Senin, 25 Maret 2013

PERENCANAAN PEMEBELAJARAN PAUD

I.          Pendahuluan
Perencanaan pembelajaran pada program PAUD merupakan langkah awal yang sangat penting untuk memberikan arah yang tepat dalam pelaksanaan proses pembelajaran, selain itu rencana pembelajaran disusun untuk memberikan panduan dalam menyiapkan kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan anak. Dengan kata lain penyusunan rencana pembelajaran harus disesuaikan dengan tahap perkembangan anak. Rencana pembelajaran yang tidak sesuai dengan tahap perkembangan anak tidak atau kurang memberi manfaat bagi pengembangan kemampuan anak, untuk itu disini kami akan membahas  Komponen-komponen dalam rencana pembelajaran yang meliputi tujuan yang ingin dicapai, konsep yang ingin dibangun, metode, sarana, dan rencana waktu pelaksanaan merupakan acuan bagi pendidik dalam menjalankan kegiatan pembelajaran yang sistematis. 

II.          Rumusan Masalah
A) Proses Pembelajaran pada PAUD
B)  Tujuan dan fungsi program Pembelajaran pada PAUD
C) Prinsip-Prinsip Pembelajaran PAUD
D) Metode Pembelajaran pada PAUD

III.          Pembahasan  
A)    Proses pembelajaran pada PAUD 
          Pembelajaran pada anak usia dini pada hakikatnya adalah pengembangan kurikulum secara konkret berupa seperangkat rencana yang berisi sejumlah pengalaman belajar melalui bermain yang diberikan pada anak usia dini berdasarkan potensi dan tugas perkembangan yang harus di kuasainya dalam rangka pencapaian kompetensi yang di miliki oleh anak.[1]
Adapun proses pembelajaran terdiri atas beberapa hal diantaranya:
1.    Merancang suasana pembelajaran
a)    Ruangan dan halaman di atur guna menumbuhkan atau membangkitkan minat bereksplorasi anak dengan cara meletakkan media pembelajaran secara menarik. Pengaturan ruangan dan halaman dapat disesuaikan dengan tema mingguan
b)   Metode pembelajaran yang dipilih hendaknya merangsang anak untuk bereksplorasi (penjajakan), menemukan, dan memanfaatkan benda-benda di sekitarnya
2.    Menjalankan atau melaksanakan pembelajaran
a)    Proses pembelajaran tidak perlu diatur dalam tata urutan yang ketat. Anak hendaknya di beri kesempatan untuk memilih acara kegiatan pembelajarannya
b)   Dalam melaksanakan kegiatan pembelajarannya, sebaiknya di mulai dengan kegiatan yang dapat merangasang minat anak
c)    Kegiatan yang dijalankan anak dalam satu hari hendaknya bervariasai anatara kegiatan yang bersifat ramai dan kegiatan yang melatih konsentrasi anak
3.    Pengaturan
Pengaturan proses pembelajaran lebih lanjut di atur dalam pedoman pengelolaan proses pembelajaran.[2]
              B)    Tujuan dan fungsi program pembelajaran
            Menurut catron dan allen (1999:23) tujuan program pembelajaran adalah untuk mengoptimalkan perkembangan anak secara menyeluruh serta terjadinya  komunikasi interaktif.
            Menurut pendapat lain Tujuan program pembelajaran adalah membantu meletakkan dasar ke arah perkembanganan sikap pengetahuan, ketrampilan dan kreativitas yang diperlukan oleh anak untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan untuk pertumbuhan serta perkembangan pada tahapan berikutnya.
