Minggu, 01 Mei 2016

TINJAUAN TERHADAP CATATAN DARI PENJARA ANTONIO GRAMSCI

"Revolusi proletarian tidak bisa tidak harus merupakan revolusi total. Revolusi ini merupakan terbentuknya moda-moda produksi perburuhan baru, moda-moda produksi dan distribusi baru yang bersifat unik bagi kelas buruh dalam determinasi sejarahnya dalam arus proses kapitalis. Revolusi ini juga mendorong terbentuknya seperangkat standar baru, sebuah psikologi baru, cara berperasaan, berpikir dan hidup yang baru yang harus spesifik bagi kelas buruh, yang ia ciptakan, dan akan menjadi "dominan" ketika kelas buruh menjadi kelas yang dominan.

Revolusi proletarian pada hakekatnya merupakan pembebasan kekuatan-kekuatan produksi yang telah ada dalam masyarakat borjuis. Kekuatan-kekuatan ini dapat diidentifikasikan dalam lingkup ekonomi dan politik; namun mungkinkah mulai mengidentifikasi elemen-elemen laten yang akan mendasari terciptanya peradaban atau kebudayaan proletarian?

Apakah elemen-elemen untuk seni, filsafat dan (standar) moralitas yang spesifik bagi kelas buruh telah ada? Pertanyaan ini harus ditanyakan dan dijawab. Bersama-sama dengan masalah merebut kekuasaan politik dan ekonomi, proletariat juga harus menghadapi masalah pemenangan kekuasaan intelektual. Sebagaimana ia telah berpikir untuk mengorganisir dirinya dalam bidang  politik dan ekonomi, ia harus pula berpikir untuk mengorganisir dirinya dalam bidang kebudayaan."

Antonio Gramsci - Pertanyaan-Pertanyaan tentang Kebudayaan, Avanti, 14Juni 1920 "PERTANYAAN SELATAN" DAN CROCE - SEBUAH STRATEGI REVOLUSIONER Ketika Antonio Gramsci, pemimpin Partai Komunis Italia, ditangkap oleh kaum fasis pada bulan November 1926, ia sedang mengerjakan sebuah artikel panjang yang menggariskan strategi revolusionernya untuk mengalahkan fasisme. Berdasarkan analisis kelas yang cermat terhadap Italia utara dan selatan, ia berkesimpulan bahwa usaha merubuhkan fasisme takkan berhasil tanpa pemberontakan petani penggarap di daerah selatan yang setengah terjajah. Artikel tersebut, "Beberapa Aspek Pertanyaan Selatan", saya percayai, merupakan kunci pemahaman politis Catatan Gramsci. Dengan pengamatan yang mendalam terhadap esai ini dan ide-ide terpenting dalam Catatan, saya berharap untuk menunjukkan bahwa Catatan pada hakekatnya merupakan sebuah proyek penelitian yang luar biasa besar yang mengalir langsung dari strategi politik yang digariskan dalam artikel ini. Jika benar, maka esai ini bisa dianggap sebagai pengantar politis umum untuk Catatan dan menjadi panduan yang sangat berguna untuk membacanya. 

Strategi Gramsci menyerukan untuk adanya aliansi revolusioner antara buruh pabrik di utara dan petani penggarap miskin di selatan, berusaha untuk memenangkan dukungan dari intelektual kelas menengah yang radikal di selatan untuk membantu Partai mengorganisir pemberontakan rakyat jelata. Gramsci berpendapat bahwa petani-petani penggarap termiskin di selatan, meskipun selalu berada dalam kondisi "setengah revolusi", tidak terorganisir atau terpimpin, dan tidak memiliki organisasi revolusionernya yang independen. Mereka mengambil arah politik  mereka dari intelektual borjuis menengah dan kecil pemilik tanah di selatan: ahli hukum, dokter, notaris, pejabat, pegawai kecil dan pastor desa-desa dan kota-kota kecil. Pastor-pastor merupakan sebuah kelompok yang amat penting di antara intelektual pedesaan selatan. Tuan tanah terbesar dan terkuat di Italia Selatan pada dekade 1920-an adalah gereja Katolik. Sebagai agen ekonomi gereja, pastor-pastor mengumpulkan uang sewa dari penggarap (mezzadri) tanah-tanah milik gereja, meminjamkan uang kepada rakyat jelata dengan nilai bunga yang luar biasa tinggi, dan sebagaimana dikatakan Gramsci, "memanipulasi elemen religius untuk meyakinkan dibayarkannya sewa atau bunga".

Gramsci juga mengamati dengan rasa ketertarikan yang besar bahwa intelektual pedesaan selatan merupakan lebih dari 60 % birokrasi negara Italia. Seluruh intelektual selatan tersebut terikat pada tuan-tuan tanah besar dan membantu menahan rakyat jelata pada posisi subordinasi
di bidang politik. "Intelektual menengah" selatan, sebaliknya, didominasi secara ideologis oleh "intelektual besar", intelektual individual selatan yang sangat terpelajar dan berbudaya, sering kali merupakan aristokrat pemilik tanah. Gramsci mengidentifikasikan Giustino Fortunato dan Benedetto Croce (filsuf liberal Napoli, sejarawan dan tuan tanah besar) sebagai intelektual terbesar selatan yang mengikat intelektual selatan (dan juga rakyat jelata selatan yang miskin) secara ideologis pada tuan tanah besar dan kapitalisme. Croce dan Fortunato merupakan musuh ideologis terbesar revolusi rakyat jelata di selatan dan sebagaimana dikatakan Gramsci, "dua tokoh utama reaksionerisme Italia".
Subordinasi politik dan ekonomi penggarap terhadap tuan tanah dan gereja melalui intelektual pedesaan yang dipimpin Croce dan Fortunato disebutkan Gramsci sebagai "sebuah blok agraria yang berukuran amat besar". Blok agraria ini, beriringan dengan kelas menengah kota, merupakan dasar sosial utama fasisme. Tuan-tuan tanah dan borjuis kecil pedesaan dari blok agraria inilah yang (dengan sejumlah bantuan strategis dari industrialis utara juga) menyediakan sebagian besar dana, senjata, kepemimpinan dan orang untuk kelompok teroris fasis yang mengalahkan revolusi kelas buruh pada tahun 1919-1920.

Strategi Gramsci untuk memecahkan blok agraria ini dan meruntuhkan fasisme bergantung pada menjauhkan pemikiran intelektual pedesaan selatan dari Croce. Sebagaimana dikatakannya, "Berkaitan dengan blok agraria, terdapat di Selatan sebuah blok intelektual yang selama ini praktis berfungsi untuk mencegah keretakan dalam Blok ini menjadi sedemikian berbahaya dan menimbulkan keruntuhannya. Giustino Fortunato dan Benedetto Croce merupakan tokoh blok intelektual ini, maka mereka dapat dianggap sebagai reaksioner paling aktif di seluruh semenanjung." Namun, tidaklah mudah untuk mengalahkan Croce. Ia, menurut Gramsci, telah mendominasi kebudayaan Italia antara tahun 1900-1920, membentuk pemikiran sebuah generasi intelektual. Sebagian besar kepemimpinan intelektual gerakan fasis, sosialis dan komunis yang bangkit di Italia antara masa itu berangkat dari sebuah generasi intelektual radikal borjuis kecil muda dari selatan (Gramsci salah satunya). Croce memberikan kepemimpinan filsafat bagi intelektual-intelektual muda dan kecewa tersebut, menyerukan sekulerisasi dan modernisasi kebudayaan dan masyarakat Italia. Gramsci sendiri mengawali kehidupan intelektualnya sebagai seorang Crocean, tertarik seruannya untuk reformasi moral dan intelektual Italia yang terbelakang dan terdominasi gereja.

Dua pertanyaan sosial, moral dan politik besar menghadapi negara Italia yang baru berusia 30 tahun pada tahun 1900; "Pertanyaan Selatan" dan "Pertanyaan Sosial". Yang pertama adalah bagaimana mengintegrasikan wilayah Italia Selatan (termasuk Sardinia dan Sisilia) yang miskin, berpotensi pemberontakan namun kaya hasil pertanian dan tambang ke dalam negara Italia. Sebagai koloni ekonomi dan politik daerah Utara yang lebih terindustrialisasi, Selatan mendayai pembangunan kapitalis Italia, namun tidak mendapatkan hasil apa pun. Penggarap di Selatan merupakan kelas yang paling tertindas namun juga paling tidak terorganisir di Italia. Dan intelektual Selatan, sebagai anggota borjuasi kecil semi-kolonial merupakan kekuatan yang memiliki potensi revolusioner.

Pertanyaan kedua yang dihadapi Italia adalah bagaimana mengurangi penderitaan buruh pabrik yang miskin dan tak berdaya di Utara.  Gerakan serikat buruh di Utara telah berkembang pada garis ekonomis, reformis, rasis anti selatan, menimbulkan aristokrasi buruh yang mengembangkan aliansi politik dan ekonomi dengan Kapitalis Utara. Nasionalis kelas menengah dan banyak intelektual sindikalis mendorong ekspansi imperialis Italia ke Afrika Utara dan Timur Tengah sebagai cara menekan kemiskinan Selatan. Gramsci dan berbagai intelektual radikal selatan lainnya menyarankan aliansi revolusioner antara buruh pabrik di Utara dan rakyat jelata miskin baik di utara maupun selatan sebagai alternatif terhadap reformsi pro-imperialis, nasionalis dan sindikalis.

Croce, sebagai anggota kelas pemilik tanah di Selatan memiliki kepentingan langsung dalam mensabotase aliansi yang berbahaya tersebut. Gramsci kemudian menjelaskan peran kritis yang dimainkan Croce dan Fortunato dalam mencegah Selatan menjadi revolusioner,

"Orang-orang Selatan yang telah berusaha meninggalkan blok agraria dan menanyakan Pertanyaan Selatan dalam bentuk radikalnya telah menemukan penerimaan dan mengelompokkan dirinya pada tinjauan-tinjauan yang dicetak di luar Selatan. Bahkan, dapat dikatakan bahwa seluruh inisiatif kebudayaan yang dilakukan intelektual menengah yang berlangsung pada abad ini di Italia Tengah dan Utara dicirikan oleh "keselatanan", karena mereka sangat terpengaruh intelektual selatan: semua jurnal intelektual Firenze, seperti Voce dan Unita, jurnal Kristen Demokrat seperti Azione di Cesena, jurnal liberal muda Emilia dan Milan yang diterbitkan G. Borelli, seperti Patria di Bologna atau Azione di Milan, dan terakhir, Rivoluzione Liberale Gobetti. 

Yah, penguasa politik dan intelektual tertinggi seluruh inisiatif tersebut adalah Giustino Fortunato dan Benedetto Croce. Dalam lingkup yang lebih luas daripada blok agraria yang mengekang, mereka mengusahakan agar masalah Selatan akan dijabarkan dalam cara yang tidak melampaui batasan tertentu: tidak akan menjadi revolusioner. Orang-orang yang memiliki kebudayaan dan kepandaian tinggi, yang bangkit di wilayah tradisional Selatan, namun berkaitan dengan kebudayaan Eropa dan wilayah dunia lainnya, memiliki seluruh bakat yang diperlukan untuk memuaskan kebutuhan intelektual wakil-wakil pemuda yang berbudaya dan jujur di Selatan; untuk meredam dorongan mereka yang tanpa henti untuk melakukan revolusi melawan kondisi yang ada, untuk mengarahkan mereka melalui jalan tengah kebijakan klasik dalam pikiran dan tindakan. Mereka yang disebut sebagai "neo-protestan" atau Kalvinis gagal memahami bahwa di Italia, karena kondisi modern peradabannya tidak memungkinkan reformasi keagamaan besar-besaran, reformasi yang secara historis dapat terlaksana telah terjadi bersama filsafat Benedetto Croce. Arah dan metode pemikiran telah berubah dan sebuah konsepsi baru tentang dunia telah disusun, melintasi batasan kekatolikan dan semua agama mitologis lainnya. Dalam hal ini, Benedetto Croce telah menjalankan peran "nasional" yang amat penting. Ia telah memisahkan intelektual radikal selatan dengan massa rakyat jelata, memaksa mereka mengambil bagian dalam kebudayaan nasional dan Eropa; dan melalui kebudayaan ini, memasukkan mereka ke dalam borjuasi nasional dan blok agraria."

Dalam sebuah masa yang singkat pada dekade 1890-an, Croce Subject: mengaitkan dirinya dengan Marxisme legal, dan menjadi pemimpin revisionisme Marxis. Namun ketika gerakan sosialis kelas buruh massal tumbuh di Italia, Perancis, Jerman, Rusia dan permusuhan nasionalis kelas menengah terhadap sosialisme semakin intensif, Croce menjadi semakin memusuhi Marxisme. Ia sangat mendukung keikutsertaan Italia dalam Perang Dunia Pertama, dengan keras mengutuk Partai Sosialis untuk pasifisme dan "ketiadaan patriotisme". Ia juga sangat menentang bangkitnya Uni Soviet dan gerakan komunis di Italia. Ia mendukung Fasisme pada tahun-tahun pertamanya sebagai sebuah kekuatan yang menstabilisasi dan memodernisasi, yang dapat menghalangi sebuah revolusi komunis kelas buruh yang lebih radikal. Namun, ketika fasisme dengan penuh kekerasan memantapkan kediktatorannya terhadap borjuis liberal sepertinya, tidak hanya terhadap buruh sosialis dan rakyat jelata, ia beralih ke perlawanan "filosofik" pasif terhadap regim. Namun, ia menolak mendukung langkah politik massa apa pun terhadap fasisme dan tetap menjadi anggota Senat Italia yang dikendalikan fasis. Ia terus berbicara dan menulis selama 22 tahun kekuasaan fasis tanpa tindakan apa pun dari regim. Baik dalam surat-suratnya dari penjara maupun dalam Catatan, Gramsci dengan jelas menyatakan bahwa ia menganggap Croce sebagai kawan tak ternilai fasisme, meskipun secara formal ia merupakan oposisi filosofik liberal. Pasivitas politik, anti komunisme, anti kelas buruh, politik dan filsafat kelas atas elitisnya membantu menjaga intelektual selatan pasif di bidang politik dan memusuhi massa. Dengan tetap berada dalam Senat Fasis sebagai lawan formal regim, ia memberikan negara fasis tersebut legitimasi demokratik dan meningkatkan prestise intelektualnya. Bagi Gramsci, Croce adalah lawan filsafat Marxis dan revolusi kelas buruh yang paling canggih, berpengaruh dan berbahaya di Italia dan Eropa.

Bertentangan dengan tokoh-tokoh reaksioner macam Croce dan Fortunato, Gramsci mengajukan Piero Gobetti sebagai contoh intelektual demokrat yang bisa dibujuk untuk beralih ke revolusi yang dipimpin kelas buruh. Gobetti, yang dipengaruhi buruh pabrik mobil komunis dari gerakan Ordine Nuovo di Turin memisahkan diri dari Croce dan mulai menganggap kelas buruh utara sebagai kekuatan sosial yang dapat memodernisasi Italia di bidang kebudayaan dan sosial.

Terhadap kritikan sektarian dalam partai komunis bahwa Gobetti merupakan seorang liberal borjuis dan harus dilawan, Gramsci mengajukan pandangannya mengenai pentingnya beraliansi dengan intelektual demokratik, ".tidak memahami [mengapa partai membutuhkan Gobetti sebagai sekutu], berarti tidak memahami pertanyaan tentang intelektual dan fungsi yang mereka perankan dalam perjuangan kelas. Gobetti dalam praktiknya berfungsi sebagai penghubung antara kita dengan (1) intelektual yang lahir dalam teknik kapitalis [teknisi dan insinyur pabrik] yang antara tahun 1919-1920 mengambil posisi kiri, mendukung kediktatoran proletariat; (2) sekelompok intelektual selatan yang melalui hubungan yang lebih rumit mempertanyakan pertanyaan Selatan dengan sudut pandang yang berbeda dari yang tradisional, dengan mengajukannya kepada proletar Utara.Intelektual berkembang dengan lambat, jauh lebih lambat daripada kelompok sosial lainnya, akibat sifat alamiah dan peran historisnya. Mereka mewakili seliruh tradisi kebudayaan suatu masyarakat, berusaha menyimpulkan dan menciptakan seluruh sejarahnya. Ini dapat dikatakan terutama mengenai intelektual jenis lama: intelektual yang lahir pada wilayah rakyat jelata. Pemikiran bahwa intelektual semacam itu, dalam jumlah besar sekaligus, dapat memutuskan dirinya dari masa lalu dan menempatkan diri mereka seluruhnya pada wilayah ideologi baru, adalah absurd. Ini absurd bagi intelektual tersebut secara kelompok, dan mungkin pula absurd bagi sebagian besar intelektual secara individual pula - tanpa mengurangi rasa hormat pada usaha yang mereka lakukan atau ingin lakukan. Kini, kita tertarik pada massa intelektual, bukan pada individu. Memang penting dan berguna bagi proletariat bahwa satu atau lebih intelektual, secara individual, mengambil program dan pemikirannya, bergabung dengan proletariat, menjadi dan merasa sebagai bagian integral darinya [Gramsci sendiri merupakan satu contoh]. Proletariat, sebagai sebuah kelas, payah dalam mengorganisir elemennya. Ia tidak memiliki lapisan intelektualnya sendiri, dan hanya dapat menciptakannya dengan amat lambat dan amat menyakitkan setelah dimenangkannya kekuasaan negara. Namun penting dan berguna pula bila terjadi perpecahan dalam massa intelektual: sebuah perpecahan organik, yang memiliki ciri historik. Karena diperlukan keberadaan sebagai sebuah formasi massa, suatu kecenderungan kiri, dalam artiannya yang modern, yaitu yang berorientasi terhadap proletariat yang revolusioner. Aliansi antara proletariat dan massa rakyat jelata memerlukan
pembentukan formasi ini. Terutama, formasi ini sangat penting bagi aliansi antara proletariat dan rakyat jelata di selatan. Proletariat akan menghancurkan blok agraria selatan sejauh mungkin, melalui partai, dengan mengorganisir massa rakyat jelata yang miskin menjadi formasi yang otonom dan independen serta semakin kuat. Namun, keberhasilan atau kegagalannya dalam tugas yang penting ini akan juga bergantung pada kemampuannya memecahkan blok intelektual yang merupakan lapisan pertahanan yang fleksibel namun amat kukuh dari blok agraria.

Proletariat dibantu dalam tugas ini oleh Piero Gobetti." Strategi untuk mengalahkan Croce secara intelektual dan mendorong intelektual selatan radikal untuk mengambil jalan revolusi merupakan titik awal politik dan intelektual Catatan. Ini mendorongnya melakukan studi yang masif tentang intelektual Italia, asal kelas mereka, politik, kebudayaan dan sejarah mereka. Ini mendorongnya menulis sepanjang 155 halaman mengenai bagaimana melakukan serangan filsafat dan politik terhadap Croce, yang ia sebut "Anti-Croce". Dan kemudian, Anti-Croce ini dan studinya mengenai intelektual Italia memberikan dasar kritis untuk program politiknya untuk revolusi sosial, politik dan kebudayaan Italia. Dan akhirnya, ini mendorongnya untuk mengarah ke sebuah teori revolusi kebudayaan kelas buruh yang terbangun di sekeliling pemikiran untuk menciptakan kelompok kepemimpinan yang dibangun dari intelektual kelas buruh yang otonom dan intelektual "nasional-kerakyatan" atau revolusioner.
-----------------------------------------------------------------------

Hancurkan Kapitalisme,Imperialisme,Neo-Liberalisme, Bangun 
Sosialisme !

Date : Thursday, March 02 2000

Tidak ada komentar:

Posting Komentar