Anak autis dan hiperaktif termasuk dalam kelompok anak yang mempunyai kebutuhan khusus. Menurut saya, hal ini akan lebih baik jika dalam mendidik anak tersebut tidak perlu “dikucilkan” dengan anak-anak yang lain. Dengan demikian lembaga PAUD yang bersifat Inklusi inilah yang cocok bagi anak kebutuhan khusus ini, karena akan menjadi sebuah terapi yang baik bagi anak tersebut untuk bisa berbicara dengan sesama anak yang lain, bagus untuk sosialisasi dan juga perkembangan kemampuannya berbicara. Jika anak mau, itu justru bagus, jika tidak mau maka tugas kita sebagai orang tua dan pendidik harus mampu mendorong dan memotivasinya supaya mau.
Karena anak berkebutuhan khusus ini termasuk aktif sekali dan terlambat bicara, maka kerjasama dari pendidik dan sekolah sangat penting, dan berdampak luar biasa pada kemajuan anak, ketika dia mulai bertemu teman-teman seusianya. Karena anak belajar dengan cara menirukan, dan semangat menirukan semakin tingi, ketika dia menjumpai anak seusianya sudah mampu dalam beberapa hal lainnya.
Selain itu, kita sebagai pendidik juga perlu bergaul dan melakukan pendekatan dengan sesama orangtua murid. Kepada mereka yang anaknya normal, dihimbau, untuk bisa menerima anak kebutuhan khusus tersebut. Hal ini justru sebagai latihan dan peningkatan empati dan simpati anak-anak kita. Jika di kelas ada teman yang bukan hanya aktif, tetapi nakal/ suka memukul atau autis, maka anak yang autis dan hiperaktif akan belajar secara nyata apa itu mema’afkan, dan suatu kebaikan. Seorang pendidik juga harus mampu mengajak peserta didik yang lain untuk berdoa, semisal syafaat sebelum tidur untuk temannya yang berkebutuhan khusus tersebut. Hal ini akan meningkatkan kecerdasan emosi dan kecerdasan spiritual yang efektif bagi anak.
Secara sistematis cara mendidik AUD kebutuhan khusus, diantara yang bisa saya utarakan adalah sebagai berikut:
A. Melatih anak tersebut untuk belajar displin, agar dia dapat mengatur dirinya dengan baik.
B. Tidak menghukumnya karena perilaku anak yang berkebutuhan khusus tidak sepenuhnya kesalahan anak tersebut.
C. Tidak menjudsment anak tersebut sebagai anak autis atau anak nakal, karena nantinya anak akan menjadi apa yang telah dikatakan tersebut.
D. Memberikan kasih sayang penuh pada anak hiperaktif melebihi saudaranya, meskipun begitu rasa kasih sayang yang diterimanya tidak akan penuh.
E. Tidak bosan untuk terus menerus mengulang hal-hal yang sama, agar cepat dapat dipelajari dan diingati seperti anak yang normal.
F. Jika di depan anak, katakanlah pada orang lain bahwa dia adalah anak yang baik, dan tidak mengunkit-ungkit kesalahan yang pernah dilakukan anak tersebut.
G. Selalu waspada terhadap tingkah laku anak tersebut jika dikhawatirkan akan membahayakan dirinya atau orang lain.
H. Banyak berkomunikasi dengan anak tersebut dalam jangka waktu yang singkat.
I. Mengijinkan anak bermain dan beraktifitas sesuai dengan kemampuannya dan terus mengawasinya serta menyediakan permainan yang aman yang tidak membahayakan si anak.
Sekian semoga dapat membantu.....!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar