I. PENDAHULUAN
Siapapun tidak dapat mengingkari bahwa Nabi Muhammad SAW adalah salah satu tokoh besar di dunia. Tidak hanya umat Islam sebagai pengikutnya yang mengakui kebesaran pengaruhnya, tetapi juga oleh umat lainnya di seluruh dunia. Nabi Muhammad SAW adalah manusia biasa, tetapi di sisi lain ia tidak seperti umumnya manusia.
Makkah sebagai kota dimana Islam dilahirkan memberikan sebuah tantangan tersendiri bagi nabi saat mensyi'arkan Islam. Perlu rasanya bagi kita untuk mengetahui bagaimana ia menghadapi dan memecahkan problem-problem kala itu. Untuk itu, dalam makalah ini akan mengkaji bagaimana sejarah perjuangan Muhammad SAW sebagai seorang nabi terakhir, khususnya pada periode awal kenabian di Makkah; lalu kita juga perlu mengkaji kepemimpinan Muhammad SAW sehingga beliau mampu mencapai kesuksesan.
II. RUMUSAN MASALAH
A. Bagaimana Sejarah Hidup Nabi Muhammad SAW?
B. Bagaimana Kepemimpinan Nabi Muhammad SAW?
C. Bagaimana Pendapat Para Orientalis Terhadap Nabi Muhammad SAW?
D. Apa Kunci Keberhasilan dari Kepemimpinan Nabi Muhammad SAW?
III. PEMBAHASAN
A. Biografi Nabi Muhammad SAW
Beliau dilahirkan di Makkah, dari seorang wanita bernama Aminah binti Wahab dan seorang pemuda Abdullah bin Abdul Muthalib. Muhammad dilahirkan pada hari senin bertepatan dengan tanggal 12 Rabiul Awwal atau 20 April tahun 571 Masehi, yang dikenal dengan tahun Gajah. Tahun Kelahiran Rasulullah dinamakan dengan tahun Gajah karena pada tahun tersebut, kota Makkah diserang oleh pasukan bergajah yang dipimpin oleh Abrahah, seorang gubernur dari kerajaan Nasrani Abisenia dengan tujuan untuk menghancurkan Ka'bah. [1]
Dalam masa kelahiran beliau banyak terjadi peristiwa yang sangat luar biasa sebagai bukti nyata bahwa dia adalah manusia agung pilihan Tuhan. Peristiwa itu misalnya dalam sebuah riwayat dari Anas bin Malik, ia berkata : “Rasulullah telah didatangi oleh Jibril ketika beliau sedang bermain dengan anak-anak lainnya. Lalu Jibril memegang dan merebahkan beliau, kemudian Jibril membelah dada serta mengeluarkan hati beliau. Dari hati tersebut dikeluarkan segumpal darah,lau Jibril berkata :”Ini adalah bagian setan yang terdapat dalam dirimu”. Setelah itu Jibril membasuh hati tersebut dengan menggunakan air Zamzam didalam sebuah bejana yang terbuat dari emas, kemudian meletakkannnya kembali kedalam dada beliau serta menjahitnya seperti semula.[2]
Muhammad lahir dalam keadaan yatim karena ayahnya Abdullah, meninggal dunia tiga bulan setelah dia menikahi Aminah. Muhammad kemudian diserahkan kepada ibu pengasuh, Halimah Sa'diyyah. Dalam asuhannyalah Muhammad dibesarkan sampai usia 4 tahun. Setelah itu, kurang lebih dua tahun dia berada dalam asuhan ibu kandungnya. Ketika berusia 6 tahun dia menjadi yatim piatu. Hal ini seakan-akan menunjukkan bahwa Allah ingin melaksanakan sendiri pendidikan Muhammad, orang yang dipersiapkan untuk membawa risalah-Nya yang terakhir. [3]
Dalam usia muda Muhammad hidup sebagai penggembala kambing penduduk mekah. Melalui kegiatan pengembalaan ini dia menemukan tempat untuk berfikir dn merenung. Dalam suasana demikian dia ingin melihat sesuatu di balik semuanya. Pemikiran dan perenungan ini membuatnya jahuh dalam pemikiran nafsu duniawi, sehingga dia terhindar berbagai macam noda yang dapat merusak namanya, karena itu sejak muda di juluki sebagai Al- Amin, orang yang terpercaya.