Adapun fungsi program pembelajaran diantaranya:
Ø Untuk mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki anak sesuai dengan tahap perkembangannya
Ø Mengenalkan anak dengan dunia sekitar
Ø Mengembangkan sosialisasi anak
Ø Mengenalkan peraturan dan menanamkan disiplin pada anak
Ø Memberikan kesempatan kepada anak untuk menikmatia masa bermainnya[3]
              C)    Prinsip-Prinsip Pembelajaran PAUD
   Berikut ini prinsip-prinsip pengembangan rencana pembelajaran yang harus dipahami oleh tenaga pendidik PAUD :
1.      Sesuai Dengan Tahap Perkembangan Anak
Rencana pembelajaran disusun untuk memberikan panduan dalam menyiapkan kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan anak. Dengan kata lain penyusunan rencana pembelajaran harus disesuaikan dengan tahap perkembangan anak. Rencana pembelajaran yang tidak sesuai dengan tahap perkembangan anak tidak atau kurang memberi manfaat bagi pengembangan kemampuan anak.
Sebagai contoh untuk kelompok anak usia 2 tahun yang sudah dapat berjalan dengan lancar, rencana pembelajaran yang berisi latihan berdiri tentunya tidak menantang anak untuk berkembang lebih lanjut. Sebaliknya untuk kelompok anak tersebut yang belum mengenal warna, kegiatan untuk membuat pola warna tidak akan dapat dicapai anak.
Mengetahui tahap perkembangan kelompok usia anak dapat merujuk pada Standar Perkembangan.
2.      Memenuhi Kebutuhan Belajar Anak
Selain memperhatikan tahap perkembangan anak, rencana pembelajaran juga harus dapat memenuhi kebutuhan belajar anak secara individu karena setiap anak memiliki gaya belajar yang berbeda. Meskipun pada umumnya anak pada kelompok usia tertentu ada dalam tahap perkembangan yang sama, tetapi pada kenyataannya setiap anak memiliki kekhasan masing-masing. Oleh karena itu dalam menyusun rencana pembelajaran perlu juga memperhatikan kekhasan anak secara individu.
Memahami kekhasan dan kebutuhan pembelajaran masing-masing anak dapat dilakukan melalui Deteksi Dini Tumbuh Kembang (DDTK) di saat anak baru masuk program, atau dengan cara mengamati saat anak main. DDTK adalah sekelompok instrumen yang digunakan untuk mendeteksi tahap perkembangan anak. Apabila perencanaan pembelajaran disusun setelah dilakukan penilaian, maka hasil penilaian perkembangan anak dapat dijadikan dasar untuk membuat perencanaan pembelajaran berikutnya.
3.      Menyeluruh (meliputi semua aspek perkembangan)
Rencana pembelajaran yang disusun harus mencakup semua aspek perkembangan anak yang meliputi: moral dan nilai-nilai agama, sosial, emosional, dan kemandirian, bahasa, kognitif, fisik/motorik dan seni sebagai satu kesatuan kegiatan pembelajaran yang menyenangkan. Pada pendidikan anak usia dini pengembangan setiap aspek perkembangan disampaikan dalam kegiatan pembelajaran yang terpadu dengan menggunakan tema. Contoh: dengan tema pembelajaran ”Aku”, aspek yang dikembangkan mencakup  moral dan nilai-nilai agama (mengenal aku sebagai ciptaan Tuhan), bahasa (menambah kosa kata tentang aku, menceritakan keluargaku, dll), kognitif (menghitung jumlah anggota tubuh), sosial emosional (mengenal kesukaan dan ketidaksukaanku), dan seterusnya.
4.      Operasional
     a. Tujuan Jelas dan dapat diukur: 
Perencanaan yang dibuat harus berisi tujuan yang jelas dan ingin dicapai dalam pembelajaran. Seperti yang dipaparkan di depan, tujuan yang ingin dicapai mencakup pengembangan semua kemampuan anak. Penetapan indikator yang ingin dicapai dalam rencana pembelajaran harus bertahap dan berkelanjutan, dimulai dari indikator paling sederhana, konkrit ke yang lebih rumit. Jumlah indikator yang ditetapkan dalam tujuan pun harus dibatasi sesuai dengan kemampuan.
Tujuan yang dituangkan dalam rencana pembelajaran pun harus dapat terukur, konkrit, dan dapat diamati.
        b. Dapat Dilaksanakan:
Perencanaan disusun sebagai acuan pelaksanaan pembelajaran, karena itu penyusunan rencana pembelajaran harus dipastikan dapat diterapkan dalam pembelajaran yang menyenangkan bagi anak. Agar perencanaan dapat laksanakan maka harus memperhatikan sumber daya yang ada (SDM, sarana dan prasarana, lingkungan/muatan lokal), serta sesuai dengan tahapan perkembangan anak.

5.      Mengoptimalkan Potensi Lingkungan
Salah satu tujuan PAUD adalah mengembangkan kemampuan anak dalam mengenal lingkungan sekitarnya. Dengan kata lain anak diharapkan peka terhadap lingkungan tempat tinggalnya. Anak dapat melihat lingkungan sebagai pusat sumber belajar, sebagai potensi yang harus dioptimalkan dan sebagai wahana yang harus dijaga kelestariannya. Karena itu pengembangan rencana belajar untuk PAUD harus berakar pada lingkungan yang ada di sekitar anak.
Lingkungan yang dimaksud disini meliputi, lingkungan fisik yakni orang-orang yang ada di sekitar anak (guru, pengelola, orang tua, masyarakat), benda-benda, tumbuhan, binatang, dan bangunan sekitarnya, cuaca, alam sekitar. Selain lingkungan fisk juga perlu memperhatikan lingkungan non fisik, yakni adat, budaya, nilai-nilai keagamaan, seni, bahasa, dan lainnya.
Lingkungan fisik maupun non fisik tersebut diatas menjadi sumber belajar yang tidak ada habisnya  untuk diolah menjadi bagian dari perencanaan pembelajaran bagi anak usia dini.
Contoh:
Tema         : Tempat Beribadah,
Sub tema   : Masjid
Kegiatan yang akan dilaksanakan:
·         Mendiskusikan perilaku yang diharapkan selama ada di masjid, kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan di masjid.
·         Mengajak anak langsung mengunjungi masjid untuk mengamati seluruh bagian bangunan masjid.
·         Memberi kesempatan kepada anak untuk mengekspresikan pengalamannya tentang masjid kedalam kegiatan-kegiatan seperti: melukis, menggambar, menyusun balok, bermain pasir, membentuk dengan playdough, menggunting, menyusun puzle, dll.

Mengoptimalkan potensi lingkungan juga dapat diartikan dengan memanfaatkan semua benda dan alat yang ada di lingkungan sebagai APE yang dapat dikembangkan sendiri oleh guru bersama anak sebagai salah satu alternatif mengatasi kekurangan atau keterbatasan APE yang dimiliki.[4]
              D)    Metode Pembelajaran pada PAUD
1.    Metode Pembelajaran Bermain
a.    Rasional metode pembelajaran melalui bermain
Kegiatan bermain juga dapat dijadikan sebagai metode pembelajaran. Kegiatan bermain adalah yang yang paling disukai oleh anak-anak. Ketika bermain anak-anak merasa gembira, tidak ada beban apa pun dalam pikiran. Suasana hati senantiasa ceria. Dalam keceriaan inilah, guru bisa dengan mudah menyelipkan ajaran-ajarannya.
Ahli psikologi dan pendidikan berpendapat bahwa bermain merupakan pekerjaan anak-anak dan cermin pertumbuhan anak. Melalui bermain, seluruh potensi kecerdasan yang dimiliki oleh anak dapat dikembangkan. Ada sebelas pengaruh bermain bagi perkembangan anak, yaitu: 1) Perkembangan fisik; 2) Dorongan berkomunikasi; 3) Penyaluran bagi energi emosional yang terpendam; 4) Penyaluran bagi keinginan dan kebutuhan; 5) Sumber belajar; 6) Rangsangan bagi kreativitas; 7) Perkembangan wawasan diri; 8) Belajar bermasyarakat; 9) Standar moral; 10) Belajar bermain sesuai dengan peran jenis kelamin; dan 11) Perkembangan ciri kepribadian yang diinginkan.
b.   Format pembelajaran melalui bermain
Metode pembelajaran melalui bermain terdiri dari tiga langkah utama, yaitu:
(1) Tahap Prabermain
Tahap prabermain terdiri dari dua macam kegiatan persiapan, yaitu kegiatan  penyiapan siswa dalam melaksanakan kegiatan bermain dan kegiatan penyiapan bahan dan peralatan.
(2) Tahap Bermain
Terdiri dari rangkaian kegiatan berikut:
(a) Semua anak menuju tempat yang sudah disediakan untuk bermain;
(b) Dengan bimbingan guru, peserta permainan mulai melakukan tugasnya masing-masing;
(c) Setelah kegiatan selesai, setiap anak menata kembali bahan dan peralatan bermainnya;
(d)Anak-anak mencuci tangan.

(3) Tahap Penutup
(a) Menarik perhatian anak tentang aspek-aspek penting dalam membangun sesuatu;
(b) Menghubungkan pengalaman anak dalam bermain yang baru saja dilakukan dengan pengalaman lain;
(c) Menunjukkan aspek-aspek penting dalam bekerja secara kelompok;
(d)Menekankan pentingnya kerja sama.
2.    Metode Pembelajaran Melalui bercerita
a.    Rasional metode pembelajaran melalui bercerita
Metode bercerita merupakan salah satu metode yang banyak dipergunakan di PAUD. Metode tersebut dapat memberikan pengalaman belajar bagi anak PAUD dengan membawakan cerita kepada anak secara lisan. Cerita yang dibawakan guru harus menarik dan mengundang perhatian anak serta tidak lepas dari tujuan pembelajaran bagi anak PAUD.
Penggunaan metode bercerita haruslah memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1)   Isi cerita harus terikat dengan dunia kehidupan anak TK.
2)   Kegiatan bercerita diusahakan dapat memberikan perrasaan gembira, lucu, dan mengasyikkan sesuai dengan dunia kehidupan anak yang penuh sukacita.
3)   Kegiatan bercerita harus diiusahakan menjadi pengalaman bagi anak TK yang bersifat unik dan menarik.
Manfaat yang dapat diambil dari kegiatan bercerita atau mendongeng adalah:
1)   Mengembangkan imajinasi anak;
2)   Menambah pengalaman;
3)   Melatih daya konsentrasi;
4)   Menambah perbendaharaan kata;
5)   Menciptakan suasana yang akrab;
6)   Melatih daya tangkap;
7)   Mengembangkan perasaan sosial;
8)   Mengembangkan emosi anak;
9)   Berlatih mendengarkan;
10)                   Mengenal nilai-nilai yang positif dan negatif;
11)                   Menambah pengetahuan.
b.   Format pembelajaran melalui bercerita
Metode pembelajaran melalui bercerita terdiri dari lima langkah, antara lain yaitu:
1)   Menentukan tujuan dan tema cerita
2)   Menentukan bentuk bercerita yang dipilih
3)   Menentukan bahan dan alat yang diperlukan dalam kegiatan bercerita
4)   Menetapkan rancangan langkah-langkah kegiatan bercerita, yang terdiri dari: a) menyampaikan tujuan dan tema cerita; b) mengatur tempat duduk; c) melaksanakan kegiatan pembukaan; d) mengembangkan cerita; e) menetapkan teknik bertutur; f) mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan cerita.
5)   Menetapkan rancangan penilaian kegiatan bercerita.
3.    Metode Pembelajaran Melalui bernyanyi
a.    Rasional metode pembelajaran melalui bernyanyi
Honing menyatakan bahwa bernyanyi memiliki banyak manfaat untuk praktik pendidikan anak dan perkembangan pribadinya secara luas karena: 1) bernyanyi bersifat menyenangkan; 2) bernyanyi dapat dipakai untuk mengatasi kecemasan; 3) bernyanyi merupakan media untuk mengekspresikan perasaan; 4) bernyanyi dapat membangun rasa percaya diri anak; 5) bernyanyi dapat membantu daya ingat anak; 6) bernyanyi dapat mengembangkan rasa humor; dan 7) bernyanyi dapat membantu pengembangan keterampilan berfikir dan kemampuan motorik anak; serta dapat meningkatkan keeratan dalam sebuah kelompok.
Kegiatan bernyanyi merupakan salah satu kegiatan yang sangat digemari oleh anak-anak. Hampir setiap anak menikmati lagu-lagu atau nyanyian yang didengarkan, lebih-lebih jika nyanyian tersebut dibawakan oleh anak-anak seusianya dan diikuti dengan gerakan-gerakan yang sederhana. Melalui nyanyian atau lagu, banyak hal yang dapat kita pesankan kepada anak-anak, terutama pesan-pesan moral dan nilai-nilai agama.
b.   Sintaks pembelajaran melalui bernyanyi
Metode pembelajaran melalui bernyanyi terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut:
1)   Tahap perrencanaan, (penetapan tujuan pembelajaran, penetapan materi pembelajaran, menetapkan metode dan teknik pembelajaran, dan menetapkan evaluasi pembelajaran) 
2)   Tahap pelaksanaan, yang terdiri dari:
a)    Kegiatan awal: guru memperkenalkan lagu
b)     Kegiatan tambahan: anak diajak mendramatisikan lagu.
3)   Tahap penilaian dilakukan dengan memakai pedoman observasi untuk mengetahui sejauh mana perkembangan yang telah dicapai oleh anak.
4.    Metode Pembelajaran Terpadu
a.    Rasional metode pembelajaran terpadu
Pembelajaran terpadu, pembelajaran yang mengintegrasikan ke dalam semua bidang kurikulum atau  bidang-bidang pengembangan, berbagai kemampuan yang dimiliki oleh anak dapat berkembang secara optimal.
b.   Manfaat metode pembelajaran terpadu
Ada beberapa manfaat dari metode pembelajaran terpadu, yaitu meningkatkan perkembangan konsep anak, memungkinkan anak untuk mengeksplorasikan pengetahuan, membantu guru dan praktisi lainnya untuk mengembangkan kemampuan profesionalnya, dapat dilaksanakan pada jenjang yang berbeda.
c.    Sintak pembelaajaran terpadu
Prosedur pelaksanaan pembelajaran terpadu terdiri dari langkah-langkah berikut: 1. Memilih tema, 2. Penjabaran tema, 3. Perencanaan, 4. Pelaksanaan, 5. Penilaian
5.    Metode Pembelajaran Karya Wisata
a.    Rasionalisasi metode pembelajaran karya wisata
Karya wisata merupakan salah satu metode pembelajaran yang memberi kesempatan kepada anak-anak untuk mengamati, memperoleh informasi, dan mengkaji dunia secara langsung, seperti binatang, tanaman, dan benda-benda lain yang ada di sekitar anak.
b.   Format metode pembelajaran karya wisata
Secara umum, rancangan kegiatan yang dapat disiapkan oleh pamong PAUS adalah:
1)      Menentukan sasaran dan lokasi,
2)      Melakukan observasi lokasi dan hubungan dengan pengelola lokasi,
3)      Merumuskan program kegiatan,
4)      Membentuk panitia pelaksana (bila perlu),
5)      Mmenyiapkan bahan dan alat serta perlengkapan yang deperlukan,
6)      Merumuskan tata tertib kegiatan,
7)      Meminta izin dan partisipasi orang tua
6.    Metode Pembelajaran Demonstrasi
a.    Rasionalisasi metode pembelajaran demonstrasi
Metode ini menekan pada cara-cara mengerjakan sesuatu dengan penjelasan, petunjuk, dan peragaan secara langsung. Melalui metode ini, diharapkan anak-anak dapat mengenal langkah-langkah pelaksanaan dalam melakukan suatu kegiatan, yang pada gilirannnya anak-anak diharapkan dapat meniru dan melakukan apa yang didemonstrasikan oleh pamong.
b.   Format metode pembelajaran demonstrasi
Secara umum, rancangan yang dapat dibuat meliputi:
1)   Menetapkan tujuan dan tema kegiatan,
2)   Menentukan bentuk demonstrasi yang dipilih,
3)   Menyiapkan alat dan bahan,
4)   Menetapkan langkah-langkah kegiatan,
5)   Menetapkan penilaian kegiatan.
7.    Metode Pembelajaran Bercakap-cakap (Berdialog)
Kegiatan bercakap-cakap atau berdialog dapat diartikan saling mengomunikasikan pikiran, perasaan, dan kebutuhan secara verbal untuk mewujudkan bahasa reseptif yang meliputi kemampuan mendengarkan dan memahami pembicaraan orang lain dan bahasa ekspresif yang meliputi kemampuan menyatakan pendapat, gagasan, dan kebutuhan kepada orang lain.
Seorang pamong PAUD hendaknya berupaya untuk menggunakan bahasa yang baik dan benar dalam berdialog. Upayakan menggunakan kata-kata yang positif, penuh dengan penghargaan dan pujian, serta kata-kata yang santun dan lembut, misalnya kata trima kasih, pintar, alhamdulillah, luar biasa, permisi, subhanallah dan lain-lain.
8.    Metode Pembelajaran Pemberian Tugas
Metode pemberian tugas ini diberikan kepada anak semata-mata hanya untuk melatih persepsi pendengaran, meningkatkan kemampuan bahasa reseptif  anak, memusatkan perhatian, dan membangun motivasi anak bukan untuk melihat hasilnya. Oleh karena itu, sebaiknya dihindari pemberian tugas yang bersifat memaksa, mendikte, membatasi  kreativitas anak, terus-menerus, dalam bentuk pekerjaan rumah, atau tugas-tugas lain yang membuat anak justru merasa terpaksa, tertekan, membuat anak bosan, bahkan mungkin sampai pada tingkat frustasi.
9.    Metode Pembelajaran Sentra dan Lingkaran (Seling)
Metode ini menekan pada pembelajaran sistem sentra, sementara intervensi pamong dalam pembelajaran lebih diminimalisasi. Pembelajaran dengan metode ini mengacu pada empat pijakan yang ada, yaitu sebagai berikut:
a.    Pijakan lingkaran main
b.    Pijakan pengalaman sebelum bermain
c.    Pijakan pengalaman main setiap anak
d.   Pijakan pengalaman setelah main
Empat pijakan tersebut merupakan pijakan yang bersifat umum yang harus dilakukan oleh pamong PAUD dalam proses pembelajaran dengan menggunakan metode sentra.
10.      Metode Pembelajaran Quantum Teaching 
            Metode ini tergolong relatif baru dalam PAUD karena pada umumnya metode ini digunakan untuk pendidikan formal. Metode Quantum Teaching , peran otak kanan dan kiri dapat dioptimalkan. Metode ini juga mampu mengakomodasi modalitas belajar anak (visual, auditorial, dan kinestetik). Selain itu, metode ini juga mengoptimalkan potensi kecerdasan majemuk yang dimiliki anak sehingga dengan menggunakan metode ini suasana belajar akan lebih bergairah, hidup, menyenangkan, tidak membosankan, dinamis, dan nyaman sehingga anak-anak lebih betah selama belajar.[5]


[1] Yuliani Nurani Sujiono, Konsep Dasar Pendidikan PAUD, (Jakarta Baratn:PT Indeks.2011),  hlm. 138
[2] Zainal Aqib, Pedoman Teknis Penyelenggaraan PAUD, (Bandung:CV. Nuansa Aulia. 2010),  hlm. 45
[3] Yuliani Nurani Sujiono,  Konsep Dasar Pendidikan PAUD, (Jakarta Barat: PT Indeks, 2011), hlm. 139
[4] http://blog.tp.ac.id/prinsip-pembelajaran-paud#
[5] Novan Ardy Wiyani & Barnawi, FORMAT PAUD: Konsep, Karakteristik, & implementasi Pendidikan Anak Usia Dini, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), hlm. 122-147

Tidak ada komentar:

Posting Komentar