Senin, 25 Maret 2013

HADIS TENTANG PENTINGNYA SILATURRAHMI

I.          PENDAHULUAN
Nabi Muhammad adalah suri tauladan bagi seluruh umat Islam di dunia. Beliau pertama kali diutus Allah SWT untuk memperbaiki akhlak manusia di bumi. Karena dengan akhlak yang baik akan tercipta kehidupan yang baik pula. Salah satu akhlak yang baik yaitu silaturrahmi.
Silaturrahmi merupakan amalan yang sangat ditekankan Allah SWT. Karena dengan menjaga silaturrami antar kerabat atau masyarakat, akan membawa banyak manfaat.
Bentuk silaturrami sendiri, tidak hanya berarti bertamu kepada para kerabat dekat. Tetapi silaturrahmi mempunyai arti yang sangat luas. Maka dalam makalah ini akan dibahas lebih lanjut mengenai pengertian, bentuk-bentuk silaturrahmi, manfaat, dan larangan ketika memutus silaturrahmi.
II.       HADITS
A.    Hadits dari Ibnu Shihab tentang menyambung tali silaturrahmi dapat menjadi sarana kelapangan rizki dan panjangnya umur.
عَنْ ابْنِ شِهَا بٍ قَالَ أَخْبَرَنِي اَنَسُ بْنِ مَالِكٍ أَنَّ رَسُوْلَ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فيِ رِزْقِهِ وَيُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ (متفق عليه)
Dari Ibnu Syihab, dari Annas bin Malik berkata bahwa sesungguhnya  Rasulullah saw bersabda : barang siapa ingin dilapangkan rizkinya dan ditangguhkan atau dipanjangkan umurnya, maka hendaklah dia menyambung tali kasih dengan keluarganya.(H.R. Bukhari dan Muslim)[1]

B.     Hadits dari Abi Ayyub tentang amal yang dapat memasukkan seseorang ke dalam surga.
عَنْ أَبِي أَيُّوْبَ أَنَّ رَجُلاً قَالَ يَا رَسُوْلَ اللهِ أَخْبِرْنِي بِعَمَلٍ يُدْخِلُنِي الْجَنَّةَ قَالَ رَسُوْلَ اللهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : تَعْبُدُ اللهَ وَلَا تُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا وَتُقِيْمُ الصَّلَاةَ وَتَصِلُ الرَّحِمَ (متفق عليه)
Dari Abu Ayyub, ada seseorang bertanya kepada Rasulullah : “Wahai Rasulullah, beritahukanlah kepadaku amal apa yang dapat memasukkanku kedalam surga.” Nabi SAW menjawab : “Sembahlah Allah dan jangan mempersekutukan-Nya, dirikanlah shalat, bayarlah zakat, dan sambunglah tali kekerabatan” (HR. Bukhari dan Muslim)[2]

C.     Hadits dari A’mas tentang larangan memutus silaturrahmi
عَنْ الْأَعْمَشِ, قَالَ : كَانَ ابْنُ مَسْعُودٍ جَالِسًا بَعْدَ الصُّبْحِ فِي حَلْقَةٍ ,فَقَالَ : "أَنْشُدُ اللهَ قَاطِعَ الرَّحِمِ إِمَّا قَامَ عَنَّا, فَإِنَّا نُرِيْدُ أَنْ نَذْعُوَا رَبَّنَا, وَإِنَّ أَبْوَابَ السَّمَاءِ مُرَتَجَةٌ دُونَ قَاطِعِ الرَّحِمِ" (أخرجه البيهقي)          
Dari A’mas, berkata: bahwasanya Ibnu Mas’ud duduk setelah subuh dalam sebuah lingkaran, dan dia berkata : “Allah akan mencari orang yang memutuskan tali silaturrahmi ketika dia dibangkitkan, dia di azab. Kami ingin berdo’a kepada Tuhan kami. Dan sesungguhnya pintu-pintu langit tertutup untuk menghinakan orang yang memutuskan tali silaturrahmi.” (dikeluarkan oleh Baihaqi)
III.    PEMBAHASAN
  1. Pengertian Silaturrahmi
Istilah silaturrahim terdiri dari dua kata: shillah (hubungan, sambungan) dan rahim (peranakan). Istilah ini adalah sebuah simbol dari hubungan baik penuh kasih sayang antara sesama karib kerabat yang asal usulnya berasal dari satu rahim.
Dalam bahasa sehari-hari juga dikenal istilah silaturrahmi dengan pengertian yang lebih luas, tidak hanya terbatas pada hubungan kasih sayang antara sesama kerabat karib, tetapi juga mencakup masyarakat yang lebih luas. Jadi  silaturrahmi adalah menghubungkan tali kasih sayang antara sesama anggota masyarakat. Sedangkan silaturrahim adalah hubungan kasih sayang yang terbatas pada hubungan dalam sebuah keluarga besar.[3]
  1. Bentuk-bentuk Silaturrahmi
Banyak sekali kegiatan yang dilakukan manusia dalam kehidupannya yang mencerminkan silaturrahim. Sehingga silaturrahim dapat dilakukan dalam berbagai ruang seperti berikut:
1.      Silaturrahim dalam Keluarga
Banyak kegiatan yang dilaksanakan dalam lingkungan keluarga, dalam rangka menjaga tali silaturahim antar keluarga. Contohnya yaitu tasyakuran, haul keluarga yang telah meninggal, tasyakuran, dll.
2.      Silaturahim dalam bidang pendidikan
 Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam dunia pendidikan yang mencerminkan silaturahim di antaranya adalah proses belajar-mengajar, temu wali murid, alumni, dll.
3.      Silaturahim dalam bidang sosial
Ruang social kemasyarakatan merupakan ruang kehidupan yang majemuk dan heterogen berdasarkan aktivitasnya dalam kehidupan sehari-hari. Namun, anatar individu dalam masyarakat tersebut dalam masyarakat tersebut dapat disatukan dan dieratkan melalui berbagai kegiatan seperti bakti social, peringatan hari pahlawan, dll.
4.      Silaturahim dalam bidang ekonomi
Silaturahim dalam bidang ekonomi dapat dilakukan dalam bentuk kerjasama antar daerah(kabupaten), kerjasama antar propinsi, bahkan kerjasama antar Negara. Selain itu, banyak sistem bisnis yang dapat mengkoneksikan satu orang dengan yang lainya yang memungkinkan adanya ikatan silaturahim seperti arisan, MLM, dan sistem bisnis lainya.
5.       Silaturahim dalam bidang politik
Kegiatan-kegiatan yang mencerminkan silaturahim yang dilakukan dalam dunia politik di antaranya adalah pelatihan kader dasar partai politik, raker parpol, munas parpol, kampanye parpol, dan kegiatan lainya.[4]
  1. Manfaat Silaturrahmi
Di samping meningkatkan hubungan persaudaraan antara sesama karib kerabat, silaturrahmi juga memberi manfaat lain yang besar baik di dunia maupun di akhirat. Antara lain :
1.      Mendapatkan rahmat, nikmat dan ikhsan dari Allah SWT
Jika seorang mukmin berbuat baik kepada sanak kerabatnya, meskipun mereka sendiri jahat terhadapnya maka derajatnya akan terangkat di sisi Allah SWT karena ketegaranya menanggung derita kejahatan dan semangatnya menyambung tali silaturrahmi sebagai implementasi perintah Allah untuk peduli dan berempati pada sanak kerabat.[5]
2.      Masuk surga dan jauh dari neraka
Telah disebutkan oleh Rasulullah SAW bahwa sesudah beberapa amalan pokok, silarurrahmi dapat mengantarkan seseorang ke surga dan menjauhkanya dari neraka.Sebagaimana hadits yang diriwayatkan dari Abu Ayyub diatas.
3.      Lapang rezeki dan panjang umur
Lapangkan rizki dari kutipan hadits tersebut dapat difahami secara obyektif, karena salah satu modal untuk mendapatkan rizki adalah dengan kita berhubungan baik dengan sesama manusia, peluang-peluang bisnis misalnya akan terbuka dari banyaknya hubungan kita dengan masyarakat luas, bahkan jika kita lihat pada realita sekarang kepercayaan rekanan bisnis adalah lebih diutamakan daripada yang lainya.
Sedangkan maksud dari pengertian dipanjangkan umurdisini hanya sebatas dalam pengertian simbolis, yang menunjukkan bahwa umur yang mendapat taufiq dari Allah SWT sehingga berkah dan bermanfaat bagi umat manusia sehingga namanya akan abadi dan akan senantiasa dikenang dalam waktu yang lama.[6]
  1. Larangan memutus silaturrahmi
Disamping mendorong untuk melakukan sillaturrahmi, Islam juga mengingatkan secara tegas bahkan mengancam dengan dosa yang besar orang-orang yang memutuskan silaturrahmi (qathi’ah ar-rahim).
Dan Rasulullah SAW dalam berbagai haditsnya pun telah mengutuk perbuatan dari orang-orang yang memutuskan tali silaturrahmi atau hubungan persaudaraan, yang dimana secara tegas diperintah oleh Allah SWT untuk senantiasa menjaganya, sebab yang demikian dapat difahami karena kecintaan seseorang terhadap saudaranya merupakan bukti dari keimanan seseorang sehingga ketika seseorang telah memutuskan hubungan kasih sayang terhadap sesama sebagai bentuk persaudaraan maka dia telah kehilangan sebagian dari keimanannya, karena keimanan yang sempurna menuntut kecintaan terhadap sesama muslim.[7]
Sedangkan ancaman bagi pemutus silaturahmi diantaranya yaitu: Di tulikan telinganya dan di butakan matanya, Terputus dari Allah SWT, Amalnya tidak diterima Allah, Tidak di turunkannya rahmat, Siksaan di dunia dan di akhirat, dan Tidak masuk surga.[8]


[1]  Imam Shihab ad-Din abi al-Abbas ahmad bin Muhammad as-syafi’I al-Qisthilani, Syarah Shahih Bukhari, (Beirut: Dar al-Kitab al-Ilmiyah, t.th), hlm. 20.
[2] Imam Abu Zakariya, Riyadhu Asshalihin, Terj. Ahmad Sunarto, juz 1, ( Jakarta : Pustaka Amani,1999 ), hlm 338.
[3] Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlak, (Jakarta: LPPI, 2007), hlm. 183
[4]  Ahmad Fauzan, Kedasyatan Silaturrahim, (Yogyakarta: Madina Press, 2010), hlm. 79-80.
[5] Muhammad Fauqi Hajjaj, Tasawuf Islam dan Akhlak, cet. I, (Jakarta: Amzah, 2011), hlm. 291.
[6] Yunahar Ilyas, Kuliah…, hlm. 189-190.
[7]  Juwariyah, Hadits Tarbawi, cet. I, ( Yogyakarta : Teras, 2010 ), hlm. 55.
[8] Ahmad Fauzan, Kedasyatan…, hlm. 74-78.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar