukan dengan ilmu-ilmu yang kita pelajari? Mungkin apabila kita terus menderetkan pertanyaan-pertanyaan tentang diri kita, sebagaimana yang saya lakukan di atas maka kita harus bermuhasabah untuk mengevalusi diri kita. Nah, pertanyaan yang paling penting untuk kita tujukan kepada diri kita semua adalah "Apakah ilmu yang kita peroleh selama ini sudah menjadikan kita ahli atau kompeten dibidang kita?" 
Pada dasarnya kompetensi terdiri dari tiga unsur utama yaitu pengetahuan (cognitive domain), kemahiran (psychomotor domain) dan sikap/kualiti peribadi (affective domain). Ketiga-tiga unsur ini secara langsung mempengaruhi tatakelakuan (behaviour) anggota. Pemilikan kompetensi yang sewajarnya diandaikan akan menyumbang kepada peningkatan prestasi individu dan seterusnya meningkatkan prestasi dan kecemerlangan organisasi.
Tiga unsur kompetensi coba saya abstraksikan melalui contoh "Seorang Petani Yang Berjaya". Untuk memastikan kejayaannya, beliau perlulah mempunyai pengetahuan mengenai aspek-aspek pertanian seperti jenis tanah-tanah, peredaran musim, jenis-jenis benih yang baik, penyakit-penyakit dan sebagainya. Di samping itu beliau juga memerlukan pelbagai kemahiran seperti memandu traktor, memasang sistem perairan, penyiraman dan kawalan serangga. Selain daripada itu, sikap peribadinya seperti kesabaran untuk menunggu sehingga hasil pertaniannya dapat dituai, berdisplin supaya tanamannya dapat dijaga dengan rapi, mempunyai sense of urgency supaya hasil dapat dituai tepat pada masanya, juga penting untuk berjaya sebagai seorang petani.
Nah, abstraksi di atas memberi gambaran kpd kita untuk konteks Organisasi KAMMI adalah setiap person yang ada di bidangnya semisal Humas maka ia harus mengetahui Dasar-dasar kehumasan atau fungsinya sebagai seorang jurnalis di KAMMI: Menguasai teknik jurnalistik-teknik reportase, menulis, wawancara, dan editing secara baik. Ini menyangkut skill, keterampilan, atau keahlian (expertise) yang bisa dikuasai dengan mempelajari buku-buku jurnalistik, ikut pelatihan jurnalistik, dan praktek/latihan.
Kesimpulan
KAMMI memang bukan universitas. saya tidak pernah bilang KAMMI adalah universitas serta konsep gerakan mahasiswa berbasis kompetensi juga memang sudah lama ada pada gerakan lain, tapi sebelum anda mengomentari sebaiknya anda tahu dulu tentang konsep kompetensi itu sendiri.
Edo Segara Gustanto
(Humas KAMMI DIY) (edo segara)
Kita bisa apa sich???

KILAS BALIK SEJARAH LAHIRNYA KAMMI
Dasar Kemunculan
Adanya indikator yang mematikan potensi bangsa.
Urgensi Sebuah Tuntutan Reformasi
Adanya Kepentingan Umat Islam Untuk Segera Berbuat
Aksi Demontrasi dan Mimbar Bebas Semakin Menjamur.
Mahasiswa Islam Merupakan Elemen Sosial.
Suara Umat Islam Mulai Terabaikan.
Depolitisasi Kampus Memandulkan Peran Mahasiswa.
Waktu Kelahiran
KAMMI muncul sebagai salah satu kekuatan alternatif Mahasiswa yang berbasis mahasiswa Muslim dengan mengambil momentum pada pelaksanaan Forum Silahturahmi Lembaga Dakwah Kampus (FS-LDK) X seindonesia yang diselenggarakan di Universitas Muhammadiyah Malang. Acara ini dihadiri oleh 59 LDK yang berafiliasi dari 63 kampus (PTN-PTS) diseluruh Indonesia . Jumlah peserta keseluruhan kurang lebih 200 orang yang notabenenya para aktifis dakwah kampus. KAMMI lahir para ahad tanggal 29 April 1998 PK.13.00 wib atau bertepatan dengan tanggal 1 Dzulhijah 1418 H yang dituangkan dalam naskah Deklarasi Malang.
Pemilihan Nama
Pemilihan nama Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia yang kemudian disingkat KAMMI mengandung makna atau memiliki konsekwensi pada beberapa hal yaitu :
KAMMI adalah sebuah kekuatan terorganisir yang menghimpun berbagai elemen Mahasiswa muslim baik perorangan maupun lembaga yang sepakat bekerja dalam format bersama KAMMI.
KAMMI adalah sebuah gerakan yang berorientasi kepada aksi real dan sistematis yang dilandasi gagasan konsepsional yang matang mengenai reformasi dan pembentukan masyarakat Islami (berperadaban).
Kekuatan inti KAMMI adalah kalangan mahasiswa pada berbagai stratanya yang memiliki komitmen perjuangan keislaman dan kebangsaan yang jelas dan benar.
Visi gerakan KAMMI dilandasi pemahaman akan realitas bangsa Indonesia dengan berbagai kemajemukannya, sehingga KAMMI akan bekerja untuk kebaikan dan kemajuan bersama rakyat, bangsa dan tanah air Indonesia.
Perjalanan kepengurusan
Kepengurusan pertama adalah periode al-akh Fahri Hamzah, yakni sejak Deklarasi sampai Muktamar I di Bekasi pada bulan November 1998. Periode ini memfokuskan aktivitasnya kepada aktualisasi jaringan nasional untuk mengambil peran historis secara heroik dalam proses reformasi di Indonesia, yakni dengan menggiatkan aksi secara simultan, merata, kontinyu, dan menegaskan komitmen reformasi yang jelas. Periode ini adalah masa launching ke hadapan publik dan positioning awal KAMMI sebagai elemen gerakan mahasiswa yang diharap selalu mengambil peran terdepan dalam perjalanan sejarah Indonesia.
Periode kedua adalah masa al-akh Fitra Arsil, yang terpilih untuk menggantikan akh Fahri dalam Muktamar I dan menjalankan amanah sampai Muktamar II di Yogyakarta pada bulan November 2000. Periode ini memiliki tugas untuk secara serius menata infrastruktur organisasi KAMMI yang establish dan merancang sistem kaderisasi KAMMI yang lebih terstruktur. Juga melakukan berbagai aksi sosial dan kemanusiaan untuk ikut mengatasi beban rakyat yang ditimbulkan oleh krisis berkepanjangan.
Periode ketiga adalah masa al-akh Andi Rahmat yang terpilih dalam Muktamar II KAMMI di Yogyakarta dan direncanakan menjabat sampai tahun 2002. Periode ini menekankan pentingnya positioning strategis KAMMI di tengah pluralitas gerakan yang ingin mewarnai proses transisi di Indonesia. Namun hal tersebut tidak berlangsung lama, akh Andi Rahmat menyatakan mundur dari jabatannya pada bulan Maret 2001.
Menyikapi hal tersebut, Badan Permusyawaratan (BP) KAMMI Pusat berinisiatif untuk menyelenggarakan Muktamar Luar Biasa (MLB) KAMMI di Bandung pada tanggal 20-22 April 2001. Muktamar tersebut memutuskan untuk merubah sistem kepemimpinan terpusat menjadi sistem kepemimpinan kolektif, yang akhirnya memilih sembilan orang sebagai anggota Pimpinan Pusat (PP) KAMMI, yakni:
Akbar Zulfakar (Ketua Umum);
Purwoko Kurniawan (Ketua Kaderisasi);
Muhammad Badaruddin (Ketua Kastrat);
Elvis Bakri (Ketua Teritorial/KT I);
Ach. Fauzi I. (KT-II);
Supriyadi (KT-III);
Hermawan (KT-IV);
Suparmono (KT-V); dan
Yusran (KT-VI).
Muktamar III Lampung tanggal 1-9 September 2002 memutuskan untuk memilih
Muhammad Hermawan, S.Si sebagai Ketua Umum dan
Fahmi Rusdi, LC sebagai Sekretaris Jendral,
juga dipilih anggota Pimpinan Pusat (PP) KAMMI, yakni
Marwansyah (Ketua Teritorial/KT I);
Febriansyah (KT-II);
Yuli Widi Astono (KT-III);
Teguh, ST (KT-IV);
Imron Rosyadi (KT-V); dan
M. Dwi Tanjuri(KT-VI),
Jauhari (KT-VII).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar