I. Pendahuluan
Pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menginisiasi, memfasilitasi dan meningkatkan intensitas dan kualitas belajar pada diri peserta didik. Proses pembelajaran tidak dapat dipisahkan dari perencanaan pembelajaran. Perencanaan pembelajaran harus dengan sengaja diorganisasikan dengan baik agar dapat menumbuhkan proses belajar yang baik yang pada gilirannya dapat mencapai hasil belajar yang optimal. Proses pembelajaran agar dapat terkonsepsikan dengan baik, maka seorang guru dituntut untuk mampu menyusun dan merumuskan Perencanaan pembelajaran secara jelas dan tegas.
Dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mendorong upaya-upaya pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil teknologi dalam proses belajar mengajar. Kemajuan di bidang teknologi pendidikan, maupun teknologi pembelajaran, menuntut digunakannya berbagai media pembelajaran. Pembelajaran yang dirancang secara baik dan kreatif dengan memanfaatkan teknologi multimedia, dalam batas-batas tertentu akan dapat memperbesar kemungkinan siswa untuk belajar lebih banyak, mencamkan apa yang dipelajarinya lebih baik, dan meningkatkan kualitas pembelajaran. Oleh karena itu para guru dituntut agar mampu memahami, memanfaatkan alat-alat yang tersedia atau media pembelajaran dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Untuk memahami hal tersebut, pemakalah menerapkan penggunaan media sebagai sarana dalam pelaksanaan perencanaan pembelajaran. Media pembelajaran merupakan salah satu komponen pembelajaran yang mempunyai peranan penting dalam Kegiatan Belajar Mengajar. Pemanfaatan media seharusnya merupakan bagian yang harus mendapat perhatian guru / fasilitator dalam setiap kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu guru / fasilitator perlu mempelajari bagaimana menetapkan media pembelajaran agar dapat mengefektifkan pencapaian tujuan pembelajaran dalam proses belajar mengajar. Dalam makalah ini kami akan mencoba, memberikan penjelasan secara singkat tentang perencanaan media dalam pembelajaran. Semoga makalah ini memberikan ilmu yang bermanfaat bagi kita semua.
II. Rumusan Masalah
A. Apa pengertian media pembelajaran?
B. Bagaimana mengidentifikasikan pembagian media pengajaran?
C. Apa saja dasar pemilihan media pengajaran?
D. Bagaimana langkah-langkah perencanaan media pengajaran?
III. Pembahasan
A. Pengertian Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara atau pengantar. Association for Education and Comunication Technology ( AECT ) mendefinisikan media yaitu segala bentuk yang digunakan untuk suatu proses penyaluran informasi. Gerlach dan Ely (1979) mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap.
Pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar peserta didik, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar peserta didik yang bersifat internal (Gagne dan Briggs, 1979: 3). Pembelajaran adalah segala upaya untuk menciptakan kondisi dengan sengaja agar tujuan pembelajaran dapat dipermudah (facilitated) yang dilakukan oleh pendidik agar terjadi proses belajar pada diri peserta didik.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam proses belajar mengajar yang berupa perangkat keras maupun perangkat lunak untuk mencapai proses dan hasil pembelajaran secara efektif dan efisien, serta tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan mudah.[1]
Secara khusus, media pembelajaran pendidikan agama Islam adalah alat, metode, dan teknik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses pembelajaran pendidikan agama islam di sekolah.
Kalau kita perhatikan perkembangan media pembelajaran ini pada mulanya hanya dianggap sebagai alat bantu mengajar bagi seorang guru. Alat bantu yang dipakai adalah alat bantu visual yaitu berupa gambar, model, objek dan media lain yang dapat memberikan pengalaman konkret dan motivasi belajar sehingga dapat mempertinggi daya serap dan hasil belajar siswa.[2]
B. Mengidentifikasi Pembagian Media-media Pembelajaran
Media pembelajaran digunakan dalam rangka upaya peningkatan mutu proses kegiatan belajar mengajar. Dalam perkembangannya media pembelajaran mengikuti perkembangan teknologi. Teknologi yang paling tua yang dimanfaatkan dalam proses belajar adalah percetakan yang bekerja atas dasar prinsip mekanis. Kemudian lahir teknologi audio visual yang menggabungkan penemuan mekanis dan elektronis untuk tujuan pembelajaran. Teknologi yang muncul terakhir adalah teknologi mikro prosesor yang melahirkan pemakaian komputer dan kegiatan interaktif.[3]
Pengklasifikasian media pembelajaran berdasarkan indra yang terlibat menurut Rudi Bretz (1997) yaitu ciri utama media pada tiga unsur pokok yaitu suara, visual dan gerak. Bentuk visual itu sendiri dibedakan lagi pada tiga bentuk, yaitu gambar visual, garis (linergraphic) dan simbol. Di samping itu dia juga membedakan media siar (transmisi) dan media rekam (recording), sehingga terdapat 8 klasifikasi media; media audio visual gerak; media audio visual diam; media audio semi gerak; media visual gerak; media visual diam; media visual semi gerak; media audio, dan media cetak.
Pengklasifikasian media pembelajaran berdasarkan rangsangan belajar menurut Briggs lebih menekankan pada karakteristik menurut stimulus atau rangsangan yang dapat ditimbulkannya daripada media itu sendiri, yakni kesesuaian rangsangan tersebut dengan karakteristik siswa, tugas pembelajaran, bahan dan transmisinya. Di samping itu Briggs mengidentifikasi macam-macam media yang dipergunakan dalam proses belajar mengajar, yaitu; objek, model, suara langsung, rekaman audio, media cetak, pembelajaran terprogram, papan tulis, media transparansi, film bingkai, film, televisi dan gambar.
Klasifikasi media pembelajaran berdasarkan fungsi pembelajaran menurut Gagne ada 7 macam pengelompokan media yaitu; benda untuk didemonstrasikan, komunikasi lisan, gambar cetak, gambar diam, gambar gerak, film bersuara, dan mesin belajar. Ke tujuh macam pengelompokan media tersebut kemudian dikaitkan dengan kemampuannya memenuhi fungsi menurut tingkat hierarki belajar yang dikembangkannya, yaitu: pelontar stimulus dan penarik minat belajar.[4]
Klasifikasi media pembelajaran berdasarkan hierarki pemanfaatannya menurut Duncan, semakin rumit jenis perangkat media yang dipakai semakin mahal biaya investasinya, semakin susah pengadaannya dan semakin luas lingkup penggunaannya. Sebaliknya semakin rendah perangkat media yang digunakan biaya akan menjadi murah, pengadaannya lebih mudah, sifat penggunaannya lebih khusus dan lingkup sasarannya.[5]
Dengan pengklasifikasian media pembelajaran dapat diketahui karakteristik media menurut tinjuan ekonomisnya, lingkup sasaran yang diliput, kemudahan kontrolnya oleh si pemakai dan sebagainya. Juga dapat dilihat dari kemampuan membangkitkan rangsangan indera penglihatan, pendengaran, perabaan percakapan, maupun penciuman, atau kesesuaiannya dengan tingkat hierarki belajar. Klasifikasi media, karakteristik media, dan pemilihan media merupakan kesatuan yang tidak terpisahkan dalam penentuan strategi pembelajaran. Pemilihan media yang disesuaikan dengan tujuan, materi, serta kemampuan dan karakteristik pembelajar, akan sangat menunjang efisien serta efektivitas proses dan hasil pembelajaran.
C. Dasar-dasar pemilihan media pembelajaran
Pembelajaran yang efektif memerlukan perencanaan yang baik. Media yang akan digunakan dalam proses pembelajaran itu juga memerlukan perencanaan yang baik. Meskipun demikian, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa seorang guru memilih salah satu media dalam kegiatannya di kelas atas dasar pertimbangan antara lain, ia merasa sudah akrab dengan media itu (papan tulis atau proyektor transparansi), ia merasa bahwa media yang dipilihnya dapat menggambarkan dengan lebih baik daripada dirinya sendiri, misalnya diagram pada flip chart, atau media yang dipilihnya dapat menarik minat dan perhatian siswa, serta menuntunnya pada penyajian yang lebih terstruktur dan terorganisasi. Pertimbangan ini diharapkan oleh guru dapat memenuhi kebutuhannya dalam mencapai tujuan yang telah ia tetapkan.[6]
Agar media pengajaran yang dipilih itu tepat, terdapat beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam pemilihan media
1. Objektivitas, berdasarkan hasil penelitian atau percobaan, media pembelajaran menunjukkan keefektifan dan efisiensi yang tinggi.
2. Program pengajaran yang akan disampaikan kepada peserta didik harus sesuai dengan kurikulum yang berlaku, baik isinya maupun strukturnya.
3. Sasaran program, ialah peserta didik yang akan menerima informasi pengajaran melalui media pengajaran.
4. Situasi dan kondisi, meliputi kondisi sekolah atau tempat dan ruangan yang akan digunakan, serta peserta didik yang akan mengikuti pelajaran.
5. Kualitas teknik, media pengajaran yang akan digunakan perlu diperhatikan, apakah sudah memenuhi syarat.
6. Keefektifan dan efisiensi penggunaan, dengan menggunakan media tersebut informasi pengajaran dapat diserap oleh anak didik dengan optimal, serta waktu, tenaga dan biaya yang dikeluarkan untuk mencapai tujuan tersebut sedikit mungkin[7]
Selain itu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan guru dalam menggunakan atau memilih media pengajaran untuk mempertinggi kualitas pengajaran.
1. Guru perlu memiliki pemahaman media pengajaran antara lain jenis dan manfaat media pengajaran, kriteria memilih dan menggunakan media pengajaran, menggunakan media sebagai alat bantu mengajar dan tindak lanjut penggunaan media dalam proses belajar siswa.
2. Guru terampil membuat media pengajaran sederhana untuk keperluan pengajaran, terutama media dua dimensi atau media grafis, dan beberapa media tiga dimensi, dan media proyeksi.
3. Pengetahuan dan keterampilan dalam menilai keefektifan penggunaan media dalam proses pengajaran. Menilai keefektifan media pengajaran penting bagi guru agar ia bisa menentukan apakah penggunaan media mutlak diperlukan atau tidak selalu diperlukan dalam pengajaran sehubungan dengan prestasi belajar yang dicapai siswa.
Dalam memilih media untuk kepentingan pengajaran sebaiknya memperhatikan kriteria-kriteria sebagai berikut:
1. Ketepatannya dengan tujuan pengajaran
2. Dukungan terhadap isi bahan pelajaran
3. Kemudahan memperoleh media
4. Keterampilan guru dalam menggunakannya
5. Tersedia waktu untuk menggunakannya
6. Sesuai dengan taraf berpikir siswa.[8]
Profesor Ely dalam kuliahnya di Fakultas Pasca Sarjana IKIP Malang tahun 1982 mengatakan bahwa dalam pemilihan media seyogyanya tidak terlepas dari konteksnya bahwasanya media merupakan komponen dari sistem instruksional secara keseluruhan. Karena itu, meskipun tujuan dan isinya sudah diketahui, faktor-faktor lain seperti karakteristik siswa, strategi pembelajaran, organisasi kelompok belajar, alokasi waktu dan sumber serta prosedur penilaiannya juga harus dipertimbangkan.[9]
D. Langkah-langkah dalam Perencanaan Media Pengajaran
Ada beberapa langkah yang dapat ditempuh dalam perencanaan media pembelajaran. Pendapat Gagne dan Briggs menyarankan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Merumuskan tujuan pembelajaran
2. Mengklasifikasikan tujuan berdasarkan domain atau tipe belajar
3. Memilih peristiwa-peristiwa pengajaran yang akan berlangsung
4. Menentukan tipe perangsang untuk tiap peristiwa
5. Mendaftar media yang dapat digunakan pada setiap peristiwa dalam pengajaran
6. Mempertimbangkan (berdasarkan nilai kegunaan) media yang dipakai
7. Menentukan media yang terpilihkan digunakan
8. Menulis rasional (penalaran) memilih media tersebut
9. Menuliskan tata cara pemakaiannya pada setiap peristiwa
10. Menuliskan script pembicaraan dalam penggunaan media.
Secara umum dapat diperinci langkah-langkah perencanaan media sebagai berikut:
1. Identifikasi kebutuhan dan karakteristik siswa.
Kebutuhan dalam proses belajar mengajar adalah kesenjangan antara apa yang dimiliki siswa dengan apa yang diharapkan. Dalam proses belajar, yang dimaksud dengan kebutuhan adalah kesenjangan antara kemampuan, keterampilan, dan sikap siswa yang kita inginkan dengan kemampuan, keterampilan dan sikap siswa yang mereka miliki sekarang.
2. Merumuskan tujuan instruksional (Instructional objective) dengan operasional dan khas.
Untuk dapat merumuskan tujuan instruksional dengan baik, tujuan instruksional harus berorientasi kepada siswa. Tujuan harus dinyatakan dengan kata kerja yang operasional, artinya kata kerja itu menunjukkan suatu prilaku/perbuatan yang dapat diamati atau diukur.
Sebuah tujuan pembelajaran hendaknya memiliki empat unsur pokok yang dapat kita akronimkan dalam ABCD (Audience, Behavior, Condition, dan Degree). Audience adalah menyebutkan sasaran/ audien yang dijadikan sasaran pembelajaran, Behavior adalah menyatakan prilaku spesifik yang diharapkan atau yang dapat dilakukan setelah pembelajaran berlangsung, Condition adalah menyebutkan kondisi yang bagaimana atau di mana sasaran dapat mendemonstrasikan kemampuannya atau keterampilannya, Degree adalah menyebutkan batasan tingkatan minimal yang diharapkan dapat dicapai.
3. Merumuskan butir-butir materi secara terperinci yang mendukung tercapainya tujuan.
Penyusunan rumusan butir-butir materi adalah dilihat dari sub kemampuan atau keterampilan yang dijelaskan dalam tujuan khusus pembelajaran, sehingga materi yang disusun adalah dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan dari kegiatan proses belajar mengajar tersebut. Setelah daftar butir-butir materi dirinci maka langkah selanjutnya adalah mengurutkannya dari yang sederhana sampai kepada tingkatan yang lebih rumit, dan dari hal-hal yang konkret kepada yang abstrak.
4. Mengembangkan alat pengukur keberhasilan.
Alat pengukur keberhasilan ini harus dikembangkan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai dan dari materi-materi pembelajaran yang disajikan. Bentuk alat pengukurnya bisa dengan tes, pengamatan, penugasan atau cheklist prilaku. Instrumen tersebut akan digunakan oleh pengembang media, ketika melakukan tes uji coba dari program media yang dikembangkannya.
5. Menulis naskah media.
Naskah media adalah bentuk penyajian materi pembelajaran melalui media rancangan yang merupakan penjabaran dari pokok-pokok materi yang telah disusun secara baik seperti yang telah dijelaskan di atas. Supaya materi pembelajaran itu dapat disampaikan melalui media, maka materi tersebut perlu dituangkan dalam tulisan atau gambar yang kita sebut naskah program media.
6. Mengadakan tes dan revisi.
Tes adalah kegiatan untuk menguji atau mengetahui tingkat efektivitas dan kesesuaian media yang dirancang dengan tujuan yang diharapkan dari program tersebut. Sesuatu program media yang oleh pembuatnya dianggap telah baik, tetapi bila program itu tidak menarik, atau sukar dipahami atau tidak merangsang proses belajar bagi siswa yang ditujunya, maka program semacam ini tentu saja tidak dikatakan baik.[10]
[1]Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003), hlm. 3 – 4.
[2] Mukhtar, Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: CV Pusaka Galiza, 2003), hlm. 103 – 104.
[3] Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), hlm. 29.
[4] Asnawir dan Basyiruddin Usman, Media Pembelajaran, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), hlm. 27 – 31.
[5] Sadiman, dkk, Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009), hlm. 20.
[6] Azhar Arsyad, Media... (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), hlm. 67.
[7] Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hlm. 128 – 130.
[8] Nana Sudjana dan Ahmad Rivai, Media Pengajaran, (Bandung: Sinar Baru, 1997), hlm. 4 – 7.
[9]Arif S. Sadiman dkk., Media Pendidikan; Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya, (Jakarta: CV Rajawali, 1986), hlm. 85.
[10] Arif S Sadiman dkk., Media..., hlm. 103 – 115.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar