KEPEMIMPINAN POLITIK KAUM MUDA DAN REVOLUSI DEMOKRASI BARU
Enam Agenda Reformasi Total dan Empat Agenda Anti Oligarki Orde Baru
El Descencanto! Kekecewaan, itulah virus ganas yang mewabah pada kaum muda (pemuda dan mahasiswa) sekarang ini, garda terdepan perjuangan reformasi total hingga tergulingnya Jenderal Besar (purn) Soeharto pada 21 Mei 1998. Bagaimana mungkin kekuatan politik demokrasi paling maju (progressive democratic political force) di Indonesia yang berhasil menggulingkan kediktatoran fasis Orde Baru dan Soeharto yang berkuasa 32 tahun lebih, digerogoti virus ganas El Descencanto?
Secara rasional, melalui analisa kritis dan objektif, terhadap perjuangan reformasi total selama 4 tahun ini, tentu saja kita pantas untuk kecewa. Sebab, inilah yang terutama, darah kawan seperjuangan yang syahid belum juga kering menuntut keadilan atas pembunuhnya. Tentu saja rasa nyeri itu lebih dalam dan menganga pada orangtua dan sanak-saudara mereka. Lalu, kita dengan mata telanjang melihat para pemimpin republik ini yang memperoleh kekuasaan atas nama perjuangan para syahid dan syahidah itu, malah melupakan: Hery Hartanto, Elang Mulia Lesmana, Hendriawan Sie dan Hafidhin A. Royan (Peristiwa Trisakti 12 Mei 1998): Sigit Prasetyo, B. Realino Norma Irawan dan Teddy Mamadi (Peristiwa Semanggi I, 13-14 November 1998); Yap Yun Hap dan Dani Yulian (Peristiwa Semanggi II, 23-24 September 1999); Yusuf Rizal dan Zaidatul Fitria (Peristiwa Lampung, 28 September 1999); Meyer Ardiansyah (Peristiwa Palembang, 5 Oktober 1999); Mozes Gatotkaca (Peristiwa Jogyakarta 1998); Syaiful Bya, Sultan Iskandar, dan Tasyrif (Peristiwa April Berdarah, Makassar 1996). Sebagian lagi diculik dan hilang tak tentu rimbanya, hingga hari ini.
Apalagi kalau Enam Agenda Reformasi Total yang menjadi ukurannya, yang dirumuskan dan diperjuangkan dengan darah, penjara dan kematian oleh kaum muda. (1) Amandemen UUD 1945 menuju Konstitusi Demokrasi; (2) Mencabut dwi fungsi (militerisme) TNI/Polri di lapangan politik, bisnis, dan territorial; (3) Pengadilan Soeharto, para pelanggar HAM dan pelaku KKN di masa kediktatoran fasis Orde Baru; (4) Otonomi daerah atau desentralisasi seluas-luasnya; (5) Pengadilan dan pembubaran Partai Golkar; (6) Reformasi agraria, perburuhan dan redistribusi asset ekonomi kepada pekerja dan rakyat seluas-luasnya.
Keenam Agenda Reformasi Total itu jelas bermuara pada Empat Agenda Anti Oligarki Orde Baru, yaitu: (1) Anti partai Golongan Karya; (2) Anti militerisme; (3) Anti konglomerasi; (4) Anti birokrasi KKN. Darah dan kematian kaum mudalah yang mengawal 6 agenda reformasi total dan 4 agenda anti oligarki Orde Baru ini, yang merupakan program inti perjuangan demokrasi bersama rakyat miskin dan tertindas.
Apakah 180 partai politik baru dan 3 partai Orde Baru (PPP, Partai Golkar dan PDI) dapat menihilkan pengorbanan darah dan kematian kaum muda? Secara retorika jawabannya: tidak, tetapi prakteknya:ya! Sederhana saja ukurannya, selain mengusut kematian dan lenyapnya mereka, apakah 6 agenda reformasi total dan 4 agenda anti oligarki Orde Baru itu sudah dijalankan pada rezim Habibie, Abdurrahman Wahid dan Megawati Soekarnoputeri? Jawabannya: Nol Besar. Panji-panji yang berlumuran darah dan kematian kaum muda, lunglai sudah. Bahkan para pengusungnya, sebagian besar, digerogoti virus ganas El Descencanto dan menjadi irasional (apatis, putus asa dan subjektif). Namun berangkat dari serangan virus ganas El Descencanto, kita juga dapat menjadi rasional (kritis, analitis dan objektif). Untuk itu, kaum muda harus melakukan analisa kritis dan objektif, lalu menetapkan arah baru perjuangan demokrasi untuk mengoreksi kesalahan (rectify errors) yang berakibat 6 agenda reformasi total dan 4 agenda anti oligarki Orde Baru hilang jejak dan dikhianati oleh kekuatan politik sekarang.
Revolusi Demokrasi Baru
Setelah 4 tahun kegagalan reformasi total, apakah yang harus dilakukan kaum muda, sebagai pejuang garda depan demokrasi? Memapankan sistem demokrasi dimana kedaulatan sepenuhnya di tangan rakyat (politik, ekonomi, sosial dan budaya) tetap merupakan misi utamanya (main political mission). Misi politik ini merupakan upaya merealisasikan visi politik utamanya (main political vision) yaitu nilai-nilai dasar (guiding-principles): Kemanusiaan, Keadilan, Kerakyatan, Kebebasan dan Solidaritas.
Visi dan misi ini hanya dapat dicapai sekarang dalam Revolusi Demokrasi Baru, dengan kepemimpinan politik utama kaum muda (main political leadership). Pekerjaan rumahnya, menyiapkan organisasi kaum muda yang profesional, berdisiplin, tidak lagi amatiran, dan menyatukan dengan lebih erat lagi gerak perjuangan dengan rakyat miskin dan tertindas (dengan buruh, petani, kaum miskin, juga “kelas” menengah, perempuan, kelompok usaha kecil dan menengah, di perkotaan dan di pedesaan).
Kaum muda sebagai kekuatan kepemimpinan politik (political leading force), rakyat miskin dan tertindas sebagai kekuatan utamanya (main force). Sedangkan 6 agenda reformasi total dan 4 agenda anti oligarki Orde Baru sebagai program utama (main democratic content) di dalam tahap Revolusi Demokrasi Baru sekarang harus ditambahkan program kerakyatan (people’s program). Program kerakyatan yang diperlukan adalah: (1) Pekerjaan untuk semua orang dan menghentikan PHK (karena ada 38 juta pengangguran dan 40 juta orang kelaparan karena miskin absolut); (2) Pendidikan murah dan berkualitas (karena puluhan juta kaum muda dan anak-anak kehilangan pendidikan); (3) Harga kebutuhan pokok murah dan berkualitas (karena BBM naik dan 120 juta orang berada di bawah garis kemiskinan); (4) Hentikan swastanisasi asset negara dan distribusikan saham kepada pekerja dan rakyat (karena asset negara ternyata dibeli konglomerat Orde Baru dan asing); (5) Jaminan kesehatan, rumah murah dan berkualitas untuk semua orang.
Kenapa Revolusi Demokrasi Baru dan Apa Bentuk Perjuangannya?
Revolusi Demokrasi Baru, berarti membongkar sistem atau tatanan politik, ekonomi, sosial dan budaya yang anti-demokrasi (menindas, memiskinkan dan eksploitatif) dengan cara baru. Sistem apa yang menindas, memiskinkan dan eksploitatif terhadap rakyat? Sistem sosial-ekonomi yang dominan di Indonesia adalah kapitalisme, didasari corak produksi kapitalis (capitalist mode of production) dengan status semi-feodal dan semi-kolonial. Kapitalisme yang dihambat perkembangan penuhnya oleh sisa-sisa feodalisme dan dihisap oleh imperialisme (monopoly capital).
Kenapa demokrasi baru? Karena karakteristiknya baru, yaitu: (1) Ruang politik transisi demokrasi; (2) Kepemimpinan politiknya para alumnus Orde Baru: 180 parpol baru dan 3 partai Orde Baru; (3) Pulihnya kembali (restoration) kekuatan politik dan ekonomi oligarki Orde Baru (partai Golkar, militerisme, konglomerasi, dan birokrasi KKN); (4) Arahan kebijakan politik, ekonomi dan sosial utama dari oligarki Orde Baru; (5) Pulihnya kekuatan politik dan ekonomi oligarki keuangan asing (monopoly capital oligarchy) dari IMF, World Bank, ADB, dan investor asing; (6) Kepemimpinan politik alternatif adalah kaum muda.
Pada Revolusi Demokrasi Mei 1998, karakteristiknya adalah: (1) Ruang politik anti demokrasi, rezim kediktatoran fasis Orde Baru; (2) Kepemimpinan politik, ekonomi, dan sosial Jenderal Besar (purn) Soeharto, ABRI dengan dwi fungsinya, dan organisasi korporatisnya seperti: KNPI, Korpri, PWI, Kadin, HKTI, HNSI, SPSI, Dharma Wanita hinga Golkar, PPP dan PDI; (3) Oligarki Orde Baru di puncak kekuatannya dan menentukan semua kebijakan politik, ekonomi, sosial rezim kediktatoran fasis Orde Baru; (4) Kekuatan politik dan ekonomi oligarki keuangan asing mencapai puncak kekuatannya; (5) Penyingkiran atau marginalisasi kekuatan dan kepemimpinan politik, ekonomi, dan sosial rakyat miskin, tertindas dan kaum muda,
Adapun bentuk utama perjuangan (main form of struggle) dari Revolusi Demokrasi Baru adalah jalan demokrasi bukan jalan perjuangan bersenjata atau perang (armed struggle atau warfare). Jalan demokrasi ini meliputi aktifitas parlementer hingga ekstra-parlementer, dari lobi politik, advokasi, petisi, class action, hingga aksi massa berupa demonstrasi sampai pendudukan istana kepresidenan dan DPR-MPR (seperti Peristiwa 21 Mei 1998, penggulingan Soeharto), tetapi juga bersedia dan dapat ikut serta dalam pemilihan umum.
Kenapa Kepemimpinan Politik Kaum Muda?
Merekalah pejuang pelopor demokrasi (vanguard fighter for democracy), sejak penggulingan Soeharto, rezim kediktatoran fasis Orde Baru, hingga hari ini. Adakah kekuatan politik lain yang mampu menandinginya? Yang paling utama, kaum mudalah yang menulis dengan darah, penjara dan kematian panji-panji 6 agenda reformasi total dan 4 agenda anti oligarki Orde Baru. Lalu bertarung di garis depan melawan para pembela kediktatoran fasis Orde Baru. Revolusi Demokrasi Baru adalah tugas sejarah baru kaum muda yang harus dituntaskan.
Terlalu bermimpikah? Membentuk kepemimpinan politik kaum muda, bahkan Pemerintahan kaum muda dan rakyat tertindas, menuntaskan 6 agenda reformasi total dan 4 agenda anti oligarki Orde Baru dan melaksanakan Program ekonomi, politik, sosial dan budaya kerakyatan. Apakah kepemimpinan politik itu dipasrahkan dan diserahkan saja kepada partai politik atau individu yang pernah merunduk-runduk dan menyembah-nyembah pada kekuasaan politik oligarki Orde Baru ? Percayalah, demokrasi hanya bisa diselenggarakan dan dituntaskan oleh kaum demokrat-progresif bukan kaum anti demokrasi produk kediktatoran fasis Orde Baru.
Lalu, terlalu mudakah kaum muda ini? Tidak, Sutan Sjahrir menjadi Perdana Menteri pertama Republik Indonesia pada 15 November 1945-3 Juli 1947, diusia republik kita baru 4 bulan. Berapa usia Sutan Sjahrir? 35 tahun! Lalu, berapakah usia para syahid dan syahidah Revolusi Demokrasi Mei 1998? 18-23 tahun. Begitu muda, begitu muda mereka berkorban nyawa untuk republik tercinta ini.
Tetapi berarti! Hidup mereka bermakna bagi rakyat miskin, tertindas dan kaum muda. Bermakna untuk perjuangan Revolusi Demokrasi Baru sehingga Kemanusiaan, Keadilan, Kerakyatan, Kebebasan dan Solidaritas menjadi realitas kongkrit di Indonesia.
Pada 4 tahun kematianmu saudaraku: Hery, Elang, Hendrawan dan Hafidhin, istirahlah bersama Tuhan YME dan dalam kedamaian. Engkau semua adalah bintang paling cemerlang di langit jiwa kami. Jiwa rakyat miskin, rakyat tertindas dan kaum muda.
Oleh: M. Fadjroel Rachman
Tidak ada komentar:
Posting Komentar