Nabi Muhammad ikut untuk pertama kali dalam kafilah dagang ke Syiria atau Syam dalam usia 12 tahun. Kafilah itu dipimpin oleh Abu Tholib. Dalam perjalana ini, di Busyro, sebelah selatan Syiria, ia bertemu dengan pendeta kristen bernama Buroiroh. Pendeta ini melihat tanda-tanda kenabian pada Muhammad sesuai dengan petunjuk cerita kristen. Sebagian sumber menceritakan bahwa pendeta itu menasehatkan Abu Thalib jangan terlalu jauh memasuki daerah Syiria. Sebab dikhawatirkan orang-orang yahudi yang mengetahui tanda-tanda tersebut akan berbuat jahat kepadanya.
Pada usia yang ke-25 Muhammad berangkat ke Syiria membawa barang dagangan saudagar wanita kaya raya yang telah lama menjanda, Khodijah. Dalam pandangan ini Muhammad memperoleh laba yang besar terus kemudian Khodijah melamar Muhammad karena Muhammad disamping mempunyai laba yang besar orangnya jujur sehingga Khotijah tertarik untuk menjadikan suaminya.[4]
B. Kepemimpinan Nabi Muhammad SAW
Sebagian besar dari kita pernah mendengar tentang kepemimpinan seorang Muhammad saw. Dalam masa 22 tahun beliau sanggup mengangkat derajat bangsa Arab dari bangsa jahiliah yang diliputi kebodohan dan keterbelakangan menjadi bangsa terkemuka dan berhasil memimpin banyak bangsa di dunia. Orang-orang yang berada di bawah kepemimpinannya merasakan kelembutan dan kasih sayang beliau. .
Cara berpikir Muhammad saw yang lurus terlahir dari cara pandangnya yang juga lurus terhadap hidup dan kehidupan ini. Cara berpikir yang lurus tadi menghasilkan sebuah keputusan yang tepat sekaligus dapat diterima semua pihak.
Inilah cara berpikir Muhammad saw tersebut yang menjadi prinsip kepemimpinannya :
Cara berpikir Muhammad saw yang lurus terlahir dari cara pandangnya yang juga lurus terhadap hidup dan kehidupan ini. Cara berpikir yang lurus tadi menghasilkan sebuah keputusan yang tepat sekaligus dapat diterima semua pihak.
Inilah cara berpikir Muhammad saw tersebut yang menjadi prinsip kepemimpinannya :
1. Beliau menomorsatukan fungsi sebagai landasan dalam memilih orang atau sesuatu, bukan penampilan atau faktor-faktor luar lainnya
Keempat sahabat yang dikenal sangat dekat dengan Beliau, yakni Abu Bakar Assidiq, Umar ibnu Khattab, Ustman ibnu Affan dan Ali ibnu Abi Tholib adalah gambaran jelas kemampuan Muhammad saw dalam melihat fungsi.
- Abu Bakar Assidiq yang bersifat percaya sepenuhnya kepada Muhammad saw, adalah sahabat utama. Ini bermakna modal seorang pemimpin adalah kepercayaan dari orang lain.
- Abu Bakar Assidiq yang bersifat percaya sepenuhnya kepada Muhammad saw, adalah sahabat utama. Ini bermakna modal seorang pemimpin adalah kepercayaan dari orang lain.
-Umar ibnu Khattab bersifat kuat, berani dan tidak kenal takut dalam menegakkan kebenaran. Ini bermakna kekuasaan akan efektif apabila ditunjang oleh semangat pembelaan terhadap kebenaran dengan penuh keberanian.
- Ustman ibnu Affan adalah seorang pedagang kaya raya yang rela menafkahkan seluruh harta kekayaannya untuk perjuangan Muhammad saw. Faktor ketiga yang tidak kalah penting adalah pendanaan. Sebuah kepemimpinan akan lebih lancar apabila ditunjang kondisi ekonomi yang baik dan keuangan yang lancar.
- Ali ibnu Abi Thalib adalah seorang pemuda yang berani dan tegas, penuh ide kreatif, rela berkorban dan lebih suka bekerja dari pada bicara. Kepemimpinan akan menjadi semakin kuat karena ada regenerasi. Tidak ada pemimpin yang berkuasa selamanya, dia perlu menyiapkan penerus agar rencana-rencana yang belum terlaksana bisa dilanjutkan oleh generasi berikutnya.
- Ustman ibnu Affan adalah seorang pedagang kaya raya yang rela menafkahkan seluruh harta kekayaannya untuk perjuangan Muhammad saw. Faktor ketiga yang tidak kalah penting adalah pendanaan. Sebuah kepemimpinan akan lebih lancar apabila ditunjang kondisi ekonomi yang baik dan keuangan yang lancar.
- Ali ibnu Abi Thalib adalah seorang pemuda yang berani dan tegas, penuh ide kreatif, rela berkorban dan lebih suka bekerja dari pada bicara. Kepemimpinan akan menjadi semakin kuat karena ada regenerasi. Tidak ada pemimpin yang berkuasa selamanya, dia perlu menyiapkan penerus agar rencana-rencana yang belum terlaksana bisa dilanjutkan oleh generasi berikutnya.
2. Beliau mengutamakan segi kemanfaatan daripada kesia-siaan
Tidak ada perkataan, perbuatan bahkan diamnya seorang Muhammad yang menjadi sia-sia dan tidak bermakna. Pilihan terhadap kurma, madu, susu kambing dan air putih sebagai makanan yang bermanfaat untuk tubuh adalah salah satu contohnya. Bagaimana sukanya Muhammad terhadap orang yang bekerja keras dan memberikan manfaat terhadap orang banyak dan kebencian beliau terhadap orang yang menyusahkan dan merugikan orang lain adalah contoh yang lain.
3. Beliau mendahulukan yang lebih mendesak daripada yang bisa ditunda
Ketika ada yang bertanya kepadanya, mana yang harus dipilih apakah menyelamatkan seorang anak yang sedang menghadapi bahaya atau meneruskan shalat, maka beliau menyuruh untuk membatalkan shalat dan menyelamatkan anak yang sedang menghadapi bahaya.
4. Beliau lebih mementingkan orang lain daripada dirinya sendiri
Ketika datang wahyu untuk melakukan hijrah dari kota Makkah ke Madinah, Muhammad Saw baru berangkat ke Madinah setelah semua kaum Muslimin Makkah berangkat terlebih dulu. Padahal saat itu beliau terancam akan dibunuh, namun tetap mengutamakan keselamatan kaumnya yang lebih lemah.
Ketika etnik Yahudi yang berada di dalam kekuasaan kaum Muslimin meminta perlindungan kepadanya dari gangguan orang Islam di Madinah, beliau sampai mengeluarkan pernyataan : Bahwa barang siapa yang mengganggu dan menyakiti orang-orang Yahudi yang meminta perlindungan kepadanya, maka sama dengan menyatakan perang kepada Allah dan Rasulnya. Padahal tindakan demikian bisa menjatuhkan kredibilitas Beliau di mata kelompok-kelompok etnik Arab yang sudah lama memusuhi etnik Yahudi.
Ketika etnik Yahudi yang berada di dalam kekuasaan kaum Muslimin meminta perlindungan kepadanya dari gangguan orang Islam di Madinah, beliau sampai mengeluarkan pernyataan : Bahwa barang siapa yang mengganggu dan menyakiti orang-orang Yahudi yang meminta perlindungan kepadanya, maka sama dengan menyatakan perang kepada Allah dan Rasulnya. Padahal tindakan demikian bisa menjatuhkan kredibilitas Beliau di mata kelompok-kelompok etnik Arab yang sudah lama memusuhi etnik Yahudi.
5. Beliau memilih jalan yang tersukar untuk dirinya dan termudah untuk umatnya
Apabila ada orang yang lebih memilih mempersulit diri sendiri dari pada mempersulit orang lain, maka dia adalah para Nabi dan Rasul Begitu pun dengan Muhammad saw. Ketika orang lain disuruh mencari jalan yang termudah dalam beragama, maka Beliau memilih untuk mengurangi tidur.
Ketika dia menyampaikan perintah Allah Swt kepada umat untuk mengeluarkan zakat hartanya hanya sebesar 2,5 bagian saja dari harta mereka, dia bahkan menyerahkan seluruh hartanya untuk perjuangan dan tidak menyisakan untuknya dan keluarganya, kecuali rumah yang menempel di samping mesjid, satu dua potong pakaian dan beberapa butir kurma atau sepotong roti kering untuk sarapan. Sampai-sampai tidurnya hanya di atas pelepah korma.
Seperti pernah dia bertanya kepada Aisyah ra. Istrinya apakah hari itu ada sepotong roti kering atau sebiji korma untuk dimakan. Ketika istrinya berkata bahwa tidak ada semua itu, maka Muhammad Saw mengambil batu dan mengganjalkannya ke perut untuk menahan lapar.
Ketika dia menyampaikan perintah Allah Swt kepada umat untuk mengeluarkan zakat hartanya hanya sebesar 2,5 bagian saja dari harta mereka, dia bahkan menyerahkan seluruh hartanya untuk perjuangan dan tidak menyisakan untuknya dan keluarganya, kecuali rumah yang menempel di samping mesjid, satu dua potong pakaian dan beberapa butir kurma atau sepotong roti kering untuk sarapan. Sampai-sampai tidurnya hanya di atas pelepah korma.
Seperti pernah dia bertanya kepada Aisyah ra. Istrinya apakah hari itu ada sepotong roti kering atau sebiji korma untuk dimakan. Ketika istrinya berkata bahwa tidak ada semua itu, maka Muhammad Saw mengambil batu dan mengganjalkannya ke perut untuk menahan lapar.
6. Beliau lebih mendahulukan tujuan akhirat daripada maksud duniawi
Para Nabi dan Rasul adalah orang-orang terpilih sekaligus contoh teladan bagi kita. Muhammad Saw menunjukkan bahwa jalan akhirat itu lebih utama daripada kenikmatan dunia dengan seluruh isinya ini.
“Seandainya kalian letakkan matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku, maka aku tidak akan berhenti dalam menyampaikan risalah ini.” Demikian Muhammad Saw berkata kepada para pemimpin Quraisy yang mencoba menyuap Muhammad Saw dengan harta benda, menjanjikan kedudukan tertinggi di kalangan suku-suku Arab dan juga menyediakan wanita-wanita cantik asalkan Muhammad Saw akan menghentikan dakwahnya di kalangan mereka.
mengenai kepemimpinan Rasulullah itu, bahwa teladan kepemimpinan itu sesungguhnya terdapat pada diri Rasulullah SAW karena ia adalah pemimpin yang holistic, accepted, dan proven[5]. Holistic karena beliau adalah pemimpin uang mampu mengembangkan leadership dalam berbagai bidang termasuk diantaranya: self development, tatanan masyarakat yang akur, sistem pendidikan yang bermoral dan mencerahkan. Kepemimpinannya acceptedkarena beliau adalah Seorang pemimpin yang diterima dan diakui oleh semua masyarakatnya. Bahkan kepemimpinan beliau masih diterima sampai saat ini. Kepemimpinannya proven atau penuh bukti tidak hanya berjanji dan sudah terbukti sejak lebih dari 15 abad yang lalu hingga sekarang masih relevan diterapkan.[6]
Berikut ini merupakan kepemimpinan Nabi Muhammad SAW dalam berbagai bidang:
1. Muhammad SAW Sebagai Pemimpin Sistem Pendidikan Holistik
Perhatian Rasulullah SAW terhadap Pendidikan
Rasulullah SAW sangat memperhatikan dunia pendidikan dan mendorong umatnya untuk terus belajar. Beliau juga membuat beberapa kebijakan yang berpihak kepada pendidikan umat. Misalnya, ketika kaum muslim berhasil menawan kaum musyrik dalam perang badar, beliau membuat kebijakan bahwa tawanan tersebut dapat bebas kalau mereka membayar tebusan atau mengajar baca-tulis kepada warga madinah. Kebijakan ini cukup strategis karena mempercepat terjadinya transformasi ilmu pengetahuan di kalangan kaum muslim. Dan dengan mempunyai kemampuan baca-tulis mereka akan mampu mengangkat harkat mereka di samping kekuatan iman yangh mereka miliki.
Selain sebagai tempat ibadah dan sentra aktivitas sosial, Rasulullah SAW juga menjadikan Masjid Nabawi sebagai pusat pendidikan. Di masjid ini, terjadi transformasi ilmu pengetahuan antar kaum muslim terutama pengajaran ajaran Islam dan Rasulullah SAW juga terlibat langsung dalam kegiatan pendidikan di masjid ini.[7]
Esensi dari pendidikan yang baik
Pendidik yang baik harus mempunyai beberapa kebaikan, antara lain sebagai berikut:
Pertama, memperhatikan dengan sungguh-sungguh kepada semua aspek dari pikiran, ruh, dan diri seseorang.
Kedua, sebuah sistem pendidikan dinilai berdasarkan universalitasnya, kelengkapannya, dan kualitas dari murid-muridnya. Murid-mirid Rasulullah siap untuk menyampaikan risalahnya keseluruh dunia. Risalah yang mereka sampaikan, karena bersifat universal dan valid untuk segala zaman dan ruang, mudah diterima oleh orang-orang dari berbagai ras, agama yang berbeda-beda, dan berbagai tingkatan intelektual dean dari berbagi usia.
Ketiga, sebuah sistem pendidikan dinilai berdasarkan kemampuannya untuk mengubah murid-muridnya.
Muhammad SAW merupakan salah satu tokoh pendidikan dunia. Meskipun beliau adalah seorang yang ummi tetapi beliau menganjurkan umatnya untuk belajar. Semangat belajar ini merupakan salah satu ajaran Al-Qur’an yang secara harfiah berarti “bacaan”. Bahkan wahyu petama yang diterima beliau adalah “iqra” atau “bacalah!”[8]
2. Muhammad sebagai pemimpin sosial politik
Keunikan politik Muhammad SAW di Zamannya
Sebagai kepala pemerintahan, Muhammad SAW menggabungkan kepemimpinan politik dan militer. Kemampuan menggabungkan kecemerlangan kepemimpinan politik dan miuliter ini sangat langka ditemukan di antara pemimpin-pemimpin besar dunia. Banyak pemimpin dan panglima perang yang sukses dalam berbagai peperangan yang mereka hadapi namun kurang berhasil dalam mengelila pemerintahan ketika perang itu usai. Muhammad SAW telah terbukti mampu menjalankan kedua fungsi dalam waktu bersamaan. Beliau seorang kepala negara namun juga seorang jenderal yang menguasai taktik peperangan.
Kebijakan Sosial-Politik Muhammad SAW pada Periode Madinah
a. Mempersaudarakan Muhajirin dan Anshar
Tak lama setelah menetap di Madinah, Rasulullah membangun persaudaraan antar muslim, khususnya antara kaum Muhajirin dengan Anshar. Mereka menjadi sangat dekat satu sama lainnya.
Salah satu contoh persaudaraan antara Abdurrahman bin ‘auf dan Sa’d bin ar-Rabi. Setibanya kaum muhajirin di Madinah, Muhammad SAW mempersaudarakan Abdurrahman bin ‘auf dan Sa’d bin ar-Rabi. Kemudian Sa’d bin ar-Rabi’ berkata kepada Abdurrahman, “aku termasuk orang Anshar yang mempunyai banyak harta. Harta itu akan kubagi dua, setengah untukmu dan setengah untukku. Aku juga mempunyai seorang istri; lihatlah mana yang kamu pandang paling menarik. Sebutlah namanya, dia akan segera kucerai. Setelah habis masa iddahnya kamu kupersilahkan untuk menikahinya.” Abdurrahman menjawab, “semoga Allah memberkati keluarga dan kekayaan kamu”.[9]
Selain Abdurrahman bin ‘Auf, ada beberapa Muhajirin lainnya yang juga memulai bisnis perdagangan. Persaudaraan yang terbina antara golongan Muhajirin dan Anshar berpengaruh kepada sektor ekonomi. Kaum muhajirin sebagaimana lazimnya orang makkah mempunyai kompetensi disektor perdagangan. Sementara kaum Anshar lebih mempunyai keahlian di bidang pertanian. Kombinasi antara kompetensi perdagangan dann pertanian ini belakangan membawa kepada perekonomian Madinah yang lebih baik.[10]
b. Konstitusi Madinah
Langkah politik berikutnya yang beliau lakukan adalah membuat kesepakatan antar berbagai faksi yang ada di Madinah. Kesepakatan itu dikenal dengan al-Shahifa al-Madinah atau dalam istilah modern disebut sebagai Piagam Madinah (Madeena Charter). Maka untuk pertama kalinya lahirlah makna “wathan” (tanah air, negara). Di dalam wathan ini semua manusia mempunyai kedudukan yang sama ndi bawah suatu undang-undang nasional yang menetapkan hak dan kewajiban mereka tanpa memandang asal-usul, kebangsaan, dan akidah.[11]
Tidak lama setelah sampai di Madinah Muhammad SAW mengumpulkan para pemimpin Madinah untuk merumuskan suatu kesepakatan politik yang belakangan dikenal sebagai “Piagam Madinah”. Demikianlah, seluruh kota Madinah dan sekitarnya telah benar-benar jadi terhormat bagi seluruh penduduknya. Mereka berkewajiban mempertahankan kota ini dan mengusir setiap serangan yang datang dari luar. Mereka harus bekerjasama antara sesama mereka guna menghormati segala hak dan kebebasan yang sudah disepakati bersama.[12]
C. Pandangan Orientalis Terhadap Nabi Muhammad SAW
Berikut ini beberapa pendapat kaum orientalis terhadap Nabi Muhammad SAW[13]:
1. Michael M. Hart
Michael M. Hart dalam bukunya telah menempatkan Nabi Muhammad SAW dalam urutan pertama dari keseratus tokoh yang paling berpengaruh dalam sejarah dunia sepanjang masa. Orientalis ini mengatakan: “Jatuhnya pilihan saya kepada Muhammad untuk memimpin di tempat teratas dalam daftar pribadi-pribadi yang paling berpengaruh di dunia ini mungkin mengejutkan beberapa pembaca dan mungkin pula dipertanyakan oleh yang lainnya, namun dia memang satu-satunya orang dalam sejarah yang telah berhasil secara unggul dan agung baik dalam bidang keagamaan maupun dalam bidang keduniaan.”
“Tambahan pula, berbeda dengan Yesus, Muhammad itu seorang pemimpin keduniaan dan sekaligus keagamaan. Nyatanya, sebagai kekuatan yang mendorong kemenangan orang-orang Arab (Muslim) dan sayogyanya menempati urutan sebagai pemimpin politik yang paling berhasil sepanjang masa.”
2. Mahatma K. Gandhi
Mahatma K. Gandhi mengatakan: “Saya ingin tahu sebaik-baiknya tentang perihidup seorang yang hingga kini memegang hati jutaan manusia.... saya lebih dari sebelumnya, bahwa bukanlah pedang yang membawa Islam kepada kejayaan pada masa-masa itu dalam skema kehidupan. Kesederhanaan agama Islam yang tegas, penguasaan diri yang paling kuat dari Nabi itu, keteguhan memenuhi janji, pelayanannya yang sungguh-sungguh kepada sahabat dan pengikutnya, keyakinan yang mutlak kepada Tuhan dan kepada risalahnya sendiri. Hal inilah, dan bukannya pedang yang menaklukkan segala-galanya di hadapan kaum muslimin dalam mengatasi rintangan.... Ketika saya menutup jilid kedua buku biografi Nabi ini, saya betul-betul menyesal karena tidak ada lagi bagi saya yang dapat dibaca mengenai peri hidup yang agung itu.”
3. R.C.V Bodley
“Kedudukan Muhammad yang unik di dalam sejarah keagamaan disebabkan oleh kenyataan bahwa dia telah mengilhami segala apa yang dilakukannya tanpa mengaku sebagai orang suci atau Malaikat, dengan tiada memiliki suatu sifat pun selain sifat insani semata-mata. Kecuali pribadinya yang cemerlang, tidak ada suatu daripadanya yang membedakan dia dari kaum muslimin yang lain.”
4. Jhon William Draper
“Empat tahun setelah meninggalnya Justinianus, maka pada tahun 596 Masehi lahirlah di Mekah, tanah Arab, seorang laki-laki yang berbeda dari laki-laki lainnya; telah memberikan pengaruh yang terbesar terhadap umat manusia.”
5. Stanley Lane-Poole
“Dia itulah pelindung yang paling setia terhadap orang-orang yang dalam perlindungannya, yang paling manis dan paling disenangi dalam percakapan. Orang-orang yang melihatnya tiba-tiba dipenuhi rasa penghormatan, orang-orang yang dekat kepadanya jatuh cinta, orang yang berkata tentang dirinya akan melukiskan: “Saya tidak pernah melihat orang yang seperti dia baik sebelum maupun sesudahnya.”
“ia orang yang sangat pendiam, namun apabila ia sedang berkata, ia berkata dengan tekanan dan kesungguhan dan tak ada orang yang dapat melupakan apa yang dikatakannya itu,”
6. Lamartine
“Filsuf, orator, Rasul, pembuat undang-undang, panglima, penakluk ide-ide, pembina dogma yang rasional, suatu agama tanpa berhala, pendiri dua pulauh empirium dunia dan satu empirium spiritual, itulah dia Muhammad. Berhubung dengan semua standar yang dapat dipergunakan untuk mengukur kebesaran manusia, kita boleh bertanya: adakah orang yang lebih besar daripada dia?”
7. Napoleon Bonaparte
“Saya memuja Tuhan dan menghormati Nabi Muhammad dan Qur’an suci.”
8. Thomas W. Arnold
“Banyak penulis barat menggambarkan seolah-olah Nabi Muhammad menunjukkan cara hidup baru sejak hijrah ke Madinah atau sejak terjadinya perubahan lingkungan masyarakat di Madinah. Bahwa dia tidak lagi sebagai seorang juru dakwah, sebagai pemberi ingat, sebagai pesuruh Tuhan kepada seluruh manusia yang menyampaikan dengan cara yang lemah lembut, tetapi seolah-olah berubah menjadi seorang bengis yang menurutkan hawa nafsu jahatnya dengan menggunakan segala cara untuk memaksa orang tunduk kepada pendapatnya.”
Tuduhan tersebut adalah keliru sama sekali. Tidaklah benar setelah di Madinah Nabi Muhammad meninggalkan perannya sebagai juru dakwah atau muballigh Islam. Juga tidak benar bahwa setelah dia memegang komando angkatan perang yang kuat, dia lantas berhenti mengundang orang-orang kafir masuk Islam.” (Thomas W. Armnold, Sejarah Dakwah Islam, terjemahan dari The Preacing of Islam, Penerbit Wijaya, Jakarta, 1981, hlm.30-31)
9. Thomas Carlyle
Thomas Carlyle memberikan pernyataan secara terbuka tentang Nabi Muhammad Saw. Dia menyatakan bahwa “adalah aib yang besar bagi budayawan manapun, jika ia condong kepada anggapan bahwa agama Islam dituduh sebagai suatu kebohongan, dan Muhammad sebagai penipu dan pendusta. Sudah tiba waktunya kita memerangi perkataan palsu yang memalukan yang sudah disebar-luaskan orang, karena risalah yang disampaikan rasul merupakan pelita bagi umat manusia”.[14]
Carlyle menyesalkan kebohongan yang mungkar terhadap Islam dan rasulnya, dan menganggap penuduhnya sebagai orang yang lemah dan kurang akal. Dia merasa heran terhadap kemungkaran semacam itu, dan dibuatnya perumpamaan dan tidak masuk akal.
Keyakinan Carlyle akan kebenaran Nabi Muhammad Saw. ini didasarkan atas pandangannya bahwa sebagai seorang yang besar mustahil untuk jadi pendusta. Kejujuran merupakan asas keutamaan dan keterpujian di sisinya. Ia memperkuat keyakinan akan kebenaran rasul dengan pengetahuannya tentang sejarah Rasulullah Saw. yang sejak masa kecil diberi gelar Al-Amien (orang yang terpercaya). Perkataan, perbuatan dan pemikirannya selalu tepat. Tidak ada satu pun kalimat yang keluar dari mulut beliau malainkan pasti mengandung hikmah yang tinggi.
D. Kunci Kesuksesan Kepemimpinan Nabi Muhammad SAW
1. Akhlak rasul terpuji tanpa cela.
2. Karakter rasulullah yang tahan uji, tangguh, ulet, sederhana dan bersemangat tinggi.
3. Sistem dakwah nabi menggunakan metode himbauwan, hikmah, dan bijaksana.
4. Tujuan perjuangan nabi untuk kebenaran dan keadilan, menghancurkan yang batil,dan tanpa pamrih.
5. Prinsip persamaan.
6. Prinsip kebersamaan.
7. Mendahulukan kepentingan dan keselamatan pengikut.
8. Memberikan kebebasan berkreasi dan berpendapat serta mendelegasikan wewenang.
9. Tipe kepemimpinannya kharismatis dan demokratis.[15]
[1] Samsul Munir Amin dan Haryanto Al-Fandi, The World Idol Muhammad Rasulullah, Jakarta : Amzah,2008,hlm. 47
[2] Samsul Munir Amin dan Haryanto Al-Fandi, hlm. 57
[4] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam,( Jakarta : PT Raja Harpindo Persada, 2003 ) hlm 16-17
[5] http://www.eramuslim.com/suara-kita/pemuda-mahasiswa/wahidunnaba-mahasiswa-its-segitiga-sukses-kepemimpinan-nabi-muhammad-saw.htm#.UJn8Spdiakses pada hari jum’at pukul: 15.30
[6]Muhammad Syafii Antonio(Nio Guan Cung), Teladan sukses dalam hidup & bisnis (Muhammad SAW “The Super Leader Super Manager”), (Jakarta: ProLM, 2007), hlm.6
[8]M.fetullah Gulen, VersiTedalam (Kehidupan Rasulullah Muhammad SAW, <terj.> Tri Wibowo Budi Santoso) , (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2002), Ed.1. Cet.1, hlm. 199
[9]M. Fethullah Gullen, hlm. 279
[10]Muhammad Syafii Antonio, hlm. 153
[11]Abdurrahman Azzam, The Greatest Leader (kajian tentang kepemimpinan Rasulullah Berdasarkan sumber-sumber Sejarah Otentik, (Jakarta: Qisthi Press, 2008), hlm. 167
[12]Muhammad Syafii Antonio (Nio Guan Chung), hlm. 154
[13] Samsul Munir Amin dan Haryanto Al-Fandi, hlm. 362-367
[14]http://andromedazone.blogspot.com/2009/01/pandangan-orientalis-tentang-muhammad_26.html
[15] Fatah Syukur, Manajemen Pendidikan Berbasis Pada Madrasah, ( Semarang : Pustaka Riski Putra, 2011 ), hlm. 25-26
Tidak ada komentar:
Posting Komentar