I. PENDAHULUAN
Islam merupakan agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Beliau menyebarkan Islam secara bertahap, yang dimulai dari orang-orang terdekat hingga Islam dapat tersebar luas. Setelah Nabi wafat, kepemimpinan Nabi di gantikan oleh Khulafa Ar-Rasyidin. Pada periode sahabat, daerah kekuasaan Islam semakin meluas termasuk daerah-daerah di luar semenanjung Arabia yang telah mempunyai kebudayaan tinggi dan susunan masyarakat yang bukan sederhana. Khusunya pada pemerintahan Bani Umayyah, beberapa daerah telah dikuasai. Diantaranya yaitu Hejaz, Irak, Mesir dan bagian Suriah.
Keempat negara ini merupakan kawasan Islam Arab yang paling luas jangkauannya secara linguistik yang membentang antara wilayah Irak sampai Mauritania. Kawasan Islam Arab dibedakan kedalam dua wilayah yaitu wilayah Arab Timur (masyriq) dan Arab Barat (maghrib), dengan menarik lokasi garis pandang pasir sejak wilayah Maroko, Lybia, Al-Jazair, Mesir, dan Syiria. Dan Syiria dapat dipisahkan lagi oleh gaya-gaya linguistik ke Selatan Saudi Arabia, yakni Yaman dan ke Utara sampai Irak.
Di bagian dunia Arab sebelah Timur yakni daerah-daerah Selatan semenanjung Arab terutama Yaman, yang merupakan satu-satunya wilayah daerah ini yang memeluk Islam secara damai. Irak sebagai bagian dari dunia Arab Timur memiliki kriteria unik dimana penduduknya yang terdiri dari Sunni dan Syi’ah. Ia juga merupakan ahli waris peradaban Mesopotamia kuno dan selama berabad-abad, telah mendapatkan pengalaman sejarah Islam yang cukup kuat sejak Abbasiyah pada pertengahan abad ke-7, kemudian diteruskan oleh gairah dua kekaisaran besar Islam antara Turki Usmani dan Shafawi sampai abad ke-18 M. Sehingga Irak dikatakan sebagai wilayah yang memiliki corak kebudayaan Islam tersendiri di sekitar dunia Arab Timur. Maka berangkat dari sinilah pemakalah akan mengulas lebih jauh mengenai bagaimana Islam di Irak.
II. RUMUSAN MASALAH
A. Bagaimana Letak Geografis Irak?
B. Bagaimana Sejarah Masuknya Islam di Irak?
C. Bagaimana karakteristik Islam di Irak?
III. PEMBAHASAN
A. Letak Geografis Irak
Negara republik Irak (al-Jumhuriyah al-Irakiyah) pada sensus penduduk tahun 1990 memiliki populasi 18.317.000 jiwa. Luas wilayahnya mencapai 435.052 km2 dengan bahasa resminya adalah bahasa Arab. Agama Islam 95,8% (Sunni dan Syi’ah), kristen 3,5% dan sedikit Yahudi.
Negara republik Irak yang berada dibagian barat Asia ini, memiliki batas-batas wilayah; diselatan berbatasan dengan Kuwait dan Arab Saudi, di barat dengan Yordania dan Syria, di utara dengan Turki, dan di timur dengan Iran.
Irak berada tepat dibagian timur wilayah Bulan Sabit Subur yang dulu sering disebut daerah Mesopotamia –kosa kata Yunani yang berarti “lahan di antara dua sungai” ; Sungai Tigris dan Sungai Efrat. Kedua aliran sungai ini sangat memengaruhi pola kehidupan dan lingkungan penduduk Irak dari masa ke masa.
Ibukota Irak adalah Baghdad yang berarti “Taman Keadilan”. Baghdad pada mulannya adalah ibu kota dinasti Abbasiyah. Kota Baghdad sejak awal berdirinya sudah menjadi pusat peradaban dan kebangkitan ilmu pengetahuan dalam Islam.
Karena posisinya yang terletak antara jazirah Arabia Utara dan jajaran Gunung Turki serta Iran di sebelah Barat Daya, daerah ini membentuk lintasan tanah rendah antara Syria dan Teluk Persia. Topografi Irak termasuk ke dalam tiga zona yang berbeda – bagian pegunungan utara disebut wilayah Kurdistan; (1) wilayah tengah, antara Tigris dan Efrat dengan pusat ibukota Baghdad. (2) wilayah barat, barat daya, dan selatan merupakan daerah gurun yang hampir keseluruhannya sama sekali gersang. Dan (3) di selatan terdapat rawa yang luas disepanjang Shatt al-Arab, tempat bergabungnya kedua sungai Tigris dan Efrat, sekitar 160 km di sebelah barat laut Teluk Persia.[1]
Seperti di banyak negara Dunia ketiga atau Negara Timur Tengah yang lain, penduduk Irak berduyun-duyun pindah ke kota pada paruh kedua abad ke-20. Kini lebih dari 60% penduduk Irak tinggal di daerah perkotaan dan separunya tinggal di ke-14 kota besarnya, Baghdad, Basrah, Mosul, dan Kirkuk.
Sekitar 75-80% penduduk Irak berkomunikasi dalam bahasa Arab dan mengaku sebagai orang arab. Mereka yang pada umumnya tinggal diwilayah pusat, khususnya diwilayah selatan dan di kota Mosul, kira-kira 20% penduduknya adalah suku Kurdi. Mayoritas mereka tinggal terutama di utara dan di Baghdad. Orang Kurdi beragama Islam meskipun mereka bukan berasal dari etnik Arab. Mereka sebenarnya berasal dari Persia dan termasuk orang-orang Indo-Arya.
Perbedaan keturunan antara orang Arab dan orang Kurdi telah menyebabkan terjadi konflik dalam negeri yang berkepanjangan. Orang-orang Arab pada umumnya menganut Islam sunni, dan mereka telah memerintah negara ini sejak tahun 1958, saat pecah revolusi yang mengakhiri kekuasaan Inggris di Irak.[2]
B. Sejarah Masuknya Islam di Irak
Kontak pertama antara Islam dan wilayah yang sekarang menjadi Irak terjadi pada masa Rasulullah saw. Ketika itu Irak masih dikuasai oleh kerajaan Persia. Rasulullah saw mengirim surat dakwah kepada Kisra, penguasa Persia. Surat itu berisikan ajakan kepada Kisra untuk memeluk agama Islam dan meninggalkan keyakinannya yang lama.[3]
Kerajaan Persia menjadi penguasa di wilayah Irak hingga pasukan Islam merebutnya pada tahun 637 M. Pasukan Islam menaklukan Irak setelah melalui pertempuran yang berlangsung dalam tiga fase.
Fase pertama berlangsung pada masa Khalifah Abu Bakr as-Shiddiq. Ketika itu tentara Islam dipimpin Mutsanna bin Haritsah dan berhasil menaklukkan bagian barat sungai Eufrat. Kesuksesan ini mendorong Abu Bakr mengirim tentara yang lebih besar dibawah pimpinan Khalid dan Walid. Khalid menyerang drai utara dan berhasil menguasai Hirah.
Fase kedua berlangsung pada masa Khalifah ‘Umar bin Khattab. Kali ini serangan diarahkan ke utara Baghdad, yang disebut ard as-sawad. Di kawasan ini terdapat Kota Madain, pusat pemerintahan Kerajaan Persia. Maka terjadilah pertempuran sengit selama beberapa tahun dan melibatkan banyak panglima Islam.
Fase ketiga penaklukan juga terjadi pada masa Khalifah ‘Umar bin Khattab. Ketika itu tentara Islam dipimpin oleh ‘Iyad bin Ganam. Serangan diarahkan ke kawasan yang dikuasai oleh bangsa Romawi yang disebut ard al-jazirah. Pasukan Islam kemudian berhasil menguasai kota-kota penting di kawasan itu, seperti ar-Raqqah, Harran, dan ar-Ruha. Kota-kota tersebut dijadikan markas pasukan Islam, dan dari situlah pasukan Islam kemudian menyerang Armenia dan sekitarnya.
Pada masa awal penaklukan, penyebaran Islam dipusatkan di kota kembar Basrah dan Kufah. Kemudian para ulama berdatangan ke dua kota ini dan juga ke Mosul, yang terletak di jalur perdagangan antara Timur dan Barat. Walaupun Khalifah Umar menerapkan kebebasan beragama kepada penduduk Irak, bahasa Arab dan agama Islam cepat diterima penduduk setempat sehingga penganut Islam menjadi mayoritas.
Pada akhir masa pemerintahan Khalifah ‘Utsman bin ‘Affan, di Basra dan Kufah timbul gerakan perlawanan. Mereka memberontak terhadap kekuasaan Khalifah Utsman dan membunuhnya.
Sepeninggal Khalifah ‘Utsman, tampuk kepemimpian kaum muslimin dipegang ‘Ali bin Abi Talib, sebelum akhirnya berpindah tangan ke bani Umayyah. Khalifah ‘Ali memindahkan pusat kekuasaannya ke Kufah, sementara Khalifah Mu’awiyah bin Abi Sufyan dari Dinasti Umayyah memindahkan pusat pemerintahan ke Damaskus. Pada masa Dinasti Umayyah inilah, Basrah dan Kufah menjadi pusat perlawanan bani Hasyim, bani ‘Abbas, kaum Syiah, dan sekte Khawarij.[4]
Pada masa Dinasti Abbasiyah, pusat pemerintahan dipindahkan ke Baghdad, yang terletak antara Sungai Tigris dengan Sungai Eufrat. Baghdad berarti “Taman Keadilan”. Kota Baghdad sejak awal berdirinya sudah menjadi pusat peradaban dan kebangkitan ilmu pengetahuan dalam Islam. Masa puncak keemasan kota Baghdad terjadi pada masa Khalifah Harun Ar-Rasyid (786-809 M), dan anaknya Al-Makmun (813-833 M). Baghdad pada masa tersebut menjadi pusat peradaban kebudayaan yang tertinggi di dunia. Ilmu pengetahuan dan sastra berkembang sangat pesat.[5] Kondisi politik pada masa itu pun relatif stabil di seluruh wilayah kekuasaan Dinasti Abbasiyah yang luas.
C. Karakteristik Islam Di Irak
Kependudukan Irak, terpecah dalam hal persoalan ideologi agama. Meskipun lebih dari 95% rakyatnya beragama Islam, mereka terbagi mejadi dua kelompok besar yakni Sunni dan Syi’ah. Kaum Syi’ah mencakup sekitar 55-60% penduduk Irak. Oleh sebab itu, kaum Syi’ah adalah lebih dan 2 kali lipat dari kaum Arab Sunni.[6]
Syi’ah merupakan contoh utama dari pembentukan sebuah komunitas baru sektarian. Syi’ah pada masa awal terbagi menjadi sejumlah kelompok yang berbeda-beda yang bergantung pada teori mereka atas suksesi imam. Salah satunya yaitu kelompok “dua belas imam” yang berkembang di Baghdad yang mempercayai keimanan putra Ja’far yang bernama Abdullah dan anak turunannya.[7]
Syi'ah dan umumnya Arab dengan sebagian Turkmen dan Kurdi Faili hampir semuanya adalah pengikut aliran Dua Belas Imam. Sedangkan sunni terdiri dari orang-orang Arab, Turkmen yang menganut Mazhab Hanafi dan orang-orang Kurdi yang memeluk Mazhab Syafi'i.[8]
Madzab yang berkembang di Irak yaitu madzab Hanafi dan Hanbali. Madzab hukum Hanafi berkembang di Irak. Sedangkan madzab hukum Hanbali yang semula madzab warga Baghdad, tersebar luas ke Irak bagian utara. Dan madzab Syafi’i pertama kali berkembang di Mesir, tetapi sekitar abad kesepuluh, madzab ini juga berkembang di Baghdad.[9]
[1] Ajid Thohir, Studi Kawasan Dunia Islam; Prespektif Etno-Linguistik dan Geo-Politik,(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), Hlm. 168.
[2] Ajid Thohir, Studi Kawasan Dunia Islam..., hlm. 173-174.
[3] Muhammad Syafii Antonio, dkk, Ensiklopedia Peradaban Islam Baghdad, (Jakarta:IKAPI, 2012), hlm. 44.
[4] Muhammad Syafii Antonio, dkk, Ensiklopedia Peradaban..., hlm. 47-49.
[5] Samsul Munir Amin, Sejarah Perdaban Islam, (Jakarta: Amzah, 2009), Hlm. 285.
[6] Ajid Thohir, Studi Kawasan Dunia Islam..., hlm. 174-175.
[7] Ira M. Lapidus, Sejarah Sosial Ummat Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000), Hlm. 250.
[8] http://id.wikipedia.org/wiki/Irak di unduh pada 12 Mei 2014 pukul 14:01.
[9] Ira M. Lapidus, Sejarah Sosial..., Hlm. 251.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar