Rabu, 23 Mei 2012

media pendidikan islam


MEDIA PENDIDIKAN ISLAM

Dalam kaitannya dengan usaha menciptakan suasana yang kondusif itu, alat/media pendidikan atau pengajaran mempunyai peranan yang sangat penting. Sebab alat/media merupakan sarana yang membantu proses pembelajaran dapat di perkaya dengan berbagai alat atau media pengajaran. Guru dapat menciptakan berbagai situasi kelas, menentukan metode pengajaran yang akan di pakai dalam situasi berlainan dan menciptakan iklim yang emosional yang sehat di antara murid-muridnya. Bahkan alat atau media pengajaran ini selanjutnya membantu guru “membawa” dunia ke dalam kelas. Dengan demikian ide yang Abstrak dan samar-samar (Remote) sifatnya menjadi konkret dan mudah di mengerti oleh murid. Bila alat atau media ini dapat di fungsikan secara tepat, maka murid akan banyak terlibat dalam proses pembelajaran, sehingga pengalaman belajar anak dapat di tingkatkan.


1.      Pengertian Alat atau Media Pendidikan.
Dengan singkat media sering kali disebut alat pengajaran, dan akhirnya media atau alat-alat yang di pakai untuk memperoleh  gambaran tentang taraf pencapaian tujuan pendidikan. Dari beberapa literatur tidak terdapat perbedaan pengertian alat dan media pendidikan, Zakiyah Daradjat menyebutkan alat pendidikan sama dengan media pendidikan, sarana pendidikan, sedangkan dalam kepustakaan asing sementara ahli Istal Audio Visual Aids (AVA) Teaching Material, Instruksional material.
Term atau berarti barang sesuatu yang di pakai untuk mencapai suatu maksud. Sedangkan media berasal dari bahsa latin dan bentuk jama dari medium-medium, secara harfiah berarti pelantara  atau pengantar dalam hal media banyak terdapat batasan rumusan para ahli. Seperti yang di kemukakan oleh Gegne media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya belajar senada dengan pendapat Gerne adalah Brigssi yang mendefinisikan segala bentuk alat fisik yang dapat menyajikan pesan yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Dari dua definisi ini tampak dua pengertian media mengacu pada penggunaan alat yang berupa benda untuk membantu proses penyampaian pesan.
Lebih jauh Vermous, sebagai mana di poleskan oleh Zakiyah Daradjat  menyebutkan bahwa media pendidikan adalah sumber belajar dan dapat juga di artikan sebagai manusia dan benda atau peristiwa yang membuat kondisi siswa mungkin memperoleh pengetahuan keterampilan atau sikap.
Nampaknya di beberapa literatur antara alat dan media pendidikan tidak di bedakan secara jelas. Pada umumnya banyak yang mengindikasikan bahwa antara alat dan media itu tidak bisa di pisahkan dan di bedakan secara hitam putih, bahkan cenderung menyamakan dua trem itu. Over Laring mungkin saja itu terjadi karena perbedaan dalam sudut pandang penggunaannya. Penulis cenderung tidak membendakan antara alat dan media.
Untuk memperoleh gambaran yang lebih menyeluruh mengenai kemungkinan-kemungkinan mempergunakan media yang lain untuk mempertinggi nilai hubungan edukatif tersebut, kini kita akan lihat berbagai pengalaman alat dalam tingkatan pengalaman.
a.       Pengalaman melalui benda sebenarnya
Bila seseorang berkesempatan hidup sesama dengan benda-benda tertentu sedemikian rupa sehingga dia mengenal segala aspek yang berhubungan dengan benda itu. Ia akan memiliki pengalaman yang lengkap tentang benda tersebut. Dengan pengetahuan itu ia sering kali menjadi seorang ahli pengetahuan adalah nyata, langsung, luas itulah sebabnya dunia ini dalam keadaan senyatanya adalah tempat belajar yang terbaik segala sesuatu langsung ditanggapi, diamati, di teliti dan dipahami tugasnya segala sesuatu yang langsung dipahami.
Sayang bahwa tidak seorang dapat memiliki segala kesempatan untuk mengalami segala sesuatu di dunia untuk akhirnya memiliki pengetahuan yang terlengkap. Setiap orang hidup terbatas, dengan kemampuan yang terbatas untuk menghayati arti dari segala sesuatu yang terjadi di sekelilingnya. Untuk mengetahui pengetahuan seorang murid agar dengan pengetahuan itu ia akan menghadapi tuntutan hidupnya, terpaksalah digunakan benda-benda pengganti.
Tetapi ada kalanya masih juga dapat diperoleh pengalaman-pengalaman yang langsung dan rill dengan jalan mengadakan kunjungan-kunjungan khusus, tempat-tempat tertentu di luar lingkungan (fasilitas sekolah). Cara ini telah dipelajari sebagai metode karyawisata. Murid dapat m,mengunjungi lapangan terbang, studio TV, perusahaan dan lain-lain. Yang tak mungkin di bawa di sekolah.
Kesulitan yang dihadapi oleh guru dalam mengusahakan pengalaman langsung banyak pada kondisi setempat. Serta pada jenis tujuhan yang akan dicapai. Kesulitan-kesulitan tersebut banyak yang diatasi dengan perencanaan yang dibuat dengan seksama benda-benda sebenarnya tidak dengan dirinya berfungsi sebagai media komunikasi.
b.      Pengalaman Melalui Benda Pengganti
Karena benda-benda pengganti adalah bukan benda-benda sebenarnya (menurut arti yang dipakai dalam golongan ini), maka di dalam banyak hal benda-benda pengganti itu dapat mengemukakan gambaran kenyataan sepenuhnya. Hal ini perlu disadari agar guru dapat mengambil langkah-langkah tertentu untuk memelihara kebutuhan pengalaman dan pengetahuan murid.
Benda pengganti dapat memberi pengalaman yang berfaedah bila murid-murid berkesempatan melihatnya, berfungsi melalui demonstrasi dan eksperimen. Banyak yang dapat dicapai oleh guru. Yang dapat dipandang sebagai benda pengganti adalah contoh (model) baik yang berdimensi tiga maupun berdimensi dua. Diantara model-model yang merupakan tiruan yang menyerupai benda-benda sebenarnya, ada yang statis dan ada yang dapat bergerak untuk memperlihatkan bekerjanya suatu bagian.       

c.       Pengalaman Melalui Bahasa
Bentuk yang akan dijumpai oleh murid adalah bahan tertulis, khususnya buku-buku pelajaran. Walaupun jenis dan mutu komunikasi akan lebih sempurna dan lebih mudah diperoleh sebagai kemajuan teknologi, dalam masa yang akan datang, buku-buku pelajaran tetap memegang peranan yang penting. Pedoman-pedoman yang konkret mengenai jenis pengetahuan yang perlu diambil dari buku yaitu:
1.      Luas bahan pelajaran
2.      Susunan bahan pelajaran
3.      Ketelitian bahan pelajaran

Dengan demikian buku pelajaran tidak hanya merupakan pengumpulan pengetahuan, tetapi akan merupakan medium yang mempunyai kemampuan untuk memotivasikan pembaca dengan aktif.      



2.      Jenis Alat/Media Pendidikan
Dalam menyampaikan pembelajaran bermacam-macam alat telah diciptakan agar mempermudah murid memahaminya. Revolusi industri sebagai akibat kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan sejak abad ke-19 turut mempengaruhi pendidikan.
Alat pendidikan adalah segala sesuatu yang digunakan untuk mencapai tujuan dalam pendidikan. Dengan memahami Al-Qur’an sebagai kitab yang dibaca, berisikan simpul-simpul dan ketentuan pokok yang mengatur tata kehidupan manusia Al-Qur’an sebagai sumber ilmu pengetahuan telah melahirkan berbagai disiplin ilmu, yang dilengkapi produk pikir karya ilmiah para ahli. Para ahli telah mengklasifikasikan alat/media pendidikan kepada dua bagian yaitu alat pendidikan yang bersifat benda (materiil) dan pendidikan yang bukan benda (non materiil).

a.       Alat Pendidikan yang Bersifat Benda.
Menurut Zajkiah Derajat, alat pendidikan yang berupa benda adalah :
1.      Media tulis, al-Quran, Hadits, Tauhid, Fiqh, Sejarah.
2.      Benda-benda alam seperti hewan, manusia, dan tumbuh-tumbuhan dan sebagainya.
3.      Gambar-gambar yang dirancang seperti grafik .
4.      gambar yang diproyeksikan, seperti vidio, transparan, dan lain-lain.
5.      Audio recording (alat untuk mendengar) seperti kaset, tape, radio.

Senada dengan pendapat Zakiah Darazat, Oemar Hamalik menyebutkan secara umum alat pendidikan secara materiil terdiri dari.
1.      Bahan-bahan cetakan atau bacaan, dimana bahan-bahan ini lebih mengutamakan kegiatan membaca atau penggunaan simbol-simbol kata dan visual
2.      Alat-alat audio visual yakni alat-alat yang dapat digolongkan pada 
-          Alat tanpa proyeksi seperti papan tulis dan diagram.
-          Media pendidikan tiga dimensi seperti benda asli peta.
-          Alat pendidikan yang menggunakan teknik seperti radio, tape recorder, transparansi, in focus, internet.
3.      Sumber-sumber masyarakat, seperti objek-objek peninggalan sejarah.
4.      Kumpulan benda-benda (material colektion), seperti dedaunan, benih, batu, dan sebagainya.

Yang termasuk alat pendidikan materi menurut versi Arif. S. Sadiman adalah media grafis, dengan cara menuangkan pesan pengajaran simbol-simbol komunikasi visual. Yang termasuk ke dalam media grafis adalah: gambar, foto, sketsa, bagan, chart, diagram, papan, poster dan kartun.
Sementara itu, Ronal H. Anderson menuturkan, yang termasuk media dalam bentuk materi adalah media auditif, di mana pesan-pesan pengajaran dituangkan dalam lambang-lambang auditif, yang termasuk media auditif adalah, tape recorder dan radio.
Selain media yang digambarkan di atas, media proyeksi visual, di mana pesan yang akan disampaikan harus diproyeksikan dengan proyektor, media ini cukup mahal. Yang termasuk media ini adalah film bingkai, suatu film transparan yang biasanya dibungkus bingkai, kemudian film bingkai, di mana gambar pada film bingkai berurutan yang merupakan satu kesatuan, seterusnya transparan (overhead transpurcmcy), dan yang terakhir adalah mikrofis, dimana film transparan berisikan lambang-lambang visual yang kecil yang tidak bisa dilihat dengan mata telanjang.
            Secara umum tidak terdapat perbedaan yang berarti tentang alat pendidikan yang berbentuk benda, perbedaannya hanya terletak pada pemakaian istilah dalam memformulasikan. Dalam konteks ilmu Pendidikan Islam, M. Arifin menuturkan. Alat pendidikan harus mengandung nilai-nilai operasional yang mampu mengantarkan kepada tujuan pendidikan Islam yang sarat dengan nilai-nilai. Alat pendidikan yang polipragmatis dan monopragmatis, paling tidak mengandung nilai pedagogis dan bukan merusak.

b.      Alat Pendidikan yang bukan Benda
Selain alat atau media berupa benda terdapat pula alat atau media yang bukan berupa benda. Di antara alat atau media pengajaran yang bukan berupa benda itu adalah:

1.      Keteladanan
2.      Perintah atau larangan
3.      Ganjaran dan hukuman.

Ø  Keteladanan
Untuk memenuhi keinginan tersebut Allah SWT mengutus Muhammad menjadi teladan bagi manusia. Kemudian kita diperintahkan untuk mengikuti Rasul, di antaranya memberikan teladan yang baik. Untuk menjadi sosok yang diteladani, Allah SWT memerintahkan kepada manusia selaku khalifah di bumi mengerjakan perintah Allah SWT dan rasul sebelum mengerjakannya kepada orang yang dipimpinnya. Termasuk dalam hal ini sosok pendidik yang dapat diteladani oleh anak didik.
 Pendidik dalam konteks ilmu pendidikan islam, berfungsi sebagai warasatul al-Anbiya yang pada hakikatnya mengemban misi sebagai rahamatan lil ‘alamin, yakni suatu misi yang mengajak manusia untuk tunduk dan taat kepada hukum-hukum Allah SWT. Menurut al-Ghazali, seperti yang disitir oleh Fatihah Hasan Sulaiman, terdapat beberapa sifat penting yang harus dimiliki oleh guru sebagai orang yang diteladani, yaitu:
-          Amanah dan tekun bekerja   
-          Bersifat dan lemah lembut dan kasih sayang terhadap murid
-          Dapat memahami dan berlapang dada dalam ilmu serta orang-orang yang mengajarkannya.
-          Tidak rakus pada materi.
-          Berpengetahuan luas.
-          Istiqomah dan memegang teguh prinsip.

Al-Ghazali juga menambahkan bahwa terdapat beberapa sifat penting yang harus terinternalisasi dalam diri murid, yaitu:
-          Rendah hati
-          Mensucikan diri dari segala keburukan
-          Taat dan istiqomah

    Dalam hal ini M. Ngalim Purwanto, mengatakan bahwa dalam berbagai hal dalam pendidikan, keteladanan pendidikan merupakan alat pendidikan yang sangat penting bahkan yang paling utama.

1.      Perintah dan larangan
Sebagai seorang muslim diberi oleh Allah SWT tugas dan tanggung jawab yaitu melaksanakan “amar nahyi munkar”. Amar nahyi munkar merupakan alat dalam pendidikan. Perintah adalah suatu keharusan untuk berbuat atau melakukan sesuatu. Tiap-tiap perintah dan pengaturan mengandung norma-norma kesusilaan,  jadi bersifat memberi arah atau mengandung tujuan ke arah perbuatan susila.  Dalam memberikan perintah terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu:
-          Jangan memberikan perintah kecuali diperlukan
-          Hendaknya perintah itu dengan ketetapan hati dan niat yang baik
-          Jangan memerintahkan kedua kalinya jika perintah pertama belum dilaksanakan
-          Perintah hendaknya benar-benar dipertimbangkan akan akibatnya
-          Perintah hendaknya bersifat umum, bukan bersifat khusus

Larangan, sebenarnya sama saja dengan perintah. Kalau perintah merupakan suatu keharusan untuk berbuat sesuatu yang bermanfaat, maka larangan merupakan keharusan untuk tidak melakukan sesuatu yang merugikan. Di dalam keluarga umumnya larangan itu merupakan alat mendidik yang banyak dipakai oleh para ibu dan bapak. Namun demikian baik bagi pendidik maupun bagi orang tua, hendaknya melarang anak itu sekali saja, sebab anak yang selalu dilarang dalam segala perbuatan dan permainannya sejak kecil, akan dapat menghambat perkembangan dirinya. Oleh karena itu larangan itu seharusnya tidak terlalu sering, tetapi pada saat-saat yang diperlukan saja. Di dalam     Al-Qur’an banyak ayat yang dapat diambil sebagai dasar konsep larangan sebagai alat. Firman Allah SWT , yang artinya: “Janganlah kamu dekati kejahatan itu, baik yang terang maupun yang tersembunyi”.
Larangan mendekati perbuatan tercela berarti pula saran untuk kejahatan itu harus disingkirkan sebab dalam diri manusia ada fitrah  ingin tahu, ingin mencoba. Disinilah letak peran pendidik, untuk mengarahkan keingintahuan anak pada hal-hal yang negatif dengan jalan memberikan pengertian dan kesadaran. 
2.      Ganjaran dan Hukuman
Ganjaran itu ialah sesuatu yang menyenangkan yang dijadikan sebagai hadiah bagi anak yang berprestasi baik dalam belajar, dalam sikap perilaku.  Ganjaran itu dapat dilakukan oleh pendidik dengan cara bermacam-macam antara lain:
-          Guru mengangguk-anggukkan kepala tanda senang dan membiarkan suatu jawaban yang diberikan oleh seorang anak.
-          Guru memberikan kata-kata yang menggembirakan (pujian)
-          Guru memberikan benda-benda yang menyenangkan dan berguna bagi anak-anak dan sebagainya.

Dalam islam hukuman disebut dengan iqab. Abdur Rahman An-nahrawi menyebutnya dengan “tarhib” yang berarti ancaman atau intimidasi melalui hukuman karena melakukan sesuatu yang dilarang. Sementara Amir Daien Indra Kusunat, mendefinisikan bahwa hukuman sebagai tindakan yang dijatuhkan kepada anak secara sadar dan sengaja sehingga menimbulkan nestapa, sehingga anak akan menjadi sadar dan berjanji tidak akan mengulanginya. Dengan demikian dipahami bahwa hukuman diberikan karena ada pelanggaran sedangkan tujuan pemberian hukuman adalah agar tidak terjadi pelanggaran secara berulang.
Di bidang pendidikan , hukuman itu dilaksanakan karena dua hal, yaitu:
-          Hukuman diadakan karena ada pelanggaran. Adanya kesalahan yang diperbuat (puniture quina peccatum est)
-          Hukuman diadakan dengan tujuan agar tidak terjadi pelanggaran (puniture nepeccatur).

Asam Hasan Fahmi menjelaskan tentang ciri-ciri hukuman dalam  perspektif pendidikan islam yakni:
-          Hukuman diberikan untuk memperoleh kebaikan dan pengarahan
-          Memberikan kesempatan kepada anak memperbaiki kesalahannya sebelum dipukul anak yang belum berusia 10 tahun tidak boleh dipukul, kalaupun dipukul tidak boleh lebih dari tiga kali.
-          Pendidik harus tegas dalam melaksanakan hukuman, artinya sikap keras pendidik telah dianggap perlu maka harus dilaksanakan dari sikap lunak dan kasih sayang.
Kalau kita perhatikan uraian di atas pada ganjaran dan hukuman itu keduanya terdapat prinsip yang saling bertentangan, yaitu kalau ganjaran diberikan atas perbuatan-perbuatan atau hal-hal yang baik.

3.      Tujuan dan Alat
Sistem pendidikan Islam terjalin secara inheren; tidak ada pertentangan antar komponennya. Alat berhubungan secara organis dengan tujuan: hukum yang berlaku padanya mengikuti hukum yang berlaku pada tujuan. Apabila suatu tujuan bernilai wajib, dan apabila tujuan itu tidak bisa dicapai tanpa suatu alat, maka alat itu bernilai wajib pula untuk digunakan. Kaidah ushul fiqih menyatakan:
مَا لاَ يَتِمُّ اْلوَاجِبُ ِالاَ بِهِ فَهُوِ وَاجِبٌ

Dalam pendidikan Islam, tujuan bernilai suci. Berdasarkan prinsip inherensi, maka alat yang digunakan untuk mencapainya hendaknya bernilai suci pula. Kaidah ushul fiqih menyatakan:

ِللْوَسَائِلِ حُكْمُ اْلمَقَاصِد
Alat mempunyai nilai yang sejalan dengan nilai tujuan.

Untuk menanamkan keimanan dan menyeru ke jalan Allah, umpamanya, penggunaan paksaan dan kekerasan sebagai alat tidak dibenarkan. Hal itu bertentangan dengan prinsip yang dinyatakan Allah di dalam firman-Nya, "Tidak ada paksaan dalam beragama" (Q.S. al-Baqarah/2:256) dan "Panggillah-ke jalan Tuhanmu dengan ' hikmah dan ajaran yang baik." (Q.s. al-Nahl16:12,5). Demikian pula, untuk mengembangkan perasaan seni pada pelajar tidak boleh digunakan musik, nyanyian, dan gambar-gambar cabul yang kegila-gilaan. Prinsip ini berbeda dengan pandangan yang mengatakan bahwa tujuan menghalalkan segala cara.
Suatu contoh dapat di kemukakan bahwa Nabi SAW Tidak menggunakan kata-kata vulgar (kasar) atau tidak senonoh ketika menerangkan cara wanita bersuci dari haid. Dalam hadis yang diriwayatkan Al-Bukhari di kemukakan sebagai berikut:
عَنْ عَائِسَةَ أَنَّ امْرَأةً سَأَلتْ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ غُسْلِهَا مِنَ اْلمَحِيْضِ فَأَمَرَهَا كَيْفَ تَغْتَسِلُ قَالَ "خُذِيْ فُرْصَةً مِن مِسْكٍ فَتَطَهِّرِي بِهَا." قَالَتْ : كَيْفَ أَتَطَهَّرُ؟ قَالَ : تَطَهِّرِي بِهَا. قَالَتْ: كَيْفَ؟ قَالَ: سُبْحَانَ اللهِ تَطَهِّرِي. فَاجْتَبَذْتُهَا إِلَيَّ فَقُلْتُ تَبْتَغِيْ بِهَا أَثَرَ االدَّمِّ.
Artinya: “Diriwayatkan dari Aisyah bahwa seorang wanita bertanya kepada Nabi SAW tentang
    cara ia bersuci dari haid; lalu, beliau menyuruhnya bagaimana ia bersuci. Beliau
   bersabda: “Ambillah sedikit kapas yang dibubuhi wewangian, kemudian bersuhulah
   dengannya.” Wanita itu bertanya: Bagaimana saya bersuci”? beliau menjawab,
 “bersucilah dengannya.” Wanita itu bertanya lagi, “Bagaimana?” beliau bersabda
   heran: “Maha suci Allah SWT bersucilah”, kemudian aku (Aisyah) menarik wanita itu
   dan kukatakan kepadanya, “bersihkan tempat darah itu dengannya.”
           
            Ahmad D. Marimba mengemukakan bahwa di lihat dari fungsinya, alat-alat pendidikan di bagi menjadi tiga jenis yaitu sebagai perlengkapan, sebagai pembantu mempermudah usaha mencapai tujuan, dan sebagai tujuan.
1.      Alat sebagai perlengkapan. Keberadaan alat ini tidak mutlak. Artinya, tanpa perlengkapan ini pun, masih bisa tercapai
2.      Alat sebagai pembantu mempermudah usaha tujuan. Di tinjau dari pandangan yang lebih dinamis, alat merupakan pembantu untuk mempermudah terlaksananya proses nampaknya lain.

4. Radio, Televisi dan film dalam pendidikan
Penggunaan tiga alat ini dalam pendidikan sudah makin meluas, karena di samping bernilai edukatif dan informatif, juga bernilai hiburan, Penyajian bahan pelajaran dan pendidikan dengan tiga alat ini memerlukan biaya banyak dan, karenanya, tidak dapat di buat banyak. Oleh sebab itu, pembuatan dan penyusunan acara-acaranya hendaknya dipersiapkan benar-benar. Perkembangan jiwa pemirsa dan penonton hendaknya di pertimbangkan. Acara-acara yang diperuntukkan bagi orang dewasa hendaknya tidak disiarkan dan di tayangkan pada waktu anak-anak masih terjaga. Nilai hiburan, hendaknya tidak mengalahkan nilai edukatif dan informatif.
a.       Peranan Radio dalam Kegiatan Pendidikan
Adapun peranan media siaran radio dalam aplikasi teknologi pendidikan dimanfaatkan pada empat proyek kegiatan belajar yang menurut W. Schramm (Big media, Little Media, 1977) diarahkan pada kegiatan pembaharuan dalam pendidikan, pemanfaatan media dalam perluasan sekolah, dan pemanfaatan untuk kegiatan pendidikan nonformal.
Peranan media radio dalam kegiatan belajar-mengajar bisa berperan bisa berperan sebagai suatu kegiatan yang mandiri, atau melengkapi media utama lainnya, ataupun sebagai media utama yang dibantu dengan media-media lainnya atau bersama-sama dengan media lainnya. Peranan media radio dalam SBJJ (Sistem Belajar Jarak Jauh) adalah sebagai salah satu media penunjang terhadap media utama, yaitu modul, serta bekerja sama dengan media lainnya.
Sebenarnya tidak ada satu media pun yang tidak mempunyai kelemahan, dan sebaliknya tidak ada satu media pun yang mempunyai kemampuan dalam semua hal. Secara khusus media radio mempunyai kelebihan dalam membangkitkan kreativitas mitra, dalam pengaruh pembentukan perasaan dan impresi seseorang, dan dalam rangsangan daya imajinasi.
Beberapa hal mengenai kelemahan media siaran radio adalah:
1.      Pendengar mempunyai pilihan untuk kemungkinan mendengarkan terus atau mematikan pesawat penerima, hal ini akan bergantung pada perhatian pendengar terhadap suatu program siaran.
2.      Daya ingatan manusia tidak bisa menangkap terlalu banyak informasi dalam satu waktu sehingga waktu siaran untuk satu program harus dibatasi tidak terlalu lama.
3.      Radio merupakan alat komunikasi satu arah sehingga materi siaran harus sederhana untuk bisa dimengerti oleh kebanyakan pendengar.
4.      Kecepatan penyajian pesan harus sesuai dengan kecepatan daya tangkap pendengar.
5.      Segala arti dan pengertian disampaikan melalui saluran pendengaran (suara).
6.      Kebanyakan kita belajar melalui saluran penglihatan atau visual. Radio harus bisa memvisualkan sesuatu dalam bentuk suara-suara.
7.      Setiap pendengar beranggapan hanya berkomunikasi dengan pesawat radio. Oleh karenanya, radio harus berbicara dengan seseorang secara individual.
8.      Ada beberapa hambatan dan rintangan !ain secara teknis mekanis, bahasa, dan noise dalam proses mendengarkan melalui radio.
(Tekhnology Pendidikan, 1987,  Harun Nasotioan, CV. Jemmars, Bandung)

b.      Keefektifan Siaran Radio dalam Penyampaian Pesan
1.      Materi siaran radio Pendidikan
Keefektifan siaran radio pendidikan di antaranya bisa ditentukan oleh kualitas materinya yang dipergunakan. Kualitas ini bergantung pada pengembangannya dalam mengatasi permasalahan aspek-aspek belajarnya.
Untuk mencapai tujuan pendidikan melalui media siaran radio, terlebih dahulu kita harus meneliti dan menganalisis keadaan sasaran. Analisis ini akan mengarahkan penetapan tujuan instruksional, pemanfaatan kegiatan belajar-mengajar, dan penelitian terhadap pencapaian hasil proses kegiatan belajar-mengajar.
2.      Prinsip-prinsip belajar melalui media radio
a)      Program siaran harus membangkitkan minat sasaran agar mau mempelajari materi yang disampaikan.
b)      Pemilihan topik harus relevan dengan keinginan dan kebutuhan sasaran dari segi pentingnya atau kegunaannya.
c)      Materi harus disajikan menurut urutan yang logis dari awal sampai akhir siaran.
d)     Penyajian bahan melalui satu cara akan mudah dalam pelaksanaan programnya, tetapi akan sukar dalam memungkinkan pemartisipasian sasaran secara aktif.
e)      Materi yang disajikan secara ceramah saja akan mengurangi antusiasme pendengar. Maka, agar antusiasme pendengar tinggi/ materi harus disajikan secara lebih hidup untuk memungkinkan partisipasi mereka.
f)       Supaya informasi yang disampaikan mempunyai daya serap yang kuat bagi pendengar, informasi harus disampaikan melalui "rasa pemandangan" pendengar secara bebas.
g)      Penekanan (reinforcement) suatu pesan sangat penting untuk membuat daya serap yang kuat.
h)      Kecerdasan, perasaan, dan imajinasi pendengar harus dijadikan dasar atau tekanan utama dalam penyusunan materi supaya sasaran mendapat kepuasan dalam pencapaian hasil belajarnya.

3.      Karakteristik sasaran pendengar
a)      Kebutuhan sasaran (need).
b)      Tingkatan Pengetahuan (knowledge)
c)      Sikap (Attitude)
d)     Tingkah laku (behaviour)

4.      Faktor-faktor yang melandasi kegiatan komunikasi instruksional melalui siaran radio.
Faktor-faktor pertimbangan untuk menentukan perencanaan dan bentuk kegiatan komunikasi instruksional, menurut W. Schramm, didasari oleh tiga pertimbangan kegiatan dengan cara: Pertama, menganalisis kebutuhan dan permasalahan yang ada pada sasaran; kedua, penentuan media yang dipergunakan dengan cara menganalisis keefektifan dan kecocokan serta kemudahan penggunaannya; dan ketiga, pertimbangan ekonomi (cost) atas analisis pemanfaatan sumber-sumber dengan biaya yang dikeluarkan. Ketiga faktor ini pada perencanaannya saling mempengaruhi secara intensif.
5.      Kemampuan media siaran radio dalam kegiatan instruksional.
Ada tiga macam kode simbol yang biasa dipergunakan dalam kegiatan instruksional: simbol ikonik, simbol digital, dan simbol analog. Kegiatan instruksional siaran radio mampu menyajikan simbol-simbol informasi dan simbol-simbol digital serta simbol analog, bahkan radio vision mampu menyajikan ketiga bentuk simbol tersebut di atas.

c.       Pengelolaan Siaran Radio dalam Kegiatan Pendidikan
Manajemen atau pengelolaan adalah proses kegiatan yang untuk mengarahkan dan mengontrol koordinasi pelaksanaan, dengan cara menentukan langkah-langkah, tanggung jawab, dan jadwal kegiatan pada setiap penggunaan sumber-sumber untuk melaksanakan fungsi pengembangan, serta dilaksanakan dengan pendekatan yang sistematis.
Fungsi pengelolaan siaran radio dalam kegiatan instruksional diarahkan kepada pengelolaan kegiatan pengembangan media siaran radio bagi SBJJ. Fungsinya adalah untuk mendukung media utama dalam program SBJJ, yaitu modul.
Kegiatan pengembangan media siaran radio ini mencakup kegiatan pengembangan perencanaan program, pengembangan produksi media siaran, pengembangan implementasi. Semua kegiatan ini merupakan pendekatan yang harus dilakukan dalam pengelolaan atau manajemen pengembangannya.
(Pendidikan Islam dan Pendidikan Nasional, 2005, Departemen
5.      Ruang dan Waktu
Pertimbangan terhadap ruang Bisa didasarkan atas luas tidaknya ruangan, bisa pula atas letak geografisnya. Pendidikan yang dilangsungkan di dalam kelas, umpamanya, bisa berbeda dengan
yang dilangsungkan di lapangan terbuka. Demikian pula pendidikan di pedesaan bisa berbeda dengan pendidikan di perkotaan.

Persoalan waktu hendaknya menjadi perhatian pendidik pula dalam memilih alat. Di waktu siang, ketika udara terasa panas, pelajaran yang menguras pikiran tidak tepat untuk diberikan. Pelajaran sejarah tampaknya lebih tepat untuk diberikan, apalagi jika guru mengajarkannya dengan bercerita. Persoalan waktu dalam pendidikan telah menjadi perhatian Nabi SAW dan para sahabat.
            Dalam hadits yang diriwayatkan al-Bukhari diceritakan:
'Abdullah (bin Mas 'ud) biasa mengajari kepada orang banyak di setiap hari Kamis. Seseorang berkata kepadanya, "Wahai Abu 'Abdurrahman, sungguh aku suka apabila engkau mengajari kami setiap hari. "Dia menjawab, "Yang menghalangi aku untuk berbuat demikian ialah bahwa aku tidak ingin membuat kalian merasa bosan, dan sesungguhnya aku memilih waktu untuk mengajari kalian, sebagaimana Nabi SAW memilih waktu untuk mengajari kami karena khawatir membuat merasa bosan."                                             \
Secara khusus, dalam pemilihan media instruksional, prosedurnya yang tepat mengandung unsur-unsur sebagai berikut:
1.      Tujuan pengajaran
2.      Isi atau materi pelajaran
3.      Struktur kurikuler
4.      Karakteristik murid
5.      Kondisi belajar
6.      Satu atau kombinasi dari beberapa jenis media

Tujuan pengajaran, umpamanya, memahami cara melaksanakan shalat. Isi atau materi pelajaran ialah cara melaksanakan shalat. Dalam struktur kurikuler, materi ini bisa masuk dalam bidang studi ibadah dalam bahasan pokok shalat tentang rukun dan sunat shalat. Murid umpamanya, kelas I Tsanawiyah, dalam kelompok kecil (satu kelas) di masjid. Media yang diperlukan antara lain gambar  orang yang sedang melaksanakan shalat, sajadah, kopiah, mukena (rukuh), dan sarung.
Perkembangan teknologi yang cepat dewasa ini sangat membantu menciptakan berbagai macam alat pendidikan mulai dari Alat yang sederhana sampai kepada yang kompleks. Satu hal yang perlu diperhatikan oleh pendidik adalah hendaknya tidak membuat atau menggunakan  alat baik berupa gambar, film, dan lainnya tentang Allah SWT dan Nabi SAW.
6.      Pengaruh Alat/Media dalam Pendidikan Islam
Di dalam pendidikan Islam, alat/media itu jelas diperlukan. Sebab alat pengajaran itu mempunyai peranan yang besar yang berpengaruh terhadap pencapaian tujuan pendidikan yang diinginkan.                                                                     ' /
Terdapat pendapat beberapa ahli pendidikan mengenai manfaat atau kegunaan dari alat/media ini dalam pendidikan atau dalam proses belajar mengajar Yusuf Hadi Miarso dkk. menyatakan bahwa alat/media itu mempunyai nilaI-nilai praktis yang berupa kemampuan antara lain :
1.      Membuat konkret konsep yang abstrak,
2.      Membawa obyek yang sukar didapat ke dalam lingkungan belajar siswa,
3.      Menampilkan obyek yang terlalu besar,
4.      Menampilkan obyek yang tak dapat diamati dengan mata telanjang,
5.      Mengamati gerakan yang terlalu cepat,
6.      Memungkinkan keseragaman pengamatan dan persepsi bagi pengalaman belajar siswa,
7.      Membangkitkan motivasi belajar, dan
8.      Menyajikan informasi belajar secara konsisten dan dapat diulang maupun di samping menurut kebutuhan.
(Pendidikan Islam dan Pendidikan Nasional,2005, Departemen Agama, Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam)
Sementara itu Abu Bakar Muhammad, juga berpendapat bahwa kegunaan alat/media itu antara lain adalah:
1.      Mampu mengatasi kesulitan-kesulitan dan memperjelas materi pelajaran yang sulit
2.      Mampu mempermudah pemahaman, dan menjadikan pelajaran lebih hidup dan menarik,
3.      Merangsang anak untuk bekerja dan menggerakkan naluri kecintaan menelaah (belajar) dan menimbulkan kemauan keras untuk mempelajari sesuatu
4.      Membantu pembentukan kebiasaan, melahirkan pendapat, memperhatikan dan memikirkan suatu pelajaran
5.      Menimbulkan kekuatan perhatian (ingatan) mempertajam, indera, melatihnya, memperhalus perasaan dan cepat belajar.


DAFTAR PUSTAKA


Winarno,1976, Methodology Pengajaran Nasional, CV. Jemmars, Bandung.

Yulis, Rama, 2002, Ilmu Pendidikan Islam, Klam Mulia Jakarta.

Departemen Agama, Pendidikan Islam dan Pendidikan Nasional,2005,Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, JAKARTA.

Nasotioan, Harun,1987, Tekhnology Pendidikan, CV. Jemmars, Bandung.

Noer, Aly, Hero,1999, Ilmu Pendidikan Islam, Logos, Ciputat.









untuk melengkapi perpustakaan makalah silahkan klik download dibawah ini
semoga bermanfaat 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar