Jumat, 12 April 2013

ISLAM, IMAN, IHSAN, HARI KIAMAT, DAN PERASAAN MALU

       I.            I. PENDAHULUAN
            Dalam agama islam mengajarkan tiga aspek pokok yaitu islam itu sendiri, iman dan ihsan. islam mengajarkan kita untuk menyembah satu Tuhan (monotaisme), jadi tidak dibenarkan adanya sesuatu yang boleh disembah selain Allah SWT.
            Mengingat tiga aspek pokok ajaran islam tersebut ada suatu riwayat mengatakan malaikat Jibril menyerupai seorang laki-laki kemudian bertanaya kepada tentang apa itu islam, apa itu iman, dan apa itu ihsan.
            Disini penulis mencoba memaparkan tentang tiga aspek diatas serta tentang hari kiamat dan perasaan malu sebagai implementasi dari iman.

    II.            II. RUMUSAN MASALAH
A.    Apakah yang dimaksud dengan Islam?
B.     Apakah yang dimaksud dengan Iman?
C.     Apakah yang dimaksud dengan Ihsan?
D.    Apa dan bagaiamana tanda-tanda Hari Kiamat ?
E.     Bagaimana penjelasan tentang malu?

 III.            III. HADIST
a.       Hadist tentang Islam, Iman, Ihsan dan Hari Kiamat
عَنْ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّا بِ قَالَ بَيْنمَا نَحْنُ عِنْدض رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم ذَاتَ يومٍ اِذَا طَلَعَ عَلَينَا رَجُلٍ شَدِيدُ بَيَاضِ الثَّيَابِ شَدِيدُ سَواَدِ الشَّعْرِ لاَيُرَى عَلَيهِ اَثَرُ السَّفَرِ وَلآيَعْرِفُهُ مِنَّا اَحَدٌ حَتَّى جَلَسَ اِلَى نَبي ص م، فَاسْنَدَ رُكْبَتَيهِ اِلَى رُكْبتَيهِ ووَضَعَ كَفَّيهِ عَلَى فَخِذَيهِ وَقَالَ يَامُحَمَّد اَخبِرْنِى عَنِ الأْسْلَامِ، فقَالَ رَسُولُ اللّه ص م اَلْاِسْلاَمُ اَنْ تَشْهَدَ اَنْل لآاِلهَ اِلاَّ الله وَاَنَّ مُحَمَّدا رَسُولُ الله ص م وَتُقِيمُو الصَّلّاة وتُؤْتِي الزَّكَاةِ وتَصُومُ رَمَضَانَ وَتَحُجَّ الْبَيتُ اِنِ اسْتَطَعْتَ اِلَيه سَبِيلاً، قَالَ صَدَ قتَ فَعضجِبْنَا لَهُ يَسْئَا لْهُ وَيُصَدَّ قَهُ قَالَ فَئَا خْبِرْنِى عَنِ الْاِيمَانِ، قَالَ اَنْ تُؤْمِنَ بِا اللهِ وَمَلَئِكتهِ وكُتُبهِ و رُسُولهِ والْيَومِالْاَخِرِ وتُؤْمِنَ بِا لقَدْرِ خَيْرهِ وشَرَّهِ، قَالَ صَدَقتَ قَالَ فَئَاخْبِرْنِى عَنِ الْاِحْسَانِ قَالَ اَنْ تَعْبُدَ اللهِ كَاَنَّكَ تراَهُ فَاِنْ لَمْ تكُنْ تَرَاهُ فَاِنَّهُ يَرَاكَ، قَالَ فَئَاخْبِرْنِى عَنِ السَّاعَةِ قَالَ مَاالْمَسْؤُلُ عَنهَا بِاَعْلَمَ مِنَ السَّا ئِلِ قَالَ فَاَخْبِرنِى أَمَارَتِهَا قَالَ اَنْ تَلِدَ الْاَمَةُ رَبَّتَهَا وَاَنْ ترَى الْحُفَّاةَ الْعِرَاةُ الْعَالَةُ رُعَا ءُالشَّاء يَتَطَاوَلُونَ فِي البُنيَانُ، قَالَ ثُمَّ انْطَلَقَ فَلَبِثْتُ مَلِيًّا ثُمَّ قَالَ لِى يَا عُمَرَ اَتَدْرِ مِنَالسَّا ئِلِ قُلْتُ الله وَرسوله اَعْلَمُ فَاِنَّهُ جِبْرِيلُ اَتَاكُمْ يُعَلَّمّكُمْ دِينَكُمْ (اخرجه مسلم فى كتابالايمان)[1]
Artinya :Dari Umar rodhiyallohu’anhu juga, beliau berkata: Pada suatu hari ketika kami duduk di dekat Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam, tiba-tiba muncul seorang laki-laki yang berpakaian sangat putih dan rambutnya sangat hitam. Pada dirinya tidak tampak bekas dari perjalanan jauh dan tidak ada seorangpun diantara kami yang mengenalnya. Kemudian ia duduk di hadapan Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam, lalu mendempetkan kedua lututnya ke lutut Nabi, dan meletakkan kedua tangannya di atas kedua pahanya, kemudian berkata: Wahai Muhammad, terangkanlah kepadaku tentang Islam. Kemudian Rosululloh shollallohu’alaihi wasallam menjawab: Islam yaitu:  engkau bersaksi tiada sesembahan yang haq disembah kecuali Allah dan sesungguhnya Muhammad adalah utusan Allah. Engkau mendirikan sholat, membayar zakat, berpuasa pada bulan Romadhon, dan mengerjakan haji ke rumah Allah jika engkau mampu mengerjakannya. Orang itu berkata: Engkau benar. Kami menjadi heran, karena dia yang bertanya dan dia pula yang membenarkannya. Orang itu bertanya lagi: Lalu terangkanlah kepadaku tentang iman”. (Rasulullah) menjawab: Engkau beriman kepada Allah, beriman kepada para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para utusan-Nya, hari akhir, dan engkau beriman kepada taqdir yang baik dan yang buruk.Orang tadi berkata: Engkau benar.” Lalu orang itu bertanya lagi: Lalu terangkanlah kepadaku tentang ihsan.” (Beliau) menjawab: Apabila engkau beribadah kepada Allah seolah-olah engkau melihat-Nya. Namun jika engkau tidak dapat (beribadah seolah-olah) melihat-Nya, sesungguhnya Ia melihat engkau.” Orang itu berkata lagi: Beritahukanlah kepadaku tentang hari kiamat. (Beliau) mejawab: Orang yang ditanya tidak lebih tahu daripada yang bertanya.” Orang itu selanjutnya berkata: Beritahukanlah kepadaku tanda-tandanya.” (Beliau) menjawab: Apabila budak melahirkan tuannya, dan engkau melihat orang-orang Badui yang bertelanjang kaki, yang miskin lagi penggembala domba berlomba-lomba dalam mendirikan bangunan. Kemudian orang itu pergi, sedangkan aku tetap tinggal beberapa saat lamanya. Lalu Nabi shollallohu ’alaihi wasallam bersabda: Wahai Umar, tahukah engkau siapa orang yang bertanya itu ?”. Aku menjawab: Allah dan Rosul-Nya yang lebih mengetahui.” Lalu beliau bersabda: ”Dia itu adalah malaikat Jibril yang datang kepada kalian untuk mengajarkan agama kalian.”(hadist riwayat. Muslim dalam kitab al iman)[2]
b.      Hadist Tentang Perasaan Malu
عَنْ عَبِي غُرَيرَةَ قَالَ، قَالَ رسول الله ص م، اَلْحَيَاءُ مِنَ الْاِيمَانِ وَالْاِيمَانُ فِي الْجَنَّةِ وَالْيَذَءُ مِنَ الجَفَاءِ وَالجُفَاءُ فِي النَّارِ (اخرجه الترمذي نتاب البروالصلة )     
Artinya “dari Abu Hurairah ra, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda malu merupakan sebagian dari iman, dan iman berada dalam surga,dan berbicara jelek itu merupakan sebagian dari kebencian, dan kebencian itu dalam neraka” (HR. Turmuzdi dalam kitab Al Birri wa as silah).

 IV.            IV. PEMBAHASAN
A.        Islam
Kata islam berasal dari kata as lama, yus llimu islaman yang berarti tunduk, patuh, menyerahkan. Kata islam terambil dari kata dasar sa la ma yang artinya selamat, sejahtera, tidak cacat, tidak tercela. Dari akar kata sa la ma itu juga terbentuk kata salmun, silmun artinya damai patuh dan menyerahkan diri. Islam menurut bahasa adalah masuk dalam kedamaian. Islam menurut syara’ adalah pasrah kepada Allah, bertauhid dengan tunduk, kepada Nya, ta’at dan membebaskan diri dari syirik dan para pengikutnya.[3]
Islam tak hanya berarti sekedar pernyataan tentang keesaan Allah dan kerasulan Muhamad yang membawa seseorang yang masuk islam, tetapi sebagai seorang muslim seorang harus hidup sesuai dengan kehidupan seorang muslim, yakni kehidupan seseorang yang hidup damai dengan sesamanya.
jadi jelaslah bahwa agama islam itu memiliki pondasi yang dengannya bangunan islam yang kuat dan kokoh. di antara asas islam tersebut adalah : pertama, syahadat yakni bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan sesungguhnya Muhamad utusan Allah. kedua, sendi yang mencerminkan hubuingan seorang hamba dengan sang pencipta, yaitu mendirikan shalat. ketiga, sendi yang mencerminkan hubungan luhur dalam tolong menolong dan kerja sama, hubungan seorang muslim terhadap saudaranya yang miskin, yang tercakup dalam menunaikan zakat. keempa , puasa yang mengantarkan seorang muslim kederajat muttaqin (orang-orang yang bertaqwa). kelima ibadah haji yang mencangkup ibadah fiisik jasmaninya dan materi. [4] 
B.       Iman
Iman menurut bahasa, ialah tasdiq (membenarkan). Menurut istilah sebagian ahli ilmu, ialah tashdiqur rasuli fi ma ja’a bihi ‘an rabbihi (membenarkan rasul teerhadap apa yang di datankan dari Tuhannya.)[5] dan menerut sebagian ulama yang lain iman adalah membenarkan dengan hati, diucapkan dengan lisan dan diamalkan dengan perbuatan. Dengan demikian, pengertian iman kepada Allah adalah membenarkan dengan hati bahwa Allah itu benar-benar ada dengan segala sifat keagungan dan kesempurnaanNya, kemudian pengakuan itu diikrarkan dengan lisan, serta dibuktikan dengan amal perbuatan secara nyata. 
Jadi, seseorang dapat dikatakan sebagai mukmin (orang yang beriman) sempurna apabila memenuhi ketiga unsur keimanan di atas. Apabila seseorang mengakui dalam hatinya tentang keberadaan Allah, tetapi tidak diikrarkan dengan lisan dan dibuktikan dengan amal perbuatan, maka orang tersebut tidak dapat dikatakan sebagai mukmin yang sempurna. Sebab, ketiga unsur keimanan tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh dan tidak dapat dipisahkan.
C.       Ihsan
Ihsan menurut bahasa berarti: pertama, mengerjakan sesuatu yang bermanfaat kepada orang lain, seperti member makan kepada orang lapar. kedua, mengerjakan sesuatau dengan sebaik-baiknya atau mengetahui sesuatu dengan sebaik-baiknya.
Menurut syara’, ihsan itu bermakna iklas, ataub lebih tegasnya engkau menyembah Allah seolah-olah engkau melihat-Nya, jika engkau tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Allah melihat engkau.[6]

D.       Hari Akhir
Istilah kiamat menempati posisi penting dalam Alqur’an. Hal ini terlihat dari pemberian nama-nama surat, dimana dibandingkan dengan kontek-konteks lainnya. Kiamat adalah bangkkit, yakni bangkitnya mayit dari kematiannya. Di dalam Al-qur’an disebutkan bahwa Hari Kiamat adalah, “Hari ketika seorang tudak berdaya sedikit pun untuk menolong orang lain. Dan segala urusan pada Hari itu dalam kekuasaan Allah”[7]
Salah satu surat dalam Al-qur’an  yang menjelaskan tentang terjadinya hari akhir ialah surat al-Qari’ah. Al-Qari’ah (hari kiamat), dalam surat ini terkandung sesuatu yang menggambarkan kehancuran dan keluluh lantakan di saat-saat lengah. Manusia di ibaratkan anai-anai yang bertebaran, mudah diombang ambingkan dan demikian ringan. Tampak pula gunung-gunung yang kokoh itu ibarat bulu-bulu yang berhamburan ditiup angin kencang.[8]
Adapun tanda-tanda datangnya Hari Kiamat sebagai berikut:
1.      Terbitnya matahari dari arah barat dan terbenamnya dari arah timur
2.      Banyak muncul binatang-binatang yang aneh
3.      Apabila seorang budak perempuan melahirkan anak majikannya
4.       Apabila orang yang berkaki telanjang sangat berambisi dalam kenikmatan dunia[9]
5.      Perempuan lebih banyak dari pada lelaki
6.      Hilang dan lenyapnya Alqur’an dan mushaf
7.      Orang berlomba-lomba membangun gedung yang tinggi

E.        Malu sebagian Dari Iman
Salah satu ciri-ciri utama fitra manusia adalah adanya rasa malu sebab dengan rasa malu kita tidak ceplas-ceplos dalam melakukan berbagai hal. Lebih lebih dalam perkara yang melanggar syariat karena dengan rasa malu baik kepada Allah atau kepada manusia akan terpatri sebuah keimanan yang kokoh, namun apabila rasa manusia itu hilang, manusia cendrung berbuat seperti perbuatan binatang. Malu mempunyai peran yang krusial dalam membentengi manusia dan menmjaganya dari kehancuran.[10]
Bila manusia mampu mengkristalkan rasa malu kepada Allah dalam dirinya, dan menganggap Allah beserta malaikat-Nya selalu hadir di sisinya, maka perasaan ini akan benar-benar menjaga seseorang dari perbuatan dosa, maksiat dan menyelamatkan dari perangkat syahwat dengan kadar yang sangat tinggi.
Seperti dalam hadits nabi Muhamad SAW yang artinya, Dari Imran bin Hushoin; Nabi Muhamad SAW bersabda “sifat malu tidak datang kecuali kebajikan, kemudian Basyir bin Ka’ab berkata: Didalam Hikmah tertulis: sesungguhnya dari sifat malu timbul kesopanan, sesungguhnya dari sifat malu timbul ketenangan, kemudian Hushoin berkata kepada Basyri:”Aku beri hadits  engkau dari Rasulullah, dan engkau ceritai aku dari lampiranmu”.[11]


[1] Imam Yahya bin Syarafudin Nawawi, Syarah Ar Ba’in Nawawi, (Surabaya: Al Miftah, [thn]),hlm.
[2] Ustadz Abu Isa Abdulloh bin Salam, Ringkasan Syarah Arba’in An-Nawawi - Syaikh Shalih Alu Syaikh Hafizhohulloh, [tth, thl]

[3] Shalih bin fauzan bin abdullah al fauzan, kitab tauhid. (jakarta :yayasan al-sofwa,2000 ).hlm. 88
[4] Ahmad Umar HAsyim, qashas As-Sunnah, (yogyakarta, Mitra Pustaka, 2004), hlm 35
[5] Teungku muhamad hasbi ash shiddieqy, Mutiara Hadits 1, (semarang :pustaka rizki putra,2002 ), hlm. 16
[6] Ibid, hlm. 19
[7] Sibawaihi, Eskatologi Al-Ghozali Fazlur Rahman Studi Komparatif Epistemologi Klasik-Kontemporer, (Yogyakarta, Islamika,2004), hlm. 102
[8] Sayid Qutub, Hari Akhir Menurut Al-Qur’an, ([ttp,tth])hlm.72
[9] Ahmad Umar Hasyim, Qashas As-Sunnah, ( Yogyakarta,Mitra Pustaka, 2004),hlm.41
[10] Muhamad Mahdi al Ashifi, Mencerdaskan Hawa Nafsu, (Jakarta, Misbah,2004), hlm.176
[11] Ahmad Sunarto dkk, Terjemah Shahih Bukhari Jilid VII, ( Semarang, CV. Asy Syifa,1993),hlm.107

Tidak ada komentar:

Posting Komentar