Jumat, 27 September 2013

PENDEKATAN SISTEM DALAM PEMBELAJARAN

I. PENDAHULUAN

Perencanaan pembelajaran adalah proses pengambilan keputusan hasil berpikir secara rasional tentang sasaran dan tujuan pembelajaran tertentu, serta rangkaian kegiatan yang harus dilaksanakan sebagai upaya pencapaian tujuan tersebut dengan memanfaatkan segala potensi dan sumber belajar yang ada. perencanaan pembelajaran mengarah pada proses penerjemahan kurikulum yang berlaku. Sedangakan, desain pembelajaran menekankan pada merancang program pembelajaran untuk membantu proses belajar siswa. Hal inilah yang membedakan keduanya. Perencanaan berorientasi pada kuriklum, sedangkan desain berorientasi pada proses pembelajaran.

Namun demikian, baik pengembangan perencanaan maupun pengembangan desain pembelajaran keduanya disusun berdasarkan pendekatan sistem.[1] Jika kita berbicara tentang sistem, maka tidak akan lepas dari yang namanya unsur/komponen dan ciri-cirinya, serta bagaimana pendekatan sistem itu dipalikasiakan dalam pembelajaran PAI. Oleh karena itu, Agar mengetahui lebih lanjut mengenai Pendekatan dalam Sistem Pengajaran, akan dipaparkan lebih detail dalam makalah ini.

II. RUMUSAN MASALAH

A. Apa Pengertian Pendekatan dalam Sistem Pengajaran?
B. Apa Saja Unsur-unsur Sistem?
C. Apa Saja Ciri-ciri Sistem?
D. Bagaimana aplikasi Unsur-unsur dan Ciri-ciri Sistem dalam Pembelajaran PAI?

III. PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendekatan dalam Sistem Pengajaran

Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang terhadap proses pembelajaran. Istilah pendekatan merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum. Terdapat dua pendekatan terhadap pembelajaran yaitu yang berpusat kepada guru (teacher centered approaches) dan yang berpusat kepada siswa (student centered approaches).[2]

Istilah sistem berasal dari bahasa Yunani “systema” yang mempunyai pengertian : 1. Suatu keseluruhan yang tesusun dari sekian banyak bagian. 2 Hubungan yang berlangsung di antara satuan satuan atau komponen komponen secara teratur. Dari kedua pengertian itu dapat di tarik satu pengertian lagi bahwa sistem adalah suatu keseluruhan / keutuhan yang terdiri atas sejumlah bagian, atau komponen yang saling berhubungan secara teratur yang biasa juga disebut sebaga sub sistem.[3]

Istilah sistem sering didefinisikan suatu bangunan atau organisasi atau lembaga yang terdiri dari sub komponen/elemen, yang berinteraksi, berinterdependensi, dimana salah satu elemen/komponen rusak atau hilang maka akan mengganggu komponen yang lainnya serta mengganggu kualitas kinerja dari organisasi tersebut.[4] Sistem bukanlah “cara” atau “metode” seperti yang banyak dikatakan orang. Cara hanyalah sebagian kecil dari suatu sistem. Jadi yang dimaksud dengan sistem adalah sebagai suatu kesatuan komponen yang satu sama lain saling berhubungan untuk mencapai tujuan tertentu.[5]

Pendekatan sitem (System Approach), adalah suatu proses yang dengan kebutuhan diidentifikasi, problem dipilih, syarat-syarat pemecahan problem diidentifikasi, pemecahan dipilih dari beberapa alternatif, metode dan alat dicari dan diterapkan, hasil evaluasi, dan revisi yang diperlukan terhadap seluruh bagian dari sistem tersebut dilaksanakan, sedemikian rupa sehingga kebutuhan dapat tercapai.[6]

Makna sistem dalam pembelajaran berarti adanya pemahaman atau asumsi guru bahwa pembelajaran harus didukung oleh berbagai elemen secara utuh dan komprehensif, meninggalkan salah satu elemen akan menimbulkan kegagalan proses pembelajaran. Artinya dalam pembelajaran guru tidak cukup hanya menguasai materi saja, guru juga tidak cukup hanya pandai menggunakan media dan metode saja, tetapi guru harus benar-benar mampu melaksanakan semua faktor yang ada dalam pembelajaran secara komprehensif.[7]

Pengajaran sebagai suatu sistem merupakan suatu pendekatan pengajar yang menekankan hubungan sistematik antara berbagai komponen dalam pengajaran. Hubungan sistematik mempunyai arti bahwa komponen yang terpadu dalam suatu pengajaran sesuai dengan fungsinya saling berhubungan satu sama lain dan membentuk kesatuan. Hubungan sistematik atau penekanan kepada sistem, merupakan ciri pertama dari pengajaran ini. Ciri kedua adalah penekanan kepada perilaku yang dapat di ukur atau di amati.[8]

B. Unsur-unsur Sistem

Keberadaan unsur dalam sistem memiliki kedudukan yang sangat penting. Agar perencanaan dalam sebuah sistem dapat berjalan dengan baik, maka diperlukan unsur-unsur yang harus ada didalamnya, berikut unsur-unsur dalam suatu sistem yaitu:

1. Input (masukan) yaitu unsur-unsur yang sumber-sumbernya diterapkan atau dimanfaatkan, misalnya: sumber, biaya, personal.

2. Output (keluaran) yaitu hasil konversi dari proses suatu sistem, misalnya: hasil, produk atau keuntungan.[9]

Adapun unsur-unsur dalam sistem pembelajaraan yaitu:

1. Siswa

Proses pembelajaran pada hakikatnya diarahka untuk membelajarkan siswa agar dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan. Dengan demikian, maka proses pengembangan dan desain pembelajaran, siswa harus dijadikan pusat dari segala kegiatan. Artinya keputusan-keputusan yang diambil dalam perencanaan dan desain pembelajaran disesuaikan dengan kondisi siswa yang bersangkutan, baik sesuai dengan kemampuan dasar, minat dan bakat, motivasi belajar, dan gaya belajar siswa itu sendiri.

2. Tujuan

Tujuan adalah unsur terpenting dalam pembelajaran setelah unsur siswa sebagai subyek belajar. Tujuan penyelenggaraan pendidikan diturunkan dari visi dan misi lembaga pendidikan itu sendiri. Misalnya,
  • a. Melatih siswa agar memiliki kemampuan tinggi dalam bidang tertentu
  • b. Mengajarkan keterampilan dasar bagi siswa
  • c. Memberikan jaminan agar menjadi lulusan tenaga kerja yang efektif dalam bidang tertentu, memiliki kreativias yang tinggi dan sebagainya.
Adapun tujuan yang bersifat khusus yang direncanakan oleh guru meliputi:

  • a. Pengetahuan, informasi, serta pemahaman sebagai bidang kognitif
  • b. Sikap dan apresiasi, sebagai tujuan bidang afektif
  • c. Berbagai kemampuan sebagai bidang psikomotorik.
Dalam konteks pembelajaran, tujuan khusus dirumuskan sebagai teknik untuk mencapai tujuan pendidikan.

3. Kondisi

Kondisi adalah berbagai pengalaman belajar yang dirancang agar siswa dapat mencapai tujuan khusus seperti yang telah dirumuskan. Pengalaman belajar harus mendorong siswa aktif belajar baik secara fisik maupun nonfisik. Merencanakan pembelajaran salah satunya adalah menyediakan kesempatan pada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajarnya sendiri.

4. Sumber-sumber belajar

Sumber belajar berkaitan dengan segala yang memungkinkan siswa dapat memperoleh pengalaman belajar. Didalamnya meliputi lingkungan fisik seperti tempat belajar, bahan dan alat yang dapat digunakan, personal seperti guru, petugas perpustakaan dan ahli media, dan siapa saja yang berpengaruh baik langsung maupun tidak langsung untuk keberhasilan dalam pengalaman belajar.

5. Hasil belajar

Hasil belajar berkaitan dengan pencapaian dalam memperoleh kemampuan sesuai dengan tujuan khusus yang direncanakan. Dengan demikian, tugas utama guru dalam kegiatan ini adalah merancang instrumen yang dapat mengumpulkan data tentang keberhasilan siswa mencapai tujuan pembelajaran. Berdasarkan data tersebut guru dapat mengembangkan dan memperbaiki program pembelajaran.[10]

Unsur merupakan sinonim kata komponen. Dilihat dari fungsinya setiap komponen ada yang bersifat integral dan ada unsur yang tidak integral.

1. Unsur integral adalah unsur yang tidak dapat dipisahkan dari keberadaan sistem itu sendiri. Misalnya komponen siswa dan guru. Kita akan sulit menganggap bahwa sekolah itu ada manakala di sekolah itu tidak ada siswa yang diajar atau tidak ada guru yang mengajar.

2. Komponen tidak integral adalah kmponen pelengkap. Artinya, walaupun komponen itu tidak ada, maka tidak akan memengaruhi keberadaan suatu sistem, walaupun mungkin akan mengganggu perjalanan sistem itu sendiri. Misalnya komponen perpustakaan dalam suatu lembaga sekolah. Walaupun sekolah tidak memiliki perpustakaan, akan tetapi tidak akan menggoyahkan keberadaan sekolah tersebut.[11]

C. Ciri-ciri Sistem

Dari pengertian sistem yang telah dijabarkan di atas dapat diambil ciri utama suatu sistem, yaitu:

1. Setiap sistem memiliki tujuan

Setiap sistem pasti memiliki tujuan. Tujuan manusia sebagai organisme adalah agar dapat melaksanakan tugas kehidupannya. Tujuan keberadaan lembaga pendidikan adalah agar dapat melayani setiap anak didik untuk mencapai setiap tujuan pendidikannya. Jadi dengan demikian, setiap sistem memiliki tujuan yang pasti. Tujuan itulah yang menggerakkan sistem.

2. Setiap sistem memiliki fungsi

Untuk mencapai tujuan, setiap sistem memiliki fungsi tertentu. Misalnya, agar manusia dapat melaksanakan tugas kehidupannya. Adapun agar proses pendidikan berjalan dan dapat mencapai tujuan secara optimal diperlukan fungsi perencanaan, fungsi administrasi, fungsi kurikulum, fungsi bimbingan, dan lain sebagainya. Fungsi inilah yang terus menerus berproses hingga tercapainya tujuan.

3. Setiap sistem memiliki komponen

Untuk melaksanakan fungsi-fungsinya tiap sistem pasti memiliki komponen-komponen yang satu sama lain saling berhubungan. Agar fungsi perencanaan dapat berjalan dengan baik diperlukan komponen silabus dan RPP, agar fungsi administrasi dapat menunjang keberhasilan sistem pendidikan diperlukan komponen administrasi kelas, administrasi siswa, administrasi guru, dan lain sebagainya. Agar kurikulum berfungsi sebagai alat pendidikan diperlukan komponen tujuan, isi atau meteri pelajaran, strategi pembelajaran serta komponen evaluasi pembelajaran. Sebagai suatu sistem setiap komponen harus dapat melaksanakan fungsinya dengan tepat.[12]

Jenis-jenis sistem bisa ditinjau dari aspek-aspek tertentu. Dalam hal ini hanya ditinjau dari aspek yaitu aspek terbuka (suatu sistem yang dapat menerima input dari luar sistem, misal berupa informasi dari luar)[13] dan tertutup yang berarti kebalikan dari aspek terbuka. Perencanaan pendidikan berkaitan dengan sistem terbuka. Oleh sebab itu yang dibahas adalah sistem terbuka. Berikut ini ciri-ciri sistem terbuka:

1. Mengimport energi, materi, dan informasi dari luar. Pendidikan akan mendatangkan pengajar atau pendidik, uang, alat-alat belajar, para siswa/ mahasiswa dan sebagainya dari luar sekolah dan erguruan tinggi.

2. Memiliki proses pendidikan akan memproses para siswa/ mahasiswa sebagai bahan mentah dalam proses belajar mengajar untuk menjadi bahan jadi beupa lulusan-lulusan.

3. Menghasilkan output atau mengeksport materi, energi, dan informasi.

4. Merupakan kejadian yang berantai, input diproses mengeluarkan output.

5. Memiliki negatif entropy, yaitu suatu usaha untuk menahan kepunahan dengan cara membuat import lebih besar daripada eksport.

6. Mempunyai alur informasi sebagai umpan balik untuk memperbaiki diri.

7. Ada kestabilan yang dinamis.

8. Memiliki diferensi yaitu spesialisasi-spesialisasi.

9. Ada prinsip equifinalty yaitu banyak jalan untuk mencapai tujaan yang sama. Pemerintah memberi kesempatan kepada pendidik untuk berkreasi menciptakan cara-cara yang lebih baik dalam usaha memajukan pendidikan.[14]

D. Aplikasi Unsur-unsur dan Ciri-ciri Sistem dalam Pembelajaran PAI

Unsur-unsur serta ciri sistem pasti ada dalam suatu sistem, karena adanya sistem tidak akan lepas dari unsur dan ciri tersebut. Aplikasi dalam pembelajaran berarti suatu proses untuk menerapkan makna sistem dalam proses pembelajaran. Aplikasi dalam pembelajaran mengandung makna:

1. Adanya pemahaman secara utuh, komprehensif dan terpadu, bahwa proses pembelajaran itu sangat tergantung dari berbagai elemen, jika salah satu elemen terganggu atau rusak maka akan mengganggu keberhasilan proses pembelajaran. Dengan demikian guru mampu memberdayakan seluruh elemen yang ada dalam pembelajaran.

2. Adanya sifat dan sikap keterbukaan yang dimiliki guru dan siswa, yaitu adanya kesediaan untuk menerima kritik atau informasi dari luar, kita harus menerima kritik atau masukan dari pendapat orang lain. Jika merasa dirinya benar dan orang lain salah maka sistem tidak akan bisa diterapkan dalam proses pembelajaran.

Jika berfikir sistem diterapkan dalam pembelajaran, maka seorang guru harus melakukan beberapa langkah sebagai berikut:

1. Merumuskan tujuan pembelajaran (tujuan instruksional). Tujuan adalah suatu rencana atau rumusan yang akan diperoleh. Rumusan tujuan akan sangat membantu guru dalam menentukan arah atau strategi dalam pembelajaran. Dengan demikian, menentukan tujuan pembelajaran berarti menentukan arah tentang proses pembelajaran

2. Melakukan proses pengumpulan data dan proses analisisnya. Data yang dikumpulkan adalah data menyangkut tentang (a) anak didik yang meliputi kemampuan awalnya (entry behavior), tingkat perhatian, kualitas motivasi, konsentrasi, kedisiplinan, latar belakang sosial, ekonominya. (b) data tentang materi pelajaran (mata pelajaran) yang meliputi jenis materinya baik bersifat logika, etika, dan lain-lain. (c) data tentang guru yang meliputi masalah kompetensi kepribadian, sosial, profesional dan pedagogik, gaya yang dilakukan dalam mengajar, cara mengevaluasi, kemampuan pengelola kelas dan kemampuan memahami landasan kependidikan. (d) data tentang sistem kepemimpinan yang meliputi pola dalam menyusun perencanaan, cara dalam mengidentfikasi permasalahan, cara mengambil keputusan. Seluruh data tersebut dianalisis sehingga nantinya dapat dijadikan pedoman dalam proses pembelajaran.

3. Hasil analisis terhadap data tersebut di atas, kemudian dijadikan dasar atau landasan guru dalam menyusun materi dan melakukan proses pembelajaran agar proses pembelajaran benar-benar berjalan secara efektif dan efisien. [15]

Dalam pembelajaran PAI, misalkan seorang guru dalam menentukan materi atau sistem pembelajaran yang akan di terapkan kepada murid-muridnya, hendaknya seorang guru mengetahui karakter muridnya dan mengetahui meteri yang akan di ajarkan sehingga materi dapat terserap oleh murid dan pembelajaran berjalan secara efektif.

Salah satu unsur dari sistem yaitu tujuan. Dalam pembelajaran PAI pun tidak terlepas dari yang namanya tujuan. Adapun tujuan Pendidikan Agama Islam (PAI) yaitu bertujuan meningkatkan keimanan pemahaman, penghayatan, dan pengamalan peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia Muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi.

Fungsi pengajaran Agama Islam yaitu:

1. Pengembangan: yaitu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT.

2. Penyaluran: yaitu untuk menyalurkan peserta didik yang memiliki bakat khusus di bidang agama agar bakat tersebut dapat berkembang optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan dapat pula bermanfaat untuk orang lain

3. Perbaikan: yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan, kekurangan-kekuranan pemahaman dalam ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari-hari.

4. Pencegahan: yaitu untuk mengkal hal-hal negatif dari lingkungan peserta didik atau dari budaya lain yang dapat membahyakan dan menghambat perkembangan dirinya menuju manusia Indonesia seutuhnya.

5. Penyesuaian: yaitu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran Islam.

6. Sumber nilai: yaitu memberikan pedoman hidup untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

7. Pengajaran: yaitu untuk menyampaikan pengetahuan keagamaan yang fungsional.[16]

Dalam undang-undang SISDIKNAS No 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional menyatakan bahwa “pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepaa tuhan yang maha esa, berahlak mulia, sehat ,berilmu, cakap, kreatif, mandiri ,dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”

Menurut tafsir (2002), bagi umat islam dan khususnya dalam pendidikan islam, kompetensi iman dan taqwa serta memiliki akhlak mulia tersebut sudah lama disadari kepentinganya, dan sudah diimplementasikan dalam lembaga pendidikan islam. dalam pandanngan islam, peran kekholifahan manusia dapat direalisasikan melalui tiga hal yaitu:

1. Landasan yang kuat berupa iman dan takwa
2. Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi
3. Akhlak mulia

Dari beberapa pendapat diatas, maka pendekatan sistem pengajaran PAI adalah kumpulan dari sekian banyak komponen yang saling berintegrasi , saling berfungsi secara kooperatif dan saling mempengaruhi dalam rangka mewujudkan generasi-generasi yang berwawasan luas beriman dan bertakwa serta memiliki akhlak yang mulia.[17]

                                

[1] Wina sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Kencana Perdana Media Group, 2008), hal. 9.
[2] Rusman, Model-model Pembelajaran, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), hlm. 380.
[3] M. Chabib Thoha dan Abdul mu’ti, PBM-PAI DI SEKOLA Heksistensi dan proses beajar-mengajar pendidikan agama Islam, (Yogyakarta: Pustaka belajar offset,1998), hal. 3-4.
[4] Saekhan Muchith, Pembelajaran Kontekstual, (Semarang: Rasail Media Group, 2008), hal. 17.
[5] Wina sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Kencana Perdana Media Group, 2008), hal. 1-2.
[6] Harjanto, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hal. 46.
[7] Saekhan Muchith, Pembelajaran Kontekstual..., hal. 18.
[8] R.Ibrahim dan Nana syaodih S., Perencanaan Pembelajaran, (Jakata: Rineka Cipta, 2003), hal. 51.
[9] Harjanto, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hal. 46-47.
[10] Wina sanjaya, Perencanaan dan..., hal. 9-13.
[11] Wina sanjaya, Perencanaan dan..., hal. 4
[12] Wina sanjaya, Perencanaan dan..., hal. 2-3.
[13] Harjanto, Perencanaan Pengajaran,...hlm. 45
[14] Made Pidarta, Perencanaan Pendidikan Partisipatori dengan Pendekatan Sistem, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), hal. 18-19.
[15] Saekhan Muchith, Pembelajaran Kontekstual..., hal. 19-21
[16] M. Chabib Thoha dan Abdul Mu’ti, PBM-PAI DI SEKOLA Heksistensi dan..., hal. 181-182.
[17] http://catatanmerita43.blogspot.com/2013/05/system-approach.html, diunduh pada 26/09/2013 pkl. 16:00.

Selasa, 17 September 2013

PRINSIP PENILAIAN HASIL BELAJAR

PRINSIP PENILAIAN HASIL BELAJAR

Penilaian hasil belajar dalam pendidikan dilaksanaan atas dasar
prinsip-prinsip yang  jelas sebagai landasan pijak. Prinsip dalam hal ini
berarti  rambu-rambu  atau  pedoman  yang  perlu  dipegangi  dalam
melaksanakan  kegiatan  penilaian  hasil  belajar.  Untuk  itu,  dalam
pelaksanaan penilaian  harus memperhatikan prinsip-prinsip berikut:
1)  Valid
Penilaian  hasil  belajar  harus  mengukur  apa  yang  seharusnya
diukur dengan menggunakan  jenis  tes yang  terpercaya atau  sahih.
Artinya,  adanya  kesesuaian  alat  ukur  dengan  fungsi  pengukuran
dan  sasaran  pengukuran.  Apabila  alat  ukur  tidak  memiliki
kesahihan  yang  dapat  dipertanggungjawabkan,  maka  data  yang
masuk juga salah dan kesimpulan yang ditarik juga menjadi salah.
2)  Mendidik
Penilaian  hasil  belajar  harus  memberikan  sumbangan  positif
pada  pencapaian  hasil  belajar  siswa.  Oleh  karena  itu,  PBK  harus
dinyatakan  dan  dapat  dirasakan  sebagai  penghargaan  untuk
memotivasi  siswa  yang  berhasil  dan  sebagai  pemicu  semangat
untuk  meningkatkan  hasil  belajar  bagi  yang  kurang  berhasil,
sehingga keberhasilan dan kegagalan  siswa harus  tetap diapresiasi
dalam penilaian.
3)  Berorientasi pada kompetensi
Penilaian  hasil  belajar  harus  menilai  pencapaian  kompetensi
siswa  yang meliputi  seperangkat pengetahuan,  sikap,  ketrampilan
dan nilai yang terefleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak.
Dengan  berpijak  pada  kompetensi  ini,  maka  ukuran-ukuran
keberhasilan  pembelajaran  akan  dapat  diketahui  secara  jelas  dan
terarah. 
4)  Adil dan obyektif
Penilaian  hasil  belajar  harus mempertimbangkan  rasa  keadilan
dan obyektifitas siswa, tanpa membeda-bedakan jenis kelamin, latar
belakang  budaya,  dan  berbagai  hal  yang  memberikan  kontribusi
pada  pembelajaran.  Sebab  ketidakadilan  dalam  penilaian,  dapat
menyebabkan menurunnya motivasi  belajar  siswa,  karena mereka
merasa dianaktirikan.
5)  Terbuka
Penilaian hasil belajar hendaknya dilakukan secara terbuka bagi
berbagai kalangan, sehingga keputusan  tentang keberhasilan  siswa
jelas  bagi  pihak-pihak  yang  berkepentingan,  tanpa  ada  rekayasa
atau sembunyi-sembunyi yang dapat merugikan semua pihak.
6)  Berkesinambungan
Penilaian  hasil  belajar  harus  dilakukan  secara  terus-menerus
atau  berkesinambungan  dari  waktu  ke  waktu,  untuk  mengetahui
secara  menyeluruh  perkembangan  siswa,  sehingga  kegiatan  dan
unjuk kerja siswa dapat  dipantau melalui penilaian.
7)  Menyeluruh
Penilaian hasil belajar harus dilakukan secara menyeluruh, yang
mencakup  aspek  kognitif,  afektif,  dan  psikomotorik  serta
berdasarkan pada strategi dan prosedur penilaian dengan berbagai
bukti  hasil  belajar  siswa  yang  dapat  dipertanggungjawabkan
kepada semua pihak.
8)  Bermakna
Penilaian  hasil  belajar  diharapkan  mempunyai  makna  yang
signifikan  bagi  semua  pihak.  Untuk  itu,  PBK  hendaknya  mudah
dipahami  dan  dapat  ditindaklanjuti  oleh  pihak-pihak  yang
berkepentingan.  Hasil  penilaian  hendaknya  mencerminkan
gambaran  yang  utuh  tentang  prestasi  siswa  yang  mengandung
informasi  keunggulan  dan  kelemahan,  minat  dan  tingkat
penguasaan  siswa  dalam  pencapaian  kompetensi  yang  telah
ditetapkan.

TUJUAN PENILAIAN HASIL BELAJAR

TUJUAN PENILAIAN HASIL BELAJAR

Pelaksanaan penilaian  hasil  belajar pada proses  belajar mengajar
bertujuan untuk:
(1) mengetahui kemajuan belajar siswa, baik sebagai individu maupun anggota  kelompok/kelas  setelah  ia  mengikuti  pendidikan  dan pembelajaran dalam jangka waktu yang telah ditentukan. 
(2)  mengetahui  tingkat  efektifitas  dan  efisiensi  berbagai  komponen pembelajaran  yang  dipergunakan  guru  dalam  jangka  waktu tertentu.  Komponen  pembelajaran  itu  misalnya  menyangkut perumusan materi pembelajaran, pemilihan metode pembelajaran, media,  sumber  belajar,  dan  rancangan  sistem  penilaian  yang dipilih.
(3) menentukan tindak lanjut pembelajaran bagi siswa, dan 
(4)  membantu  siswa  untuk  memilih  sekolah,  pekerjaan,  dan  jabatan yang sesuai dengan bakat, minat, perhatian, dan kemampuannya.  Dari  tujuan  tersebut,  menunjukkan  bahwa  penilaian  hasil belajar    pada  dasarnya  tidak  hanya  sekedar  mengevaluasi  siswa, tetapi  juga  seluruh  komponen  proses  pembelajaran,  seperti  guru, metode,  dan  media  pembelajaran.  Karena  kegiatan  pembelajaran tidak  semata-mata  diorientasikan  kepada  siswa,  tetapi merupakan system yang melibatkan semua komponen pembelajaran yang akan digunakan  untuk  perbaikan  bidang  pengajaran  dan  hasil  belajar, fungsi  diagnosis  dan  usaha  perbaikan,  fungsi  penempatan  dan  seleksi,  fungsi  bimbingan dan penyuluhan,  perbaikan    kurikulum, dan penilaian kelembagaan.

tujuh komponen utama pembelajaran efektif

tujuh komponen utama pembelajaran efektif

1.  Konstruktivistik yaitu, membangun pengetahuan dengan cara sedikit demi sedikit dan hasilnya diperluas melalui konteks terbatas (sempit);
2.  Menemukan (inquiry), yaitu bahwa pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri, siklus inquiryadalah observasi (pengamatan), mengajukan dugaan (hypothesis),
      pengumpulan data (data gathering), dan menyimpulkan;
3.   Bertanya (questioning),yaitu bertanya dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan memiliki kemampuan berpikir siswa, sedang bagi siswa kegiatan bertanya untuk menggali informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui dan menyerahkan perhatian pada aspek yang belum diketahuinya. Bertanya dapat diterapkan antara siswa dengan siswa, antara guru dengan siswa, antara siswa dengan orang baru yang didatangkan di kelas;
4.   Masyarakat belajar (learning community),konsep ini menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Untuk itu guru disarankan selalu melaksanakan pembelajaran dalam kelompok-kelompok belajar;
5. Pemodelan (modeling), maksudnya dalam sebuah pembelajaran model yang bias ditiru. Guru member model (contoh) tentang bagaimana belajar, namun guru bukan satu-satunya model. Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa atau dapat juga dengan
     mendatangkan dari luar seperti mendatangkan seorang tokoh kedalam lingkungan belajar siswa;
6.  Refleksi (reflection), adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah dilakukan yang kemudian kuncinya adalah bagaimana pengetahuan itu mengendap di benak siswa;
7. Penilaian yang sebenarnya (authentic assessment), adalah proses pengumpulan sebagai data yang bias memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Pembelajaran yang benar memang seharusnya ditekankan pada upaya membantu siswa agar mampu mempelajari (learning how to learn) sesuatu, bukan ditekankan pada diperolehnya sebanyak mungkin informasi di akhir periode pembelajaran. Kemajuan belajar dinilai dari proses, bukan melalui hasil, dan dengan berbagai cara tes hanya merupakan salah satu cara penilaian.

KERANGKA PENELITIAN TINDAKAN KELAS ( PTK )

KERANGKA PENELITIAN TINDAKAN KELAS ( PTK )

a.      Judul Proposal
Dalam judul; proposal sudah terlihat masalah yang diteliti dan intervensi (action) apa yang akan dilaksanakan.
      ………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………

b.      Permasalahan
1)      Deskripsi masalah
Masalah dideskripsikan secara jelas dan nyata, guru berwenang untuk memecahkan masalah yang mendesak untuk dipecahkan dan mudah dilaksanakan dilihat dari segi waktu, sarana prasarana dan daya dukung lainnya.
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………

2)      Identifikasi Penyebab Masalah
Identifikasi penyebab dilakukan dengan cara yang lebih sistematis, yaitu dengan proses kolaborasi dan digunakan alat koleksi data seperti angket, wawancara, analisis dokumen hasil ulangan.
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………

c.       Perumusan Masalah
Masalah dirumuskan dalam kalimat pernyataan dan secara jelas terlihat aspek-aspek: what, who, where, when, how/many/much.
Contoh: Bagaimana penerapan Strategi Dril dapat meningkatkan Kemampuan membaca surat-surat pendek ?
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………




d.                              Rencana Tindakan
Cara pemecahan masalah harus menunjukkan akar masalah, bentuk intervensi yang diusulkan diuraikan dalam tahap-tahap, dan.
perencanaan……………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………….
Tindakan ………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
 Observasi/pengamatan…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
Refleksi ……………………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………………………………..

e. Tujuan Penelitian
1)      Tujuan umum
Uraian secara garis besar indikator keberhasilan secara umum
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
2)      Tujuan Khusus
Tujuan yang diuraikan lebih rinci dan jelas sehingga tampak indikator keberhasilan baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………

f.    Kerangka teoretik dan hipotesis tindakan
1)      Kerangka Teoretik
Landasan teoretik tentang urgensi tindakan diuraikan secara jelas dalam dukungan pustaka terakhir. (kemukakan teori-teori yang terkait dengan masalah dan solusinya yang sudah di pilih)
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………… 

KEIKUT SERTAAN KEGIATAN GURU DISEKOLAH

KEIKUT SERTAAN KEGIATAN GURU DISEKOLAH

a. Mengembangkan filsafat pendidikan.
Pendidikan ialah ilmu, seni, teknik, dan juga filsafat, semuanya menjadi satu. Filsafat pendidikan ialah penerapan filsafat pada penelitian masalah-masalah pendidikan. Mengembangkan filsafat pendidikan berarti bahwa dalam setiap langkah kegiatan mendidik selalu berusaha hendak menjawab apakah yang sedang kita lakukan, bagaimana kita melakukannya apa sebab kita melakukannya, dan untuk apakah kita melakukannya.
Adalah menjadi keharusan guru untuk setidak-tidaknya mengetahui Filsafat pendidikan itu dan tidak mungkin memperaktekan  apa yang tidak ia ketahui.
 Membicarakan secara terbuka apa yang mereka yakini sehingga mencapai pengertian-pengertian dasar mengenai hakekat anak, fungsi dan tujuan sekolah dalam masyarakat, dan bagaimana cara mengajar-belajar yang baik.
b. Memperbaiki dan menyesuaikan kurikulum.
            Biasanya penyusunan kurikulum serta perubahan dan penyesuaiannya dilakukan pada tingkat inspeksi dengan bantuan sejumlah kepala-kepala sekolah,
Guru-guru sendiri untuk sebagian terbesar tidak mengambil bagian apapun dalam perencanaan perbaikan kurikulum itu Mereka tinggal menerima dan menggunakan saja menurut apa adanya.
Prosedur itu, menghadapi berbagai kesulitasi dalam praktek perbaikan pendidikan dan pengajaran. Kita masih ingat akan mata pelajaran civics, krida dan prakarya yang ditambahkan pada kurikulum ' gaya baru", dan kegiatan-kegiatan pembaharuan seperti mengajar secara unit teaching, diskusi kelompok, memimpin community survey, menyusun test-objective serta pengolahan hasilnya, dan lain-lain yang pada umumnya mengalami kesukaran/ kemacetan dalam pelaksanaan, karena hal-hal tersebut hanya ditentukan dari atas, guru-guru tidak diikut-sertakan. Keadaan yang demikian mengakibatkan banyak usaha perbaikan pengajaran yang hanya tinggal di atas kertas saja.
Hal yang demikian menimbulkan pengertian tentang keharusan untuk mengikut sertakan guru-guru dalam usaha memperbaiki dan menyesuaikan kurikulum.
c. Merencanakan Program Supervisi
Dengan supervisi dimaksudkan, kegiatan-kegiatan pengawasan yang langsung ditujukan untuk memperbaiki situasi mengajar  belajar dalam kelas. Tujuannya yang pokok ialah membantu para guru untuk tumbuh secara pribadi dan profesionil dan untuk belajar memecahkan sendiri masalah-masalah yang mereka hadapi dalam tugasnya.       
Kegiatan-kegiatan supervisi meliputi teknik-teknik pembicaraan individuil, pertemuan secara kelompok, kunjungan kelas, ceramah, workshop, demonstrasi mengajar, teknik-teknik dan metode-metode mengajar yang baru, penilaian terhadap mengajar secara sistematis, dan pertukaran pengalaman-pengalaman dan gagasan-gagasan baru.
d. Merencanakan kebijaksanaan-kebijaksanaan Kepegawaian .
Di masa yang lampau, guru-guru tidak mempunyai suara apapun tentang sifat dari kebijaksanaan-kebijaksanaan kepegawaian yang menyangkut tugas dan jabatannya. Mereka tinggal menerima dan menjalankan saja atas penempatan, pengangkatan, penentuan gajinya, kesejahteraannya, pemberhentiannya, dsb. Semua kebijaksanaan tersebut dibuat dan ditentukan oleh fihak atasan di tingkat pusat.
Dalam zaman dan sistim pendidikan yang bersifat nasional dan demokratis seperti sekarang ini, kebijaksanaan-kebijaksanaan kolonial dan otokratis itu harus ditinggalkan. Sekarang, dengan adanya PGRI dan makin berkembangnya kesadaran dan pengertian akan perlunya demokrasi dalam pendidikan pada pemimpin-pemimpin pendidikan dan pendidik/guru kita pada umumnya kebijaksanaan-kebijaksanaan kepegawaian makin berubah ke arah pelaksanaan yang demokratis.
Adapun kebijaksanaan-kebijaksanaan kepegawaian yang memerlukan ikut sertanya guru-guru dalam perencanaannya  tentu saja harus melalui permusyawaratan perwakilan  antara lain ialah: masalah penempatan, orientasi, promosi (kenaikan pangkat/jabatan), pemberhentian (pensiun, pemecatan, dsb.), pemindahan , pemberian tugas belajar, cuti, konduite, masalah gaji, pengobatan, dan kesejahteraan guru-guru dan petugas-petugas pendidikan pada umumnya.
e. Kesempatan-kesempatan berparttsipasi lainnya
Masih banyak kesempatan-kesempatan lain yang mengharuskan ikut-sertanya guru-guru dalam administrasi sekolah. Beberapa di antaranya ialah:
1.      Menyelidiki buku-buku sumber bagi guru dan buku-buku pelajaran bagi murid-murid
2.      Merencanakan dan merumuskan tujuan-tujuan dari kegiatan-kegiatan extra kurikuler, pelaksanaan dan sistim penilaiannya.
3.      Menentukan dan menyusun tata-tertib sekolah
4.      Menetapkan syarat-syarat penerimaan murid baru.
5.      Menentukan syarat-syarat kenaikan kelas.
6.      Menyusun acara Ulangan-ulangan Umum.
7.      Menetapkan daftar pengawasan murid di halaman sekolah.
8.      Merumuskan kebijaksanaan tentang pembagian tugas mengajar guru-guru.
9.      Menyusun daftar pelajaran umum.
10.  Menetapkan pengawasan dan penilaian kebersihan gedung dan halaman sekolah.
11.  Merencanakan penggunaan ruangan-ruangan sekolah.
12.  Merencanakan penilaian kemajuan-kemajuan program sekolah.
13.  Menetapkan pengawasan dan bimbingan kegiatan-kegiatan organisasi murid.
14.  Merencanakan penyelenggaraan pengawasan ujian dan pemeriksaan pekerjaan ujian.
15.  Merencanakan kegiatan-kegiatan upacara hari-hari nasional,keagamaan, dan sebagainya.
16.  Merencanakan dan memimpin rapat-rapat guru.
17.  Menyelidiki dan memilih buku-buku bacaan bagi perpustakaan sekolah.
18.  Menyusun peraturan-peraturan dan penyelenggaraan perpustakaan.
19.  Memikirkan usaha-usaha memajukan kesejahteraan guru pegawai dan murid murid.
20.  Merencanakan dan membantu kelancaran ketata-usahaan sekolah.





DAFTAR PUSTAKA



Drs. M.Ngalim Purwanto Dkk, Administrsai Pendidikan, Mutiara Jakarta