Jumat, 12 April 2013

METODE PENDIDIKAN DAN PENGAJARAN DALAM ISLAM

I.              PENDAHULUAN
Pendidikan adalah sebuah transformasi pengetahuan menuju ke arah perbaikan, penguatan, dan penyempurnaan potensi manusia. Pendidikan tidak mengenal ruang dan waktu serta tidak mengenal tempat dimana pendidikan itu berlangsung.  Sedangkan pengajaran adalah suatu cara atau proses mentransfer ilmu kepada seseorang.
Untuk  bisa mencapai hasil maksimal dalam pendidikan dan pengajaran, tentunya harus mempunyai metode-metode. Dalam pendidikan dan pengajaran memiliki metode-metode yang membantu proses pendidikan yang sedang berlangsung. Metode adalah suatu cara pendidik menyampaikan pelajaran agar mudah dipahami oleh peserta didik. Di samping itu metode juga harus sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada. Maka dari itu seorang pendidik harus dapat memilih metode yang tepat dan benar yang sesuai dengan keadaan.
Untuk itu seorang pendidik, dituntut untuk menguasai metode pendidikan dan pengajaran. Tidak hanya metode saja alat peraga atau media pembelajaran sangat mendukung dalam proses ini.
Dalam hal ini kami akan menjelaskan beberapa metode pendidikan dan pembelajaran, meliputi membuat mudah, gembira dan kompak, tentang menyampaikan perkataan yang jelas dan terang,  metode cerita, Tanya jawab, diskusi dan alat peraga.
II.           HADITS
A.    Hadits Anas bin Malik tentang Membuat Mudah, Gembira, dan Kompak.
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَا لِكِ عَنِ النَّبِيّ صَلّى الله عَليهِ وَسَلَّمَ قَالَ يَسِّرُوا وَلاَ تُعَسِّرُوا وَبَشِرُواوَلاَ تُنَفِّرُوا ( اخرجه البخا ري في كتاب العلم)
“Dari Anas bin Malik dari Nabi Muhammad SAW bersabda: “Mudahkanlah dan jangan dipersulit dan berilah kabar gembira dan janganlah mereka dibuat lari”. (HR. Al Bukhari Fi Kitab Al Ilmi)[1]
B.     Hadits Aisyah tentang Menyampaikan Perkataan yang Jelas dan Terang.
عَنْ عَائِشَةَ رَحِمَهَا الله قَا لَتْ كَا نَ كَلامُ رَسُولِ الله صَلَّى الله عَلَيهِ وَسَلَّمَ كَلَامًا فَصْلَا يَفْهَمُهُ كُلُّ مَنْ سَمِعَهُ (أخرجه ابوداود في كتاب الادب)
“Dari ‘Aisyah Rahimahallah berkata, sesungguhnya perkataan Rasulullah adalah ucapan yang sangat jelas, dan dapat memahamkan orang yang mendengarnya. (HR. Abu Dawud Fi Kitab Al Adab)[2]
C.     Hadits Abu Hurairah tentang Metode Cerita (Kisah).
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِي الله عَنْه أَنْ رَسُو لُ الله صَلّى الله عَلَيهِ وَسَلّمَ قَالَ بَينَا رَجُلً يَمشِى فَا شتَدّ عَلَيهِ الْعَطَشُ فَنَزَلَ بِئرًا فَشَرِبَ مِنْهَا ثُمَّ خَرَجَ فَإِ ذَا هُوَ بِكَلْبٍ يَلْهَثُ يَأ كُلُ اثَّرَى مِنَ الْعَطَشِ فَقَا لَ لَقَدْ بَلَغَ هَذَا مِثْلُ الَّذِي بَلَغَ بِي فَمَلا خُفَّهُ ثُمَّ أَمْسَكَهُ بِفِيهِ ثُمَّ رَقِيَ فَسَقَى الْكَلْبَ فَشَكَرَ الله لَهُ فَغَفَرَ لَهُ قَالُوا يَارَسُولَ الله وَإِنَّ لنَا فِي الْبَهَا ئِمِ أَجْرًاقَالَ فِي كُلِّ كَبِدٍ رَطبَةٍ أَجْرٌ (اخرجه البخاري في كتا ب المشقات)
“Dari Abu Hurairah r.a. Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: “ketika seorang lelaki sedang berjalan-jalan, tiba-tiba ia merasa sangat haus sekali, kemudian ia menemukan sumur lalu ia masuk kedalamnya dan minum, kemudian ia keluar (dari sumur). Tiba-tiba ada seekor anjing menjulur-julurkan lidahnya menjilati tanah karena sangat haus, lelaki itu bekata: “anjing itu sangat haus sebagaimana aku, kemudian ia masuk ke sumur lagi dan ia memenuhi sepatunya (dengan air), kemudian (ia naik lagi) sambil menggigit sepatunya dan ia memberi minum anjing itu kemudian Allah SWT bersyukur kepadanya dan mengampuninya, sahabat bertanya: “Wahai Rasulullah, adakah kita mendapat pahala karena (menolong) hewan?”. Nabi menjawab: “Disetiap hati yang basah ada pahalanya.” (HR. Al Bukhari Fi Kitab Al Masyaqat)[3]
D.    Hadits Abu Hurairah tentang Metode Tanya Jawab.
 عَن أَبِي هُرَيرَةَ قَالَ قَالَ رَجُلٌ يَا رَسُولَ الله مَنْ أَحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ الصُّحْبَةِ؟ قَالَ أُمُّكَ ثُمُّ أُمُّكَ ثُمُّ أُمُّكَ ثُمُّ أَبُوكَ ثُمَّ أَدْنَاكَ أَدْنَاكَ (أخرجه مسلم في كتاب البر والصلة والاداب)
 “Dari Abu Harairah ra. Berkata: ada seorang laki-laki bertanya kepada Rasul. Ya Rasulullah, Siapakah orang yang paling berhak saya hormati? Beliau menjawab: “Ibumu, kemudian ibumu, kemudian ibumu, kemudian ayahmu, kemudian yang lebih dekat dan yang lebih dekat dengan kamu.” (HR. Muslim Fi Kitab Al Birri wa As Sillah Wa Al Adab)[4]
E.     Hadits Anas bin Malik tentang Metode Diskusi.
عَنْ أَنَسٍ بْنِ مَا لِكِ رَضِي الله عَنْه قَالَ قَالَ رَسُولُ الله صَلَّى الله عَلَيهِ وَسَلّمَ انْصُرْ أَخَا كَ ظَالِمًا أَو مَظْلُومًا قَا لوا يَا رَسُولَ الله هَذَا نَنْصُرُهُ مَظْلُومًا فَكَيْفَ نَنْصُرُهُ ظَا لِمًا قَالَ تَأْخُذُ فَوقَ يَدَيْهِ (اخرجه البخا ري في كتاب الظا لم والغصب)
 “Dari Anas bin Malik ra. Ia berkata, Rasulullah telah bersabda: “Tolonglah saudaramu yang dzalim maupun yang didzalimi. Mereka bertanya: “Wahai Rasulullah bagaimana jika menolong orang dzalim? Rasulullah menjawab: “tahanlah (hentikan) dia dan kembalikan dari kedzaliman, karena sesungguhnya itu merupakan pertolongan kepadanya.”(HR.Al Bukhari Fi Kitab dzalim wal ghasab)[5]
F.      Hadits Abi Hurairah tentang Alat Peraga.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَلَ قَالَ رَسُولُ الله صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَا فِلُ اليَتِيْمِ لَهُ أَو لِغَيرِهِ أَنَا وَهُوَ كَهَا تَيْنِ فِي الجَنَّةِ وَأَشَا رَمَلِكٌ بِالسَّبَّا بَةِ وَالْوُسْطَى (اخرجه مسلم في الزهد والرقا ئق)
 “Dari Abu Hurairah ra. Ia berkata: Rasulullah bersabda: “Orang yang menanggung anak yatim baik anak itu ada hubungan keluarga ataupun tidak, maka saya dan orang yang menanggungnya seperti dua jari ini, di dalam surga. Dan Malik bin Anas perawi hadits  itu mengatakan, beliau memberi isyarat dengan jari telunjuk dari jari tengah.” (HR. Muslim Fi zuhud wa Raqaiq )[6]
III.        PEMBAHASAN
A.    Hadits Anas bin Malik tentang Membuat Mudah, Gembira, dan Kompak.
Hadits di atas juga menjelaskan bahwa proses pembelajaran harus dibuat dengan mudah dan sekaligus menyenangkan agar siswa tidak tertekan secara psikologis dan tidak merasa bosan terhadap suasana di kelas. Dalam menempuh proses-proses pendidikan, sikap-sikap keras mempersulit hendaknya dihindari.[7]
Dan di dalam proses pengajaran juga harus kompak antara pelajar dengan pelajar dan pendidik dengan pelajar. Agar proses belajar berjalan dengan lancar.
Menurut Ibnu Hajar Al-Asqalâni hadis tersebut menjelaskan bahwa pentingnya memberikan kemudahan bagi pelajar yang memiliki kesungguhan dalam belajar. Dalam arti mengajarkan ilmu pengetahuan harus mempertimbangkan kemampuan pelajar. Sebagai pendidik, Rasulullah SAW tidak pernah mempersulit, dengan harapan para sahabat memiliki motivasi yang kuat untuk tetap meningkatkan aktivitas belajar.
B.     Hadits Aisyah tentang Menyampaikan Perkataan yang Jelas dan Terang.
Dalam hadits ini, pendidik mempunyai peran penting untuk memutuskan langkahnya demi terciptanya tujuan pendidikan. Perkataan yang jelas dalam hal ini bukan hanya sekedar jelas. Namun lebih dari itu “jelas” disini adalah mampu memahamkan peserta didik yang dihadapinya.
Perkataan yang jelas dan terang akan menjadi salah satu faktor keberhasilan sebuah pendidikan. Diharapkan dengan adanya perkataan yang jelas dan terang tersebut anak didik akan mampu menyerap dan memahami apa yang disampaikan pendidik.
Seperti yang telah dicontohkan Rasulullah SAW. Diantara sifat ucapan Rasulullah SAW adalah mudah dipahami oleh orang yang mendengarkannya. Oleh karenanya, Rasulullah SAW mengucapkan sesuatu kepada seseorang menggunakan gaya dan bahasa dengan kemampuan daya tangkap pemikiran orang yang sedang di ajak bicara oleh beliau.[8]
C.    Hadits Abu Hurairah tentang Metode Cerita (Kisah).
Hadits diatas menjelaskan bahwa pendidikan dengan metode cerita dapat menumbuhkan kesan yang mendalam pada anak didik, sehingga dapat memotivasi anak didik untuk berbuat yang baik dan menjauhi hal yang buruk. Bahkan kaedah ini merupakan metode yang menarik yang dilakukan Rasulullah. Teknik ini menjadikan penyampaian dari Rasulullah menarik sehingga menimbulkan minat dikalangan sahabatnya.
Teknik bercerita adalah salah satu teknik yang baik untuk menerapkan aspek pembangunan insan. Sebagai contoh aspek pembangunan insan lebih diminati dan dihayati apabila disampaikan dalam bentuk plot cerita atau drama, dibandingkan jika hanya disampaikan dalam bentuk fakta akademik. Bukti terbaik penggunaan teknik ini adalah bagaimana Al Qur’an banyak menggunakan teknik ini dalam penyampaian ajaranya, begitu juga Hadits Nabi yang turut menggunakan teknik ini.[9]
D.    Hadits Abu Hurairah tentang Metode Tanya Jawab.
Metode tanya  jawab merupakan metode yang memungkinkan adanya  komunikasi langsung antara pendidik dan peserta didik, sehingga komunikasi ini terlihat adanya hubungan timbal balik antara guru dan siswa. Adapun metode ini bertujuan untuk mengetahui sampai sejauh mana materi pelajaran yang telah dikuasai oleh siswa, untuk merangsang siswa berfikir dan memberi kesempatan pada siswa untuk mengajukan masalah yang belum paham.[10]
Menurut Abdurrahman Nahlawi, Melalui dialog perasaan dan emosi akan terbangkitkan semangat belajar. Metode tanya jawab, sering dilakukan oleh Rasul SAW dalam mendidik akhlak para sahabat. Dialog akan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya tentang sesuatu yang tidak mereka pahami. Pada dasarnya metode tanya jawab adalah tindak lanjut dari penyajian ceramah yang disampaikan pendidik. Dalam hal penggunaan metode ini, Rasulullah SAW menanyakan kepada para sahabat tentang penguasaan terhadap suatu masalah.
E.     Hadits Anas bin Malik tentang Metode Diskusi.
Metode diskusi merupakan suatu metode pengajaran yang mana guru memberikan suatu persoalan atau masalah kepada murid dan murid diberi kesempatan secara bersama-sama untuk memecahkan masalah itu. Dalam diskusi murid dapat mengemukakan pendapat, menyangkal pendapat, mengajukan usulan, saran-saran dalam pemecahan masalah.
Menurut Suryosubroto metode diskusi adalah suatu cara penyajian bahan pengajaran guru memberikan kesempatan kepada siswa atau kelompok untuk mengadakan perbincangan ilmiah guna menyampaikan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun berbagai alternatif untuk pemecahan suatu masalah.
Dalam penggunaan metode diskusi ini harus dengan hikmah dan bijak. Agar masalah dapat diselesaikan dengan baik tanpa adanya pertentangan yang menyebabkan pertengkaran ataupun permusuhan.[11]
F.     Hadits Abi Hurairah tentang Alat Peraga.
Alat peraga adalah sebagai perantara antar pendidik dengan peserta didik agar memudahkan dalam proses pembelajaran yang sedang berlangsung.
Pada hadits di atas menerangkan tentang kedekatan Rasulullah SAW dengan orang yang memelihara anak yatim. Rasulullah SAW mendemonstrasikan juga dengan jari beliau. Beliau menerangkan kepada para sahabat bahwa kedudukan beliau dengan orang yang memelihara anak yatim di surga begitu dekat, seperti kedekatan antara jari tengah dan jari telunjuk. Kedekatan mereka tidak ada yang menghalangi.
Begitupun dengan pendidik di saat ini, untuk menguatkan atas apa yang ia jelaskan kepada peserta didik ia bisa meneladani Rasulullah SAW dalam menjelaskan suatu pelajaran dengan menggunakan isyarat. Dengan mendemonstrasikan sesuatu supaya peserta didik lebih memahami yang dijelaskan oleh pendidiknya dan dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Metode menggunakan alat peraga dalam pengajaran, memegang peran penting sebagai alat bantu untuk menciptakan proses belajar yang ditandai dengan beberapa unsur, terutama alat. Karena alat tersebut selain dapat digunakan untuk motivasi, tetapi dapat juga meningkatkan efektifitas hasil belajar.[12]


[1]Imam Az Zabidi, Ringkasan Shahih Al Bukhari ,(Bandung: Mizan, 1997), cet 1, hlm. 33.
[2] Imam Nawawi, Terjemahan Riyadlus Shahih Al Bukhari, (Jakarta: Pustaka Amani, 1999 M/1420 H), jilid 1 hlm. 639.
[3] Achmad Sunarto, Tarjamah Shahih Bukhari, (Semarang: CV ASY SYIFA’, 1993), hlm. 29-30.
[4] Muslich Shabir, Terjemah Riyadlus Shalihin, (Semarang: CV Toha Putra, 1989), hlm. 287.
[5]Ahmad Toha, Terjemah Shahih Bukhari 1, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1986), hlm. 80.
[6]Al-imam Abu Zakaria Yahya bin Syarah An-Nawawi, Terjemah Riyadlus Shalihin, (Jakarta: Pustaka Amani, 1999), hlm. 289.
[7]Syaikh Yusuf. AN Nabani, Ringkasan Riyadhus Sholihin, (Bandung: Irsad Baitus Salam, 2006), hlm. 370.
[8] Najib Khalid Al-Amir, Mendidik Cara Nabi SAW (Terjemahan), (Bandung: Pustaka Hidayah, 2002), hlm. 37.
[9]Kamarul Azmi Jasmi, Pendidikan Islam Kaidah Pengajaran dan Pembelajaran, (Malaysia: University Tegnology Malaysia, 2008), cet 1, hlm. 50.
[10]Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 1995), hlm. 78.
[11] Soetomo, Dasar-Dasar Interaksi Belajar Mengajar, (Bandung: Usaha Nasional, t.th), t.hl.
[12]Zakiah Darajat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), cet. 2, hlm. 226.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar