I. PENDAHULUAN
Masa kerajaan Islam merupakan salah satu dari periodesasi perjalanan pendidikan sejarah pendidikan Islam di Indonesia. Hal ini kaena lahirnya kerajaan islalm yang disertai berbagai kebijakan dari penguasaannya. Saat itu sangat mewarnai sejarah Islam di Indonesia. Terlebih-lebih agama Islam juga pernah dijadikan sebagai agama resmi Negara atau kerajaan pada saat itu.
Perjalanan sejarah pendidikan Islam di Indonesia tidak bisa mengesampingkan keadaan Islam pada masa kerajaan Islam ini. Pendidikan Islam itu menjadi tolak ukur bagaimana Islam dan umatnya telah memainkan peranannya dalam berbagai aspek social, politik, maupun budaya. Oleh karena itu, untuk melacak sejarah pendidikan Islam di Indonesia dengan periodesasinya, baik dalam pemikiran, isi maupun pertumbuhan organisasi dan kelembagaannya. Tidak mugkin dilepaskan dari fase-fase yang dilaluinya.
Tumbuhnya kerajaan Islam sebagai pusat-pusat kekuasaan Islam di Indonesia ini jelas sangat berpengaruh sekali dalam proses islamisasi/ pendidikan Islam di Indonesia, yaitu sebagai suatu wadah/ lembaga yang dapat mempermudah penyebaran Islam di Indonesia. Ketika kekuasaan politik Islam semakin kokoh dengan munculnya kerajaan-kerajaan Islam, pendidikan semakin memperoleh perhatian, karena kekuatan politik digabungkan dengan semangat para mubaligh (pengajar agama pada saat itu) untuk mengajarkan Islam merupakan dua sayap kembar yang mempercepat tersebarnya Islam ke berbagai wilayah di Indonesia. Makalah ini akan membahas tentang pendidikan zaman kerajaan Islam di Indonesia.
II. RUMUSAN MASALAH
A. Bagaimana peran kerajaan Islam dalam proses Islamisasi?
B. Bagaimana kondisi pendidikan zaman kerajaan Islam di Indonesia?
III. PEMBAHASAN
A. Peran Kerajaan Islam Dalam Proses Islamisasi
Dilihat dari segi wilayahnya, kerajaan Islam di indonesia ada yang berdiri di Sumatera, Jawa, Kalimantan, Maluku, dan Sulawesi. Masing-masing kerajaan Islam tersebut disamping memiliki keunggulan juga memiliki kesamaan dalam menggunakan pendidikan dalam arti yang luas untuk menyiarkan ajararan Islam. Sejarah mencatat tentang adanya saluran yang digunakan dalam menyalurkan agama Islam sebagai berikut.
Pertama, melalui jalur perdagangan. Saluran Islamisasi melalui perdagangan ini sangat menguntungkan karena para raja dan bangsawan turut serta dalam kegiatan perdagangan. Di beberapa tempat, penguasa-penguasa jawa yang menjabat sebagai bupati Majapahit banyak yang masuk Islam, salah satu faktor penyebabnya adalah hubungan ekonomi dengan pedagang muslim. Dalam perkembangan selanjutnya mereka mengambil alih perdagangan dan kekuasaan di tempat tinggalnya.
Kedua, melalui jalur pernikahan. Islamisasi melalui jalur pernikahan dianggap menguntungkan, terutama apabila terjadi antara saudagar muslim dan anak bangsawan atau anak raja dan anak adipati. Melalui dukungan raja, adipati atau bangsawan, proses Islamisasi semakin berjalan dengan lancar dan efektif. Keadaan ini dapat dicontohkan dengan perkawinan antara Raden Rahmat atau Sunan Ampel dengan Nyi ageng Manila, Sunan Gunung jati dengan puteri Kawunganten, serta Brawijaya dengan putri Campa yang menurunkan Raden Patah raja pertama kerajaan Demak.
Ketiga, melalui saluran pendidikan. Islamisasi melalui pendidikan termasuk yang paling efektif, terprogram dan berlanjut sampai sekarang. Pesantren atau lembaga pendidikan lainnya yang didirikan oleh ulama-ulama merupakan salah satu saluran terjadinya proses Islamisasi. Contohnya seperti pesantren yang didirikan oleh raden Rahmat (sunan Ampel) dan pesantren yang didirikan oleh sunan Giri di Jawa. Di Aceh terdapat Meunasah, Dayah, Rangkang yang digunakan sebagai tempat menyalurkan agama Islam.
