Selasa, 14 Januari 2014

STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN

STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN

Standar  Penilaian  Pendidikan  adalah  kriteria  mengenai  mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik. Penilaian  pendidikan  sebagai  proses  pengumpulan  dan  pengolahan informasi  untuk  mengukur  pencapaian  hasil  belajar  peserta  didik
mencakup:  penilaian  otentik,  penilaian  diri,  penilaian  berbasis  portofolio, ulangan,  ulangan  harian,  ulangan  tengah  semester,  ulangan  akhir semester, ujian  tingkat kompetensi, ujian mutu  tingkat kompetensi, ujian nasional, dan ujian sekolah/madrasah, yang diuraikan sebagai berikut.
1.  Penilaian  otentik  merupakan  penilaian  yang  dilakukan  secara komprehensif  untuk  menilai  mulai  dari  masukan  (input),  proses,dan keluaran (output) pembelajaran.
2.  Penilaian diri merupakan penilaian yang dilakukan sendiri oleh peserta didik  secara  reflektif  untuk  membandingkan  posisi  relatifnya  dengan kriteria yang telah ditetapkan.
3.  Penilaian  berbasis  portofolio merupakan  penilaian  yang  dilaksanakan untuk  menilai  keseluruhan  entitas  proses  belajar  peserta  didik termasuk  penugasan  perseorangan  dan/atau  kelompok  di  dalam dan/atau  di  luar  kelas  khususnya  pada  sikap/perilaku  dan
keterampilan.  
4.  Ulangan  merupakan  proses  yang  dilakukan  untuk  mengukur pencapaian  kompetensi  peserta  didik  secara  berkelanjutan  dalam proses pembelajaran, untuk memantau kemajuan dan perbaikan hasil belajar peserta didik.
5.  Ulangan  harian  merupakan  kegiatan  yang  dilakukan  secara  periodik untuk  menilai  kompetensi  peserta  didik  setelah  menyelesaikan  satu Kompetensi Dasar (KD) atau lebih.
6.  Ulangan  tengah  semester  merupakan  kegiatan  yang  dilakukan  oleh pendidik untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik setelah melaksanakan 8 – 9 minggu kegiatan pembelajaran. Cakupan ulangan tengah  semester  meliputi  seluruh  indikator  yang merepresentasikan seluruh KD pada periode tersebut.
7.  Ulangan  akhir  semester  merupakan  kegiatan  yang  dilakukan  oleh pendidik  untuk  mengukur  pencapaian  kompetensi  peserta  didik  di akhir  semester.  Cakupan  ulangan  meliputi  seluruh  indikator  yang merepresentasikan semua KD pada semester tersebut.
8.  Ujian  Tingkat  Kompetensi  yang  selanjutnya  disebut  UTK  merupakan kegiatan  pengukuran  yang  dilakukan  oleh  satuan  pendidikan  untuk mengetahui  pencapaian  tingkat  kompetensi.  Cakupan  UTK  meliputi sejumlah  Kompetensi  Dasar  yang  merepresentasikan  Kompetensi  Inti pada tingkat kompetensi tersebut.
9.  Ujian  Mutu  Tingkat  Kompetensi  yang  selanjutnya  disebut  UMTK merupakan  kegiatan  pengukuran  yang  dilakukan  oleh  pemerintah untuk  mengetahui  pencapaian  tingkat kompetensi.  Cakupan  UMTK meliputi  sejumlah  Kompetensi  Dasar  yang  merepresentasikan Kompetensi Inti pada tingkat kompetensi tersebut.
10. Ujian  Nasional  yang  selanjutnya  disebut  UN  merupakan  kegiatan pengukuran  kompetensi  tertentu  yang  dicapai  peserta  didik  dalam rangka  menilai  pencapaian  Standar  Nasional  Pendidikan,  yang dilaksanakan secara nasional.
11. Ujian Sekolah/Madrasah merupakan kegiatan pengukuran pencapaian kompetensi di  luar kompetensi yang diujikan pada UN, dilakukan oleh satuan pendidikan.


Sumber :

SALINAN
LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR   66  TAHUN 2013
TENTANG

STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN

Pengembangan Kurikulum 2013

Rasional Pengembangan Kurikulum 2013

Kurikulum  2013  dikembangkan  berdasarkan  faktor-faktor  sebagai berikut:
a.  Tantangan Internal
Tantangan internal antara lain terkait dengan kondisi pendidikan  dikaitkan dengan  tuntutan pendidikan  yang mengacu kepada 8  (delapan) Standar Nasional Pendidikan yang meliputi standar isi, standar  proses,  standar  kompetensi  lulusan,  standar  pendidik dan  tenaga  kependidikan,  standar  sarana  dan  prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan.
Tantangan  internal  lainnya  terkait  dengan    perkembangan penduduk  Indonesia  dilihat  dari  pertumbuhan  penduduk  usia produktif.  Saat  ini  jumlah  penduduk  Indonesia  usia  produktif (15-64 tahun)  lebih banyak dari usia tidak produktif  (anak-anak berusia  0-14  tahun  dan  orang  tua  berusia  65  tahun  ke  atas).  Jumlah penduduk usia produktif  ini akan mencapai puncaknya pada tahun 2020-2035 pada saat angkanya mencapai 70%. Olehsebab  itu  tantangan  besar  yang  dihadapi  adalah  bagaimana mengupayakan  agar  sumberdaya  manusia  usia  produktif  yang melimpah  ini  dapat  ditransformasikan  menjadi  sumberdaya manusia  yang  memiliki kompetensi  dan  keterampilan  melalui pendidikan agar tidak menjadi beban.

b.  Tantangan Eksternal
Tantangan  eksternal  antara  lain  terkait  dengan  arus  globalisasi  dan berbagai isu yang terkait dengan masalah lingkungan hidup, kemajuan  teknologi  dan  informasi,  kebangkitan  industri  kreatif  dan  budaya,  dan  perkembangan  pendidikan  di  tingkat internasional.  Arus  globalisasi  akan  menggeser  pola  hidup masyarakat  dari  agraris  dan  perniagaan  tradisional  menjadi masyarakat  industri  dan  perdagangan  modern  seperti  dapat terlihat  di  World  Trade  Organization  (WTO),  Association  of Southeast  Asian  Nations  (ASEAN)  Community,  Asia-Pacific Economic  Cooperation  (APEC),  dan  ASEAN  Free  Trade  Area (AFTA).  Tantangan  eksternal  juga  terkait  dengan  pergeseran kekuatan ekonomi dunia, pengaruh dan  imbas  teknosains  serta mutu,  investasi,  dan  transformasi  bidang  pendidikan. Keikutsertaan  Indonesia  di  dalam  studi  International  Trends  in International Mathematics and Science Study (TIMSS) dan Program for  International  Student  Assessment  (PISA)  sejak  tahun  1999 juga  menunjukkan  bahwa  capaian  anak-anak  Indonesia  tidak menggembirakan dalam beberapa kali  laporan yang dikeluarkan TIMSS  dan  PISA.  Hal  ini  disebabkan  antara  lain  banyaknya materi  uji  yang  ditanyakan  di  TIMSS  dan  PISA  tidak  terdapat dalam kurikulum Indonesia. 

c.  Penyempurnaan Pola Pikir
Kurikulum  2013  dikembangkan  dengan  penyempurnaan  pola pikir sebagai berikut:
1)  pola  pembelajaran  yang  berpusat  pada  guru  menjadi pembelajaran  berpusat  pada  peserta  didik.  Peserta  didik harus  memiliki  pilihan-pilihan  terhadap  materi  yang dipelajari untuk memiliki kompetensi yang sama;
2)  pola  pembelajaran  satu  arah  (interaksi  guru-peserta  didik) menjadi  pembelajaran  interaktif  (interaktif  guru-peserta didik-masyarakat-lingkungan alam, sumber/ media lainnya); 
3)  pola  pembelajaran  terisolasi  menjadi  pembelajaran  secara jejaring  (peserta  didik  dapat  menimba  ilmu  dari  siapa  saja dan  dari  mana  saja  yang  dapat  dihubungi  serta  diperoleh melalui internet);  
4)  pola  pembelajaran  pasif menjadi  pembelajaran  aktif-mencari (pembelajaran siswa aktif mencari semakin diperkuat dengan model pembelajaran pendekatan sains);
5)  pola belajar sendiri menjadi belajar kelompok (berbasis tim);
6)  pola  pembelajaran  alat  tunggal  menjadi  pembelajaran berbasis alat multimedia;
7)  pola  pembelajaran  berbasis  massal  menjadi  kebutuhan pelanggan  (users)  dengan  memperkuat  pengembangan potensi khusus yang dimiliki setiap peserta didik;
8)  pola pembelajaran ilmu pengetahuan tunggal (monodiscipline) menjadi  pembelajaran  ilmu  pengetahuan  jamak (multidisciplines); dan
9)  pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran kritis.

d.  Penguatan Tata Kelola Kurikulum
Pelaksanaan  kurikulum  selama  ini  telah  menempatkan kurikulum sebagai daftar matapelajaran. Pendekatan Kurikulum 2013  untuk  Sekolah Dasar/Madrasah  Ibtidaiyah  diubah  sesuai dengan  kurikulum  satuan  pendidikan.  Oleh  karena  itu  dalam Kurikulum  2013 dilakukan  penguatan  tata  kelola  sebagai berikut: 
1)  tata  kerja  guru  yang  bersifat  individual  diubah menjadi  tata kerja yang bersifat kolaboratif;
2)  penguatan  manajeman  sekolah  melalui  penguatan kemampuan  manajemen  kepala  sekolah  sebagai  pimpinan kependidikan (educational leader); dan
3)  penguatan  sarana  dan  prasarana  untuk  kepentingan manajemen dan proses pembelajaran.

e.  Penguatan Materi
Penguatan  materi  dilakukan  dengan  cara  pendalaman  dan perluasan materi yang relevan bagi peserta didik. 


Sumber :
SALINAN
LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
NOMOR  67 TAHUN 2013 
TENTANG
KERANGKA  DASAR  DAN  STRUKTUR  KURIKULUM
SEKOLAH DASAR/MADRASAH IBTIDAIYAH