Keempat, melalui saluran politik. Islamnya seorang raja dan kebijakan yang dikeluarkannya tentang agama yang dianutnya menjadi daya tarik bagi rakyat nya untuk memeluk agama Islam. Pengaruh politik raja sangat membantu tersebarnya Islam di daerah itu. Disamping itu, kemenangan kerajaan Islam yang memerangi raja-raja non muslim demi kepentingan dakwah Islamiah, secara politik banyak menarik penduduk kerajaan non Islam itu masuk Islam.
Kelima, melalui saluran kesenian. Diantara saluran kesenian yang digunakan adalah wayang. Sejarah misal nya mencatat, sunan kalijogo termasuk tokoh yang pandai memainkan wayang. Dalam setiap pertunjukannya, beliau tidak meminta upah berupa materi, melainkan meminta para penontonnya untuk mengucapkan dua kalimat syahadat sebagai pertanda proses awal masuknya Islam.
Dalam bidang kebudayaan upaya yang dilakukan oleh Sultan Agung adalah mensenyawakan unsur-unsur budaya lama dengan Islam seperti:
1. Gerebeg disesuaikan dengan Hari Raya Idul Fiutri dan Maulid Nabi. Terkenal ada Gerebeg Poso(puasa) dan Gerebeg Maulid.
2. Gamelan Sekaten yang hanya dibunyikan pada Gerebeg Maulid atas kehendak sultan Agung dipukul di halaman masjid besar.
3. Tahun Saka (Hindu) yang pada mulanya berdasarkan perjalanan matahari, tahun Saka yang telah kerangka 1555 Saka, tida k lagi ditambah dengan hitungan matahari, tetapi dengan hitungan perjalanan bulan sesuai dengan tahun Hijriyah.[1]
B. Kondidsi Pendidikan Zaman Kerajaan Islam Di Indonesia
1. Pendidikan pada zaman kerajaan Islam di Sumatera
Kerajaan di Sumatera meliputi kerajaan Samudera Pasai, kerajaan Perlak, dan kerajaan Aceh Darussalam. Ketiaga kerajaan tersebut berada di Aceh, daerah paling ujung dari Sumatera.
Dari beberapa catatan sejarah Kerajaan Islam yang pertama di Indonesia adalah kerajaan samudera pasai yang didirikan pada abad ke-10 M. Raja pertamanya Al-Malik Ibrahim bin Mahdum yang kedua bernama Malik Al-shaleh dan yang terakhir bernama Al-Malik Sabar Syah (tahun 1444 M/ abad ke 15 H).[2]
Pada tahun 1345 M, Ibnu Batutah dari Maroko, mengelilingi dunia dan singgah dikerajaan pasai pada zaman Al-Malik Al-Zahir, raja yang sangat terkenal sangat alim dalm ilmu agama dan bermazhab Syafi’I. mengadakan perjanjian sampai waktu ashar serta fasih berbahasa arab, cara hidupnya sederhana.[3]
Pada abad ke-14 M merupakan zaman kejayaan kerajaan Samudera Pasai, sehingga pada waktu itu pendidikan juga tentu mendapat tempat/ perhatian tersendiri.
Dari keterangan diatas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan yang berlaku di zaman kerajaan Samudera Pasai, diantaranya:
· Materi pendidikan dan pengajaran agama bidang syari’at adalah fiqh madzhab Syafi’i.
· Sistem pendidikannya secara informal berupa majelis ta’lim dan halaqah.
· Tokoh pemerintahan merangkap sebagai tokoh agama.
· Biaya pendidikan bersumber dari negara.[4]
Kerajaan Islam yang kedua di Indonesia adalah Perlak di Aceh, rajanya yang pertama Sultan Alaudin (th 1161-1186 H/abad 12 M). antara Pase dengan Perlak terjalin kerjasama yang baik sehingga seorang raja Pase kawin denganputri raja Perlak.
Berita perjalanan Marco Polo seorang berkebangsaan Italia pengelilingi dunia, pernah singga di Perlak pada tahun 1292 M. Dia menerangkan bahwa Ibukota Perlak ramai dikunjungi pedagang Islam dari Timur Tengah, Parsi dan India, yang sekaligus melakukan tugas-tugas dakwah.
Rajanya yang ke enam bernama Sultan Mahdum Alauddin Muhammad Amin, adalah seorang ulama yang mendirikan Perguruan Tinggi Islam. Suatu lembaga majlis taklim tinggi dihadiri kusus oleh para murid yan sudah alim. Lembaga tersebut mengajarkan dan membacakan kitab-kitab agama yang berbobot pengetahuan tinggi. Misalnya : kitab Al-Um karangan imam Syafi’i dan lain-lain.[5]
Sultan Ali Muhayyat Syah adalah sultan pertama Aceh yang membesarkan kerajaan Aceh. Puncak kebesaran Aceh terjadi pada masa sultan Iskandar Muda (1607-1636) yang menguasai seluruh pelbuhan di pesisir timur Sumatera sampai Asahan dan pantai Sumatera Barat.[6]
Dalam bidang pendidikan di Kerajaan Aceh Darussalam adalah benar-benar mendapat perhatian. Pada saat itu terdapat lembaga-lembaga negara yang bertugas dalam bidang pendidikan dan Ilmu pengetahuan, diantaranya:
a. Balai Seutia Hukama, merupakan lembaga ilmu pengetahuan, tempat berkumpulnya para ulama, ahli pikir dan cendekiawan untuk membahas dan mengembangkan ilmu pengetahuan.
b. Balai Seutia Ulama, merupakan jawaban pendidikan yang bertugas mengurus masalah-masalah pendidikan dan pengajaran.
c. Balai Jamaah Himpunan Ulama, merupakan kelompok studi tempat para ulama dan sarjana berkumpul untuk bertukar pikiran membahas persoalan-persoalan pendidikan dan ilmu kependidikannya
Jenjang pendidikan yang ada:
a. Meunasah (Madrasah), terdapat di setiap kampung, berfungsi sebagai sekolah dasar
b. Rangkang, diselenggarakan di setiap mukim, merupakan masjid sebagai tempat berbagai aktivitas umat termasuk pendidikan. Rangkang setingkat madrasah tsanawiyah.
c. Dayah, terdapat di setiap daerah ulebalang dan terkadang berpusat di masjid, dapat disamakan dengan Madrasah Aliyah sekarang.
d. Dayah Teuku Cik, dapat disamakan dengan perguruan tinggi atau akademi. Diajarkan fiqh, tafsir, hadis, tauhid (ilmu kalam), akhlak, tasawuf, ilmu bumi, ilmu bahasa dan sastra arab sejarah dan tata negara, mantiq, ilmu falaq dan filsafat.[7]
Samudera pasai, malaka, dan Aceh merupakan pusat-pusat pendidikan dan pengajaran agama Islam. Dari sinilah ajaran Islam tersebar keseluruh nusantara melalui karya ulama-ulamanya serta murid-murid yang menuntut ilmu kesana.[8]
2. Pendidikan pada zaman kerajaan Islam di Jawa
Kerajaan Islam di Jawa meliputi Kerajaan Demak, Pajang, Mataram, Cirebon dan Banten. Pendidikan Islam yang berlangsung di kerajaan demak, Pajang dan Mataram beriringan dengan kegiatan dakwah Islam yang dilakukan para ulama dan para wali. Raden fatah, raja pertama kerajaan demak, adalah santri perguruan Islam Denta.
Kesultanan Demak mencapai zaman kemajuannya pada kekuasaan sultan Trenggono yang berkuasa tahun 1524- 1546. Demak berkembang menjadi kerajaan terkemuka dan pusat islamisasi. Masjid Demak terkenal sebagai tempat berkumpulnya berkumpulnya Walisongo yang dianggap paling berpengaruh dalam penyebaran Islam di Jawa.[9]
Memang antara Kerajaan Deamak dengan wali-wali yang Sembilan atau Walisonggo terjalin hubungan yang bersifat khusus, yang boleh dikatakan semacam hubungan timbal-balik, dimana sangatlah besar peranan para walisonggo di bidang dakwah Islam, dan juga Raden Fatah sendiri menjadi raja adalah atas rasa keputusan para wali dan dalam hal ini para wali tersebut juga sebagai penasehat dan pembantu raja.
Sistem pelaksanaarn pendidikan dan pengajaran agama Islam di Demak mempunyai kemiripan dengan pelaksanaannya di Aceh, yaitu dengan mendirikan masjid di tempat-tempat sentral di suatu daerah. Disana diajarkan pendidikan agama dibawah pimpinan seorang Badal untuk untuk menjadi guru, yang menjadi pusat pendidikan dan pengajaran serta sumber agama Islam.[10]
Kitab-kitab agama Islam di zaman Demak yang masih dikenal ialah Primbon atau notes, berisi segala macam catatan tentang ilmu-ilmu agama, macam-macam doa, bahkan juga tentang ilmu obat-obatan, ilmu ghaib dan sebagainya. Ada juga kitab-kitab yang dikenal dengan nama: Suluk Sunan Bonang, Suluk sunan Kalijaga, Wasita Jati Sunan Geseng dan lain-lain. Semuanya itu berisi diktat didikan dan ajaran mistik(tasawuf) Islam dari masing-masing sunan itu ditulis dengan tangan.[11]
Pada zaman kerajaan Mataram, pendidikan sudah mendapat perhatian sedemikian rupa, seolah-olah tertanam semacam kesadaran akan pendidikan pada masyarakat kala itu. Meskipun tidak ada semacam undang-undang wajib belajar, tapi anak-anak usia sekolah tampaknya harus belajar pada tempat-tempat pengajian di desanya atas kehendak orang tuanya sendiri. Ketika itu hampir disetiap desa diadakan tempat pengajian alquran, yang diajarkan huruf hijaiyah, membaca alquran, barzanji,, pokok dan dasar-dasar ilmu agama Islam dan sebagainya. Adapun cara mengajarkannya adalah dengan cara hafalan semata-mata. Di setiap tempat pengajian dipimpin oleh guru yang bergelar modin. Selain pelajaran alquran, juga ada tempat pengajian kitab, bagi murid-murid yyang telah khatam mengaji alquran. Tempat pengajianya disebut pesantren.[12]
3. Pendidikan pada zaman kerajaan Islam di Sulawesi
Kerajaan yang mula-,mula berdasarkan Islam adalah Kerajaan Kembar Gowa Tallo tahun 1605 M. rajanya bernama I. Mallingkaang Daeng Mansyonri yang kemudian bergantiu nama dengan Sultan Abdullah Awwalul Islam. Menyusul di belakangnya raja Gowa bernama Sultan Alauddin. Dalam waktu dua tahun seluruh rakyatnya telah memeluk Islam. Muballig Islam yang berjasa di sana ialah Abdul Qorid Katib Tunggal gelar Dato Ri Bandang berasal dari Minangkabau, murid Sunan Giri.[13]
Sejak dahulu, perkembangan agama Islam di Sulawesi selatan amat pesat. Sejalan dengan itu, disana terdapat sejumlah pesantren yang berdiri dan berkembang pesat. Pada tahap awal, merupakan pesantren atau surau dengan model lama sebagaimana yang terdapat di Sumatera dan Jawa. Perkembangan itu semakin pesat sejak adanya alim ulama bugis yang datang dari tanah mekah, setealah tinggal disana bermukim beberapa tahun lamanya. Sistim dan rencana pengajaran pesantren di Sulawesi hampir sama dengan sistim dan rencana pengajaran pesantren di Sumatera dan Jawa karena sumbernya satu yaitu mekah.[14]
Kemudian secara berangsur-angsur berdirilah madrasah-madrasah (sekolah agama) Yang menggunakan sistem klasikal yang dilengkapi dengan bangku, meja, dan papan tulis sebagaimana sekolah yang digunakan. Menurut catatan sejarah, yang mula-mula mendirikan madrasah di Sulawesi selatan adalah Muhammadiyah sekitar tahun 1926.[15]
4. Pendidikan pada zaman kerajaan Islam di Maluku
Islam memasuki Maluku pada akhir abad ke-15. Sekitar tahun 1460 raja ternate memeluk agama Islam. Sekitar tahun 1460 raja Ternate memeluk agama Islam. Nama raja itu adalah vongi tidore. Sementara H.J. de Graaf berpendapat bahwa raja muslim yang pertama adalah Zayn al-Abidin (1486-1500). Pada masa itu gelombang perdagangan muslim terus meningkat , sehingga raja menyerah pada tekanan dan memutuskan untuk mempelajari tentang Islam pada madrasah Giri. Di Giri ia dikenal dengan nama raja Bulawa atau raja cengkeh. Setelah kembali dari jawa, ia mengajak Tuhubahahul ke daerahnya, dan yang terakhir inilah dikenal sebagai penyebar utamaIslam di kepulauan Maluku.[16]
5. Pendidikan pada zaman kerajaan Islam di Kalimantan
Berbagai tulisan dan kajian yang membicarakan tentang masuknya Islam di kalimantan selatan selalu mengidentikkan dengan berdirinya kerajaan banjarmasin. Kerajaan banjar merupakan kelanjutan dari kerajaan Daha yang beraga Hindu. Berdirinya kerajaan Islam banjar ini ada hubungannya dengan pertentangan keluarga istana, antara pangeran Samudera sebagai pewaris sah kerajaan Daha dengan pamannya Pangeran Tumenggung.
Terjadi peperangan antara pangeran Samudera dengan Pangeran Tumenggung. Pangeran samudera meminta bantuan kepada sultan Demak. Sultan demak bersedia membantu dengan syarat pangeran samudera mau masuk Islam.setelah pangeran samudera menyetujui syarat itu sultan demak mengirim seribu orang tentara.
Dalam peperangan itu pangeran samudera memperoleh kemenangan. Sesuai janjinya, ia beserta seluruh kerabat keraton dan penduduk banjar masuk Islam. Setelah pangeran banjar masuk Islam namanya diganti Sultan Suryanullah atau Suryansyah dan dikukuhkan sebagai raja pertama kerajaan Islam Banjar. Peristiwa ini terjadi pada tahun 1526 M.
Sesudah kerajaan Banjar berdiri dibawah pimpinan sultan suryansyah, perkembangan Islam makin maju, masjid-masjid dibangun hampir di setiap desa. Pada tahun 1710 di Zaman kerajaan Islam banjar ke-7 lahir ulama terkenal yaitu Syeh Muhammad Arsyad al Banjary di desa Kalampayan Martapura.
Syeh Muhammad Arsyad banyak mengarang kitab-kitab agama, diantaranya yang paling terkenal sampai sekarang adalah kitab Sabilul Muhtadin. Sultan Tahmilillah mengangkatnya sebagai mufti besar kerajaan banjar. Syeh Muhammad Arsyad juga berjasa besar dalam mendirikan di kampung Dalam Pagar yang sampai sekarang masih terkenal dengan sebutan pesantren Darussalam.
Sistem pengajian kitab di pesantren Banjarmasin, tidak berbeda dengan sistem pengajian kitab di pondoak pesantren jawa ataupun Sumatera, yaitu dengan mempergunakan sistem halaqah, menterjemahkan kitab-kitab yang dipakai kedalam bahasa daerah.[17]
Berdirinya kerajaan Islam kutai kalimantan Timur, bermula dari adanya dua orang penyebar agama Islam pada masa pemerintahan Raja Mahkota. Dua orang tersebut yaitu dato’ Ri Bandang dari makassar dslaman Tuan Tunggang Parangan. Melalui Tuan Tunggang Parangan, Raja Mahkota masuk Islam. Seiring dengan itu dibangunlah masjid dan kegiatan pengajaran agama. Orang pertama yang mengikuti pengajaran itu adalah raja Mahkota sendiri, kemudian pangeran, para menteri, panglima dan hulubalang, kemudian rakyat pada umumnya.
Dalam perkembangannya Raja Mahkota berusaha keras menyebarkan Islam. Proses pengIslaman di Kutai dan daerah sekitarnya diperkirakan terjadi pada tahun 1575. Penyebaran lebih jauh ke daerah pedalaman terutama pada waktu putranya Aji di Langgar dan penggantinya.[18]
[1] Haidar putra daulay, Sejarah Pertumbuhan Dan Pembaharuan Pendidikan Islam Di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2009), hlm. 18.
[2] Zuhairini dkk, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), Cet IV, hlm. 135.
[3] Zuhairini dkk, Sejarah Pendidikan..., hlm. 136.
[4] Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia, Lintas Sejarah Pertumbuhan Dan Perkembangan (Jakarta: PT. Raja grafindo persada), hlm. 29.
[5] Zuhairini dkk, Sejarah Pendidikan..., hlm. 136.
[6] Musyrifah Sunanto, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2007), hlm. 25.
[7] Hasbullah, Sejarah Pendidikan..., hlm. 31 – 32.
[8] Musyrifah Sunanto, Sejarah Peradaban..., hlm. 107.
[9] Taufiq Abdullah dkk, Ensiklopedi Tematis Dunia Islam Asia Tenggara (Jakarta : PT. Ichtiar baru van hoeve, tth), hlm. 47.
[10] Hasbullah, Sejarah Pendidikan..., hlm. 34 – 35.
[11] Mahmud Yunus, sejarah pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta : Mutiara Sumber Widya, 1995), hlm. 220.
[12] Hasbullah, Sejarah Pendidikan..., hlm. 36 – 37.
[13] Zuhairini dkk, Sejarah Pendidikan..., hlm. 145.
[14] Mahmud Yunus, sejarah pendidikan..., hlm. 326.
[15] Abudin nata, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2011), hlm. 270.
[16] Abudin nata, Sejarah Pendidikan, hlm. 252.
[17] Hasbullah, Sejarah Pendidikan..., hlm. 38.
[18] Abudin nata, Sejarah Pendidikan ..., hlm. 251.